Chapter 22. End

3.3K 284 52
                                    

DWELLING

.

.

.

"Jadi Tetsuya, maukah kau kembali padaku?"

Ucapan lembut namun penuh keyakinan dari Akashi membuat Tetsuya terpaku. Sungguh, sebelumnya dia tidak berharap ini terjadi. Bukannya tidak mau, Tetsuya justru tidak menyangka Akashi akan melamarnya kembali.

Untuk setiap mimpi-mimpinya, untuk setiap doa-doanya, meski Tetsuya selalu menyelipkan Akashi disana, namun dia tidak berani mengharap ini semua menjadi nyata.

Bahwa, mereka akan kembali bersama.

Mulut Tetsuya kelu, dia tidak mampu menjawab dan hanya air mata yang menetes karena haru. Di matanya, dia melihat Akashi sedikit panik dan mencoba mengusap lembut deraian yang kini mulai membasahi pipi.

Akashi, "Hey, jangan menangis. Apakah perkataanku membuatmu sedih?"

Tetsuya menggeleng, dia bahagia. Hingga tidak mampu berkata-kata. Untuk itulah, dia hanya memegang kemeja Akashi pada bagian dada, memegang erat dan tidak mau melepaskannya. Akashi sendiri kini menangkup kedua tangannya, dan dahi mereka menempel, saling merasakan nafas hangat masing-masing.

Kemudian, baru setelah tenang, Tetsuya baru menjawabnya, "Aku mau, Sei-kun."

Dan yang terjadi setelahnya adalah Akashi membawa Tetsuya dalam pelukan erat, sambil mengucap terimakasih berulang-ulang. Lalu ditutup dengan sebuah ciuman lembut keduanya, meleburkan rasa kerinduan yang telah terpendam.

Begitu romantic dan penuh gairah, berbanding terbalik dengan Gakushuu dan Karma yang panik karena ibunya belum kembali bahkan setelah waktu sudah melewati tengah malam.

Keduanya frustasi memikirkan tentang berbagai kemungkinan tentang bicara apa sampai tidak pulang?!

---

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Gigi

An Akakuro Fanfiction

Family & Romance; Male pregnant; Out of character

---

Akashi menatap dengan tenang ponsel Tetsuya yang terus bergetar. Tanpa dia lihat, jelas nama pemanggil adalah Gakushuu dan Karma yang mencoba menghubungi Tetsuya secara bergantian. Dia tidak khawatir anak-anaknya akan mendobrak datang karena dia sudah mematikan pelacak pada ponsel Tetsuya. Juga, kini men-silent-kan nada dering agar Tetsuya tidak mendengar.

Ingat, sejenius apapun anak-anaknya, Akashi jauh lebih pro dibanding mereka apalagi jika menyangkut Tetsuya.

Dia kembali memeluk erat tubuh yang kini sudah tertidur lelap. Menenggelamkan tubuh mungil Tetsuya dalam dekap.

Sungguh, Akashi rindu sekali. Aroma tubuh Tetsuya yang selalu mampu menenangkannya ditengah mimpi buruk dan kegelisahan yang melanda.

Ponsel kembali berdering, dan karena Akashi ingin melihat wajah kedua putranya yang pasti panik, maka dengan seringaian dia mengangkatnya, tak lupa memakai earphone agar tidak mengganggu Tetsuya yang masih lelap.

"Halo," Ucap Akashi menatap layar ponsel Tetsuya dengan senyum penuh kemenangan.

"Sialan! Pak Tua bawa ibu pulang!" Karma langsung berteriak begitu melihat bahwa Akashi lah yang mengangkat panggilan video ibunya.

DWELLINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang