DWELLING
.
.
.
Tetsuya tahu dirinya harus kuat. Jika dia runtuh sekarang, kedua anaknya pasti akan bertambah khawatir. Namun, telinganya tidak kuat mendengar bagaimana kedua putranya harus menerima penghinaan-penghinaan menyakitkan itu.
Ibu mana yang sanggup mendengar perkataan buruk untuk anak-anaknya?
“Ibu,” Karma memanggil dengan lirih. Dia selalu lemah jika dihadapkan dengan ibunya.
“Ya?” Tetsuya berusaha tersenyum.
“Ibu, apa kau baik-baik saja?” Kali ini Gakushuu bertanya.
Tetsuya mengangguk, “Ibu hanya kaget tadi.”
“Kenapa monyet itu melukai ibu?! Aku tidak akan memaafkan mereka!”
“Gakushuu, Karma,” Tetsuya menatap kedua anaknya penuh sayang, “Ibu tahu, kalian ingin membantu ibu. Ibu tahu kalian tidak suka melihat ibu bersedih. Maaf ya, sudah membuat Gakushuu dan Karma khawatir. Tapi ibu tidak apa-apa.”
Tangan lentiknya mengelus kedua rambut anaknya, “Ibu memang merasa kehilangan saat mendengar ayahmu akan menikah,” Tetsuya memilih mengaku, melegakan hatinya, “Tapi bukan berarti semua selesai saat ayahmu menikah. Ibu punya kalian, punya Gakushuu dan Karma, anak-anak yang ibu banggakan, yang ibu cintai. Itu cukup.”
Gakushuu, “Ibu tidak percaya pada kami?”
Karma, “Kami memang mendatangi Naoka, tapi kami bahkan tidak memukulnya. Apalagi sampai dia pincang dan perlu dipapah.”
Mereka berkata dengan nada patah hati. Mata yang berkaca-kaca, seakan apa yang dituduhkan adalah fitnah yang kejam dan meracuni kepolosan mereka berdua.
Tetsuya menggeleng lembut, jelas luluh dengan pandangan polos tanpa dosa kedua anaknya, “Ibu percaya pada kalian. Apapun yang Naoka-san bilang, ibu percaya bukan kalian yang melakukannya. Tapi, apapun itu.. tolong jangan ganggu urusan ayahmu lagi. Sungguh, bersama kalian sudah membuat ibu bahagia. Ibu punya semangat menghadapi apapun yang ada didepan.”
“Ibu-“ Gakushuu akan bicara, namun Tetsuya menggeleng tanda agar mereka tidak melanjutkan pembicaraan.
Pikirannya sedikit melayang pada pertemuannya dengan Akashi yang sedang berada di rumah makan tadi bersama kedua anaknya. Apakah Akashi akan mengenalkan Naoka secara resmi pada Gakushuu dan Karma sebagai ibu tiri mereka?
Namun, Tetsuya malah menyeret pulang Gakushuu dan Karma.
“Setelah ini, ibu mungkin harus meminta maaf pada ayah kalian.” Ya, Tetsuya harus meminta maaf pada Akashi karena menggagalkan acaranya.
“Kenapa ibu harus minta maaf?”
“Karena ibu sudah menggagalkan acara kalian tadi bersama Naoka-san. Maaf, ya.”
Gakushuu dan Karma tidak mengerti, mengapa ibunya yang meminta maaf? Terbuat apa hati ibunya?!
Disaat Tetsuya berkata sambil mengelus sayang kedua kepala putranya, dia tidak sadar Akashi sedari tadi berdiri dibelakangnya mendengarkan semua, yang lalu memberi isyarat kepada Gakushuu dan Karma untuk pergi meninggalkan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
DWELLING
FanfictionKarena sejauh apapun pergi, rumah adalah tempat untuk kembali. Mampukah semuanya berkumpul lagi? atau malah Akashi dan Tetsuya ditakdirkan memiliki tujuan sendiri-sendiri? Lalu bagaimana dengan Karma dan Gakushuu yang masih tidak mau ini terjadi? S...