DWELLING
.
.
.
Malam, ketika dia dikabari bahwa Gakushuu dan Karma dinyatakan hilang, hal pertama yang diingat Akashi adalah Tetsuya. Dia langsung terpikir, bagaimana Tetsuya menghadapinya? Bagaimana dia mengatasi kepanikannya?
Rasa khawatir mulai menghantui perasaannya.
Maka tanpa pikir panjang, dia langsung mengambil dua jaket, dan tas yang selalu dia bawa. Hanya saja, Naoka yang saat itu belum pulang, ingin ikut serta.
Akashi jelas menolak, namun dia tidak punya waktu berdebat. Ada yang lebih penting dari adu pendapat. Untuk itu, dia segera mengemudikan mobilnya, dan seluruh pikirannya tertuju pada Tetsuya.
Bukan karena dia tidak khawatir tentang kedua anaknya, namun karena dia tahu dan percaya bahwa dua anaknya akan baik-baik saja. Akashi selalu percaya pada dua buah cintanya dengan Tetsuya.
Bagaimanapun mereka berpisah, darah jelas lebih kental daripada air, dan Akashi jelas paham dengan kemampuan Gakushuu dan Karma.
Sesampainya disana, dia langsung turun dengan matanya mencari Tetsuya. Tidak dihiraukan bagaimana Naoka merengek dingin, dan segera menemui petugas yang sudah menunggu dirinya.
“Akashi Seijuro, ayah Gakushuu dan Karma.”
“Baiklah, silahkan ikut. Tadi istri Anda juga sudah datang.” Jelas pemuda yang tadi memperkenalkan diri sebagai Himuro Tatsuya.
Tetsuya sudah datang.
“Mantan istri!” Naoka berkata pedas, “Dia calon suamiku.”
“Lalu dimana dia?” Akashi tidak menghiraukan Naoka sama sekali.
“Tadi dia masuk ke pos untuk mendengar penjelasan kronologi. Anda bisa menyusul.”
Segera dia melihat Tetsuya, Akashi tidak menunggu lama langsung menyusul, “Tetsuya,” Dan sepertinya Akashi mengagetkannya.
Dia melihat wajah Tetsuya yang pucat, “Akashi-san, kau.. datang.” Suaranya terdengar lemah.
Bolehkah dia memeluknya?
Tapi Akashi menahan diri, Tetsuya tidak menginginkan dirinya lagi, “Aku dikabari tengah malam tadi dan langsung kesini. Bisa kau ceritakan kronologisnya?”
Tetsuya menggeleng, dan terlihat penuh kekhawatiran, “Aku yang salah. Harusnya.. aku tidak mengizinkan mereka berangkat sendirian.”
Akashi melihat bagaimana Tetsuya memeluk tubuhnya sendiri. Dengan baju tipis dan pendek, jelas tubuh itu kedinginan. Akashi segera berbalik untuk mengambil jaket yang tadi dia bawa dalam mobil.
Ada rasa sedikit senang karena apa yang dia perkirakan benar.
“Sei-san, dingin sekali. Peluk aku.” Ucap Naoka mengikutinya.
“Tolong lepas.”
“Aku kedinginan.”
“Siapa yang menyuruhmu datang?” Akashi melepas cekalan, dan segera mengambil jaket yang dia butuhkan, lalu berbalik menuju tempat Tetsuya berada.
Namun, sepertinya Tetsuya sudah berpindah tempat.
Lama dia melihat, akhirnya dia menemukan Tetsuya yang masih memeluk dirinya sendiri karena dingin yang menusuk tulang. Akashi menghela nafas, lalu berjalan mendekat untuk memberikan jaket tebal yang dia bawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
DWELLING
FanfictionKarena sejauh apapun pergi, rumah adalah tempat untuk kembali. Mampukah semuanya berkumpul lagi? atau malah Akashi dan Tetsuya ditakdirkan memiliki tujuan sendiri-sendiri? Lalu bagaimana dengan Karma dan Gakushuu yang masih tidak mau ini terjadi? S...