DWELLING
.
.
.
Tetsuya mengeratkan jaketnya. Menjelang malam, ditengah hutan, begitu dingin untuk dia tahan. Jaket yang diberikan entah siapa ini, untungnya lebih tebal dari milik Midorima. Dari parfumnya, sepertinya Tetsuya tidak merasa asing, namun tidak mampu menebak, siapa yang sudah memberikannya.
Saat dia kembali ke tempat mereka berkumpul tadi, Midorima tidak mengatakan apapun saat dia melihat Tetsuya sudah tidak mengenakan jaket miliknya. Yang lain, seperti Kise malah bertanya dimana Tetsuya membelinya karena bagus sekali juga terlihat mahal.
Tidak mungkin Akashi, kan?
Selama mereka berpisah, kontak mereka hanya seputar tentang anak-anak. Tidak ada kontak lebih, tak ada pertemuan, atau hal yang menunjukkan bahwa keduanya, terlebih Akashi, masih peduli. Jadi, hal ini mustahil terjadi.
Lagipula, Naoka pasti tidak akan membiarkannya, mengingat entah kenapa wanita itu begitu sengit pada Tetsuya.
Tetsuya menghembuskan nafas, pikiran kembali melayang. Apa anak-anaknya tidak kedinginan? Sudah makankah mereka? Lalu bagaimana mereka tidur? Ah, Tetsuya rasanya ingin kembali meneteskan air mata.
"Pakai jaketmu lebih erat." Suara baritone terdengar dibelakangnya, yang membuat Tetsuya refleks menoleh kebelakang untuk melihat.
"Akashi-san,"
"Kau tahu bahwa tubuhmu gampang sakit ditengah hawa dingin, jangan sampai lupakan itu."
Entah kenapa Tetsuya merasa diomeli, "Aku tahu."
"Dan," Suara Akashi terdengar lebih pelan, "Kau cocok dengan jaket itu." Lalu Akashi melangkah pergi begitu saja.
Apa yang si kepala merah itu ingin lakukan?
---
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
An Akakuro Fanfiction
Family & Romance; Male pregnant; Out of character
---
Mereka bertujuh kembali dan terus berjalan. Mungkin sudah lebih 12 jam mereka berjalan termasuk istirahat yang mereka lakukan. Dari belakang, dia bisa mendengar bagaimana wanita calon ibu tiri anaknya itu mengeluh dan terus mengeluh dengan apa yang mereka lakukan.
"Sayang, aku lelah. Lihat kakiku tergores."
"..."
"Tubuhku gatal dan perih!"
"..."
"Kakiku pegal sekali."
"Ganti sepatumu." Akashi akhirnya berucap pelan dan masih tetap berjalan.
"Tapi aku lelah. Kita sudah berjalan lebih dari 1 jam. Tidak bisakah kita istirahat lagi?"
Keheningan sejenak menyapa, sebelum Akashi kembali berbicara, "Kita harus segera."
"Tapi aku capek. Aku ingin mandi, dan ini lengket! Dan gatal! Bajuku juga rusak."
Tetsuya tidak tahan lagi untuk tetap diam. Dia bukannya cemburu atau apa, tapi sekarang, sungguh, seluruh perhatiannya, seluruh pikirannya hanya tertuju pada kedua buah hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DWELLING
FanfictionKarena sejauh apapun pergi, rumah adalah tempat untuk kembali. Mampukah semuanya berkumpul lagi? atau malah Akashi dan Tetsuya ditakdirkan memiliki tujuan sendiri-sendiri? Lalu bagaimana dengan Karma dan Gakushuu yang masih tidak mau ini terjadi? S...