"Salah sendiri, menaruh hati kok sama sahabat, apa gak perih?"
Kak Arta
Ra, sudah pulang?
Sazira
Sudah
Kak Arta
Cuek banget, ada apa?
Lagi ada masalah?
Sazira
Iya, ada masalah, bingung mau bilang
Bagaimana, teman temanku pada ngehindar
Dan tadi, aku coba bicara sama mereka,
Tapi gak tahu besok gimana.
Kak Arta
Lagi berantem gara-gara apa?
Sazira
Gak bisa aku sebut, pokoknya capek
Kemana-mana sendiri,
kalau gak sendiri ditemani sama Ika.
Kak Arta
Udah gak usah dipikir,
Kalau gak ada yang diajak ngantin,
mau aku jemput ke kelas terus ngantin bareng?
Sazira
Gak usah, aku mau tidur dulu.
Kak Arta
Oke, Have a nice dream Ra
Senyum tiba-tiba terbit di bibirnya, sungguh Arta adalah support sistem terbaik yang dia miliki, sudah beberapa minggu ini mereka saling bertukar kabar, entah Sazira yang heboh menceritakan kesehariannya atau Arta yang bercerita tentang pasangannya.
Sazira meletakkan ponselnya, menatap langit-langit kamarnya dan menghela napas berat, "Ini mau cerita ke siapa ya, pada kenapa sih, kok tiba-tiba semuanya jadi ngomongin aku." Sazira memaksakan matanya untuk terlelap, dadanya mulai sesak, tangannya memukul pelan dadanya.
"Udah Sazira, besok pasti sudah membaik, tenang tenang." gumamnya kemudian terlelap.
Sebenarnya banyak kejadian yang masih belum dimengerti dengan baik oleh Sazira, dia hanya mencoba tidak menghindar dan terus memahami apa yang menjadi kesalahannya.
Mungkin bahkan Dirga tidak tahu apa yang Sazira alami selama menjadi pasangannya, atau mungkin Dirga yang pura-pura tidak tahu dan hanya menjadikannya sebuah hubungan tanpa rasa.
Semua itu menjadi pertanyaan, pertanyaan yang sampai saat ini masih belum menemukan jawaban.
Ini sudah berjalan selama empat bulan lebih Sazira berpasangan dengan Dirga, meskipun tidak saling bertukar kabar dan hanya perpapasan sesekali di kantin, untungnya sekarang teman-teman Sazira kembali lagi padanya, dan yah sekarang ada Siandya, cewek sekelas nya yang pintar dan Almera, cewek sebangku Siandya yang gak kalah pintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Teen FictionIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...