"nyatanya itu hanya prasangkamu sendiri yang menganggap semuanya jadi bagaimana-bagaimana."
Setelah satu minggu lamanya bersebelahan dengan cowok berisik dan aneh, kini Sazira kembali ke kelasnya sendiri, cukup suntuk dengan beberapa buku dihadapannya, sahabatnya tidak ada yang remedial, bisa-bisanya dirinya sendiri yang bodoh diantara mereka, sudah hampir setengah jam kertasnya masih kosong, tidak tahu harus menjawab apa, pasalnya ini matematika, mata pelajaran yang membuat Sazira frustasi tujuh turunan.
Sazira menarik napas panjang, mencoba mengingat kembali rumus yang dia pelajari semalam, namun sudah lah lupa-ingat dia menulis jawaban dengan keyakinan, "pasti betul, aku yakin! kemarin kan aku belajar buat remedial ini." gumamnya.
Remidial belajar, ujian nya kok gak belajar?aneh.
Setelah selesai, dengan segera dia mengumpulkan pada gurunya di depan, kemudian pergi keluar dan menuju para sahabatnya yang sudah menunggunya hendak ke kantin.
"mbak jus jambu satu." pesan Sazira setelah sampai di kantin.
"ini mbak uangnya." ucap seseorang yang tak asing menurut Sazira.
"eh enak aja itu punyaku!" ucap Sazira tidak terima.
"ini punya gue, apaan sih lo!" jawabnya tidak terima dituduh Sazira.
"aduh aduh mbak Sazira, mas Selatan, jangan berantem. mbak Sazira, ini jusnya mbak, itu benar punya mas Selatan." jelas mbak kantin, tidak enak menyebabkan mereka bertengkar.
"nah loh, minta maaf gak!" sentak Selatan.
"iya iya maaf."
Selatan hanya melengos pergi tanpa menjawab permintaan maaf dari Sazira.
"ada apa Sa?" tanya Siandya dengan nada datar.
"hehehe itu tadi salah paham sama Selatan."
"Selatan? siapa diaa?" tanya Yunera dengan penasaran.
"gak tahu juga, dia tiba-tiba muncul, tiba-tiba hilang kayak jailangkung." ucap Sazira sedikit kesal mengingat Selatan yang tiba-tiba marah kepadanya beberapa waktu yang lalu.
Sazira dan sahabatnya kembali duduk dan menikmati makanan yang telah mereka beli, dengan bercanda ria mata Sazira menangkap manik mata cowok yang membuatnya salah tingkah.
"hai Ra!" sapanya kemudian, membuat Sazira dan sahabatnya tertegun.
"oh hai kak Arta, kak Dirga." Jawab Sazira kikuk.
Ya ampun, senyum manis dari Arta yang membuat Sazira terpesona kini dia lihat dari jarak sedekat ini, seseorang tolong Sazira yang semakin tertegun melihat Arta yang tengah membicarakan sesuatu.
"paham kan Ra?" tanya nya setelah menjelaskan apa yang dia maksud.
Almeera menyenggol Sazira agar cewek itu menjawab pernyataan Arta, hal itu membuat Sazira tersadar dari lamunannya.
"eeh i-iya, kenapa tadi?" tanya Sazira.
Arta menoel hidung Sazira, "mangkanya dengerin cantik, jangan melamun saja."
"aku ajak kamu makan malam nanti." lanjutnya menjelaskan lagi.
Sazira mengangguk dengan senyum yang merekah, meskipun sedikit heran karena mereka kemarin saling tidak bertukar kabar dan Arta yang tidak menjawab permintaan maaf nya.
Setelah Arta dan Dirga pergi, teman temannya bersiul heboh menggoda Sazira.
"eh tapi bukannya kak Arta pacarnya si Mayra ya?" tanya Aini memastikan.
Ucapan Aini diangguki oleh semuanya, membuat Sazira sedikit berpikir mengapa Arta mengajaknya pergi makan malam bersama, sedangkan dia sudah memiliki seorang kekasih.
"yaudah ayo balik!" seru Siandya beranjak pergi.
"lah anak orang main tinggal aja" dumel Sazira dan teman-temannya.
mereka kembali ke kelas mereka, dan mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi di depan, Sazira hanya melamun sembari menopang dagu, dia masih terngiang-ngiang dengan senyum yang ditunjukan Arta waktu di kantin.
"Sazira! coba jawab dimana garis khatulistiwa terletak?" teriak bu Rully selaku guru sejarahnya.
Sazira terpelonjak kaget, dia juga tidak tahu dimana letak garis khatulistiwa, "aduuh gimana ini" gumam nya sendiri.
"anu bu.. anu.."
"kalau tidak niat ikut pelajaran ibu, silahkan keluar Sazira!"
"baik bu." dengan entengnya Sazira melengos pergi.
Teman teman Sazira menatapnya sembari berdecak kagum, bagaimana tidak dengan polosnya dia pergi begitu saja keluar dari kelas tak lupa dengan buku novel yang sudah di tangannya.
"yang seperti itu jangan dicontoh" ucap bu Rully.
Di sisi lain Sazira berjalan menuju rooftop, berniat untuk mencari udara segar.
Sazira duduk manis di bangku besi yang sudah usang, memang hanya ada satu bangku untuk duduk di sini, karena pada dasarnya tidak boleh ada yang pergi ke rooftop.
Setelah penat membaca deretan tulisan, Sazira menguap mengantuk, dia merebehkan tubuhnya di atas bangku, menutup wajahnya dengan buku.
Angin sepoi-sepoi membelai lembut rambut panjangnya. Derap langkah kaki terdengar samar di telinganya, buku yang menutupi wajahnya kini terangkat.
"minggir, ini tempat gue!" usirnya disusul dengan tangannya yang melempar buku novel Sazira dengan sembarang arah.
Sazira terduduk, memerjapkan matanya berkali-kali, dia memandang cowok itu tajam,"ambil gak!"
"gak!" sentak cowok dihadapannya.
"heh gila ya lo! ambil gak!" ucap Sazira sembari menunjuk-nunjuk wajah cowok itu.
"minggir gak lo!" cowok itu mendorong tubuh Sazira sampai tersungkur ke bawah, kemudian dengan santainya dia duduk di bangku usang.
"Selatan! dasar gila!"
"lo jelek!" balas Selatan kemudian merebehkan tubuhnnya.
Sazira mengambil buku novelnya, melemparkannya ke kepala Selatan, tepat pada hidung cowok itu.
"aduh! sakit bego!" erangnya sembari berdiri.
Sazira mendelik setelah melihat darah yang keluar dari hidung Selatan, tanpa rasa bersalah dia melengos pergi dan membiarkan buku novelnya tertinggal.
Sazira berlari menuju tangga, tidak disangka Selatan mengejarnya di belakang, Sazira fokus menoleh ke Selatan sambil berlari, tidak sengaja dia menabrak cewek cantik berambut pirang panjang dengan jepit yang terpasang di rambutnya.
"aduh!" erangnya.
Sazira terkejut melihat minuman yang di bawa cewek itu, kemudian dia meminta maaf, "maaf.."
"lo bisa lihat gak! anjing ya lo! lihat nih seragam gue basah!" teriak cewek itu tidak terima.
"kelas berapa lo anjing masih kelas sepuluh juga!"
"maaf.. maaf kak.." ucap Sazira setelah melihat bed yang terpasang di lengan cewek di hadapannya bertuliskan kelas duabelas.
Selatan yang tadinya hanya melihat dan sedikit meringis, kini dia berusaha menghampiri mereka berdua.
"eh Selataaann... maaf ya minumnya di tumpahin sama si jalang ini.." ucapnya memelas dengan nada yang sok diimutkan.
"omongannya dijaga dong kak.." ucap Selatan lembut.
"iya iya maaf..." jawab cewek itu mengerucutkan bibirnya.
Sazira hanya melihat mereka, sepertinya dia salah tempat, mereka berdua asik mengobrol, dengan perlahan Sazira melengos pergi.
NB :
duh kok bisa ya duo S ini berantem wgwggw
thank u for reading!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Fiksi RemajaIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...