"Kalau semakin dirasa, akibatnya semakin jatuh suka."
Sazira meringis sembari memasuki kamarnya, membuka ponselnya yang masih berada di roomchatnya Arta, dia sedikit penasaran pesan apa yang dikirim oleh Argan, kakaknya.
Sazira
Kak, emangnya kak Argan ngirim pesan apa?
Kak Arta
Mengirim gambar...
Sazira sedikit meringis melihat sebuah screenshoot an dari pesan yang dikirim kakaknya, rasa sedikit senang juga muncul karena secara tidak langsung Argan menghawatirkannya.
"Jangan macam-macam sama adik ku wiihhh ahahaha" ejek Sazira keras setelah turun dari tangga kamarnya dan melihat Argan di depan layar televisi.
"Apa sih."
"Hahaha tenang aja muach" ucap Sazira setelah berpura-pura mengecup pipi kakaknya.
Aneh, dirinya baru putus dengan Dirga, kenapa tidak ada tanda-tanda sakit hati sedikitpun meskipun dia cukup serius dengan Dirga.
Sazira kembali ke kamarnya, menarik selimutnya dan seperti biasa, dia menatap langit-langit kamarnya sembari melamun.
Sebenarnya memang perasaannya sedikit tidak enak tapi mau bagaimana lagi, dia tidak ingin terlibat dalam urusan Dirga yang cukup memusingkan, apalagi berlawanan dengan kakak kelas, ya walaupun hanya ditatap sinis sambil berbisik, tapi bagi Sazira, kalau memang dia belum yakin dengan perasaannya biar Sazira bantu dengan melepaskannya.
"Huh, untuk kak Dirga semoga setelah aku, gak ada orang lain yang jadi pelampiasan kakak." ucapnya kemudian terlelap.
Keesokan paginya dia bersiap untuk pergi bersekolah dan melewatkan sarapannya karena dia rasa, dia akan terlambat. "Bawa bekal ya?" tanya ibundanya sembari menyalami Sazira.
"Nggak usah bun, nanti beli aja di kantin." tolak Sazira kemudian keluar dan menghidupkan sepeda motornya.
Sepeda motor beat hitam itu melesat dengan sangat cepat, si pegendara yang tidak patut dicontoh karena mengendarai sepeda tanpa mengenakan helm.
Dengan segera dia memparkirkan sepeda motornya kemudian berlari menuju gerbang yang hampir saja tertutup, Sazira berlari dengan tali sepatu yang tidak terikat, jujur Sazira sudah mengikatnya tadi, tapi sepatu hitam itu selalu saja terlepas ikatannya.
"Awas!" teriak Sazira melewati seorang cowok dengan rambut ikal sedikit berantakan, bertubuh tinggi yang sedang mengecap permen karetnya.
"Telat ya telat aja." ucap cowok itu santai.
Untungnya, Sazira tidak mendengar ucapan cowok tersebut, kalau dengar mungkin Sazira sudah melototinya.
Iya, sebuah pembiasaan di hari Sabtu biasa dilakukan oleh sekolahnya, terkadang kerja bakti atau kadang bersenam ria, kali ini jadwal mereka semua adalah senam pagi, setelah apel, mereka semua bersenam mengikuti irama termasuk Sazira yang sedikit pucat karena tidak sarapan.
Matanya berbinar ketika melihat Arta tak jauh dari dirinya berdiri, senyumnya luntur saat Sazira menyadari kalau Arta berdiri di belakang kekasihnya, tak lupa dengan teman-teman lainnya yang juga menggoda teman kekasih Arta dengan senyum lebar dan tawa senang.
"Hei ayo!" teriak Siandya membuyarkan lamunannya, cewek itu asik bersenam ria dengan senyum lebar, memperlihatkan lesung pipi dan gigi gingsulnya yang manis.
"Yuk" jawab Sazira ikut bergabung dengan Siandya dan Almeera yang bersemangat.
Bersyukur sekali Sazira memiliki mereka semua, meskipun beberapa waktu yang lalu dia sempat ada masalah tetapi kini mereka kembali lagi melewati seleksi alam.
Setelah bersenam, semua siswa-siswi diarahkan untuk berjalan-jalan melewati rute yang sudah ditentukan. Sazira dengan keringat yang berkecucuran sudah tidak kuat lagi setelah melewati beberapa rute.
"Aduh, kalian duluan aja deh, aku mau mampir ke warung sebentar, haus, nanti aku belikan juga buat kalian air putih." pamit Sazira setelah itu melengos pergi begitu saja.
Setelah sampai di warung kecil dengan jajaran air mineral di pendingin transparan, tidak perlu berlama-lama Sazira mengambil airnya.
"Loh Sa, ada di sini?" Sazira menoleh, mendapati Dirga dan Arta yang sudah berdiri di hadapannya.
"Eh.. iya hehe" jawab Sazira kikuk.
"Permisi Ra, mau ambil air" ucap Arta datar.
Sazira bergeser kemudian membayar apa yang sudah dia ambil, demi apapun, jantung Sazira sudah berdetak tidak normal, sudah cepat setelah senam pagi dan jalan sehat, ditambah bertemu dengan dua orang ini.
"Cepat balik Sa! nanti dimarahi guru yang ngawasin." ingat Dirga yang notabene-nya sebagai ketua OSIS.
Sazira mengangguk, kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan mereka, Sazira menghela napas ketika melihat Almeera dan Siandya yang masih menunggunya sambil berbincang.
"Maaf ya lama, aaaa.. jantungku.." heboh Sazira sembar memegangi dadanya.
"Kenapa kenapa?" tanya Almeera.
"Ketemu kak Arta huaaa.." jawab Sazira yang dihadiah pukulan ringan dari Siandya.
Mereka sampai di sekolah, sudah banyak siswa-siswi yang berjalan menuju kantin dan sebagian cowok melanjutkan berolahraga di lapangan futsal.
Sazira dan teman-temannya memasuki kelas, duduk di dekat kipas angin agar keringat di tubuh mereka kering.
"Eh ngerti gak, aku tadi ketemu kak Arta!! ya ampun tapi cuek banget gila" heboh Sazira menceritakan apa yang terjadi di sebuah warung tempatnya membeli minum tadi.
"Wah terus terus?" tanya Yunera sembari tersenyum merespon.
"Tapi ada kak Dirga, dia tadi nyuruh aku cepat-cepat pergi biar gak ketahuan sama guru pengawas jalan sehat."
Yunera mengangguk paham mendengar cerita Sazira.
"Ciyeee" ucap Thera sembari menoel Sazira.
Sazira melirik Siandya, si cuek itu hanya mendengar tanpa merespon, hal itu sudah menjadi hal yang biasa bagi Sazira, Siandya adalah pendengar yang baik, tetapi tidak ikut nimbrung merespon.
Sazira melihat respon dari teman-temannya juga baik, dia pikir mereka tidak keberatan untukmendengarkan ceritanya.
"Oh iya, aku juga putus sama kak Dirga."
Terlihat tidak kaget dan biasa saja respon mereka membuat Sazira tersenyum simpul.
"Eh kapan kapan main keluar yuk!" ajak Thera.
Semua setuju kecuali Sazira yang sedikit ragu, "Kayaknya aku gak dibolehin deh, tapi aku pingin ikut."
"Gak papa nanti aku jemput deh sama Aini." jawab Thera yang disetujui oleh mereka semua.
NB:
hihihi
![](https://img.wattpad.com/cover/281913811-288-k392226.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Fiksi RemajaIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...