Ramai

3 3 2
                                    

"Untuk seseorang yang pertama kali mengerti rasanya ada seseorang yang menyatakan perasaan tanpa perasaan."


Sazira merebehkan tubuhnya, menatap langit-langit kamarnya, dia ingat ingin melihat ponselnya apa ada pesan masuk, Sazira beranjak mengambil tasnya, setelah mencari di berbagai bagian tasnya, dia tidak menemukan ponselnya.

"Lah aduuh kemana sih kok gak ada," Panik Sazira.

"Nyari apa nak?" Tanya ibundanya yang tiba-tiba sudah bersandar di pintu.

"Ponsel, kok gak ada ya."

"Lahh kok bisa, ayo cari lagi, atau enggak ketinggalan di sekolah."

"Hehehe gak tau aku lupa, aku ke sekolah lagi aja deh mungkin ada di loker." Cengir Sazira beranjak setelah mencium punggung tangan ibundanya.

Dengan buru-buru Sazira mengendarai motornya, masih dengan seragam sekolahnya, dia melewati pos Satpam.

Setelah memasuki ruang kelasnya yang sudah sepi, dengan AC yang masih menyala, Sazira memeriksa  lokernya, benar saja ponselnya ada disana, Sazira menghela napasnya lega, mematikan AC kemudian beranjak pulang.

***

Ini sudah berjalan beberapa minggu sejak Dirga menyatakan perasaannya kepada Sazira dan resmi berpacaran, tetapi sampai di sini Sazira baik baik saja meskipun tidak pernah bertukar kabar, sesekali berpapasan waktu di sekolah, sungguh Sazira tidak keberatan sama sekali.

Yang dia tahu, sahabatnya sekarang menjaga jarak dengannya, tanpa memberi alasan yang pas, Sazira yang notabene-nya tidak terlalu dekat dengan teman yang lainnya pun sedikit bingung, Sazira merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun dan bingung harus berbuat apa, alhasil selama berhari-hari dia kemana-mana sendiri, dan tidak saling menyapa, aneh memang.

Sazira, semenjak sahabatnya menjaga jarak, dia tidak pernah absen ke perpustakaan, entah hanya sekedar berdiam tidak membaca buku, atau berbincang dengan penjaga perpustakaan.

"Eh Sa, sudah masuk gak balik ke kelas?" Ingat penjaga perpustakaan kepada Sazira yang sedang asik membaca buku Hujan, Tere Liye.

"Oh sudah bel ya, aku balik ke kelas dulu ya pak, ini bukunya aku pinjam." Ucap Sazira sembari berlari keluar perpustakaan tanpa mencatat buku yang dipinjam.

Sazira berjalan di depan ruang kelasnya, "Kok gak berisik ya, apa jangan-jangan sudah mulai pelajaran?" Tanya Sazira pada diri sendiri.

Sazira berdiri di ambang pintu, melihat teman-teman ceweknya bergerombol menjadi satu dan menatap dirinya di ambang pintu, mereka langsung bubar setelah menatapnya, Sazira menghela napasnya kasar, dadanya sesak, dari cara mereka menatapnya saja sudah bisa dipastikan kalau mereka sedang membahasnya.

"Kalian ngomongin aku ya?" Tanya Sazira memastikan.

Tidak ada jawaban dari mereka, mereka menghindar dari pertanyaan Sazira, Sazira tersenyum kecut dan memasuki ruang kelasnya, duduk di bangku yang masih sebangku dengan Yunera

Bagaimana ya, mereka semua berbincang tapi hanya dirinya yang tidak di ikut sertakan. Entah itu perasaan Sazira saja atau memang kenyataan yang jelas itu menyakitkan.

Kalau dipikir-pikir lagi Sazira masih tidak tahu menahu alasan yang sebenarnya, semua terjadi tiba-tiba, Yunera, Thera, Liya, Aini sedang berbincang di bangku pojok, Yunera yang berdiri sembari mendengar, Thera dan Aini yang duduk sedang berbicara, dan Liya yang asik sendiri sengan ponselnya. 

Sazira bangkit dari bangkunya menghampiri mereka, sudah cukup tanda tanya yang memenuhi isi kepalanya, dan tanda seru yang memenuhi batinnya.

"Sebenarnya kalian kenapa sih, aku ada salah?" Tanya Sazira tiba-tiba yang membuat mereka cukup terkejut.

Salah satu dari mereka angkat bicara, Thera, "Begini, kita sebenarnya gak mau ngejauhin kamu, tapi kita capek diomongin sama kakak kelas mulu, kita gak mau nama kita jadi jelek gara-gara satu circle sama kamu."

"Nah iya betul, banyak yang ngomongin kamu jadi kita gak mau ikutan diomongin." Ucap Aini menambahkan.

"Harusnya kan kalian bilang dulu, gak langsung ngehindar begitu, aku juga ngerasa dibuang tau gak, aku juga gak tahu kalau kakak kelas ngomongin aku, aku minta maaf kalau punya salah." Jelas Sazira terus terang.

"Kita juga minta maaf." Ucap Thera diangguki oleh Sazira yang kemudian beranjak duduk di bangkunya dan menenggelamkan wajahnya diantara tangannya.

Tidak, kalau kalian mengira Sazira menangis kalian salah, dia mencoba untuk tidur, aneh juga, mengapa dia tidak bisa menangis saat ini meskipun ya rasa sesak itu masih ada di dadanya.

Pelajaran berlangsung dengan khikmat, tetapi bagi Sazira waktu berjalan cukup lambat.

Entah bagaimana pun Sazira merasa tidak nyaman, ada perasaan yang malas untuk pergi ke sekolah tetapi ,ah tidak bisa, dia harus bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri, tidak melibatkan perasaan dalam belajar, meskipun kalian tahu sendiri, Sazira bukanlah anak yang pintar dan cerdas, dia hanya anak yang biasa-biasa saja.



NB :

HAI!!!

TERIMAKASIH KARENA SUDAH MENUNGGU CERITA INI UPDATE!

HAYOO DI SINI KARAKTER SAZIRA LAGI BINGUNG SAMA PERASAANNYA.

DAN IYA, YANG MASIH BELUM TAHU, CERITA INI PURE SUDUT PANDANG KARAKTER SAZIRA YANG AKU TUANGKAN.

TERIMAKASIH DAN SAMPAI JUMPA DI BAB SELANJUTNYA!!

BYEBYE COMEL.




SaziraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang