"Jangan sekali-kali meremehkan sesuatu ya, nanti kamu sakit sendiri loh"
"Gak papa nanti aku jemput deh sama Aini." jawab Thera yang disetujui oleh mereka semua.
"Okay makasih yaaa!" ucap Sazira bahagia.
Mereka kembali ke tempat duduk masing-masing, guru mata pelajaran Seni Budaya memasuki ruang kelas membuat suasana menjadi ribut, bagaimana tidak pak Yanu selaku guru mata pelajaran tersebut baru saja datang sedangkan jam pelajarannya sudah hampir habis.
"Anak-anak hari ini bapak akan memberikan kisi-kisi untuk ulangan akhir semester." jelas pak Yanu membuat seisi ruangan semakin ribut.
"Kok cepat banget sih pak, perasaan baru kemarin kita ulangan tengah semester" eluh salah satu murid cowok yang duduk di pojok.
"Iya pak, jadwalnya juga belum tahu, ruangannya juga."
"Maka dari itu kita hari ini pulang pagi karena dipakai untuk persiapan kalian ulangan senin depan." lanjut pak Yanu kemudian menulis di papan tulis sub-bab yang menjadi kisi-kisi mata pelajarannya.
"Jangan lupa dipelajari ya! bapak pamit dulu."
"Ya ampun semoga aku bisa sama si dia" ucap Thera heboh yang di hadiahi oleh tatapan datar Siandya.
Semua mengaminkan, mereka berkemas agar segera pulang, besok mereka akan bersenang-senang dulu sebelum akhirnya berkutat dengan buku-buku.
Setelah sampai rumah, dengan suasana hati yang baik, Sazira segera menuju meja makan dan melahap hidangan yang ada di meja.
"Si kak Argan kemana Bun?" tanya Sazira disela-sela makannya.
"Pergi katanya tadi, tapi gak bilang pergi kemana." jawab ibundanya sembari membolak-balikkan tempe gorengnya.
"Oh.. palingan juga pacaran." gumam Sazira.
"Gak papa udah gede."
"Iya iya." ucap Sazira kemudian melahap nasinya.
Sazira sengaja tidak izin kepada Ibundanya karena dia pikir kalau izin mendadak akan gampang di beri izin, apalagi Thera dan Aini akan menjemputnya, semakin gampang untuk keluar, itulah dugaan Sazira.
Sazira bersiap dengan apa saja yang akan dia bawa besok, menyiapkan baju apa yang dia kenakan besok bahkan menyiapkan beberapa camilan di tas ranselnya.
Keesokan harinya, Sazira bangun pagi tanpa dibangunkan, membuat ibundanya bingung. Setelah siap semua, dengan pakaian yang sudah rapi dan membawa tas di punggungnya, Ibundanya menghampirinya, "Mau kemana?" tanyanya kemudian.
"Mau main Bun" jawab Sazira ragu.
"Kemana?"
"Mau jalan jalan" jawab Sazira, dia mendengar suara motor di depan rumahnya, dan beberapa panggilan yang menyebut namanya.
"Boleh ya Bun, udah dijemput di depan.." mohon Sazira dengan memelas.
"Gak boleh! nanti kamu dimarahi Ayah loh, gak boleh! kamu ini masih kecil kok keluyuran!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Teen FictionIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...