"apa aku bilang, jangan main taruh perasaan, kalau sudah begini salah siapa?"
Sazira meminta izin ke semua anggota keluarga yang kini sedang bersantai di ruang tamu, dengan tangan yang sudah gemetar dan keringat dingin bercucuran, dia mendekati ayahnya.
"ayah, Sazira mau izin kerja kelompok sama teman, di cafe, gak bakal malam malam, nanti kakak aja yang nganter, tapi nanti pulangnya sama teman aja." jelasnya sedikit merem melek.
"oke." ujar ayahnya menyetujui.
"ha?" Sazira terkejut, kenapa langsung diizinkan sebegitu cepat, tidak biasanya.
Argan bersiap untuk mengantarkan sang adik, mereka menuju ke cafe.
"makasihhhhhh byebye hati hati yaaa!!" heboh Sazira setelah sampai di depan cafe.
"alay lo"
Terserah mau bilang apa, malam ini suasana hati Sazira sangat senang dan berbunga-bunga.
Tringggg
Bunyi lonceng di atas pintu terdengar kalau ada pelanggan yang masuk.
Sazira mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Arta, manik matanya menangkap cowok yang tidak asing baginya memakai kaos santai berwarna hitam serta celana kain yang cukup formal dengan jas yang dia taruh di kursi belakangnya.
"Selatan?" ucap Sazira memastikan.
"apaan sih lo sok sok an nyapa."
"dih jutek banget gila, lo lagi nge-date yaa hihihi sama siapa?" goda Sazira.
"Ra!" panggil seseorang sembari melambaikan tangannya.
Sazira tersenyum senang sembari berjalan menghampiri Arta.
"hai Ra!" sapa cewek di hadapan Arta yang menoleh ke arahnya.
Senyum lebar Sazira kini memudar, setelah melihat kekasih Arta yang juga ada di sini.
Setelah Sazira duduk dan ikut berbincang sedikit dengan mereka meskipun kurang nyaman sembari selesai menyantap makanannya, akhirnya makanan penutup pun datang, Sazira tersenyum setidaknya biarkan hanya makanan penutup ini saja yang manis malam ini.
"coba deh Ra, aku sengaja pesan dessertnya cokelat semua, soalnya pacarku suka cokelat." ucap Arta sembari menyodorkan piring kecil berisi sepotong kue cokelat.
"serius cokelat semua?" tanya Sazira.
"iya enak tauuu" jawab Mayra yang sudah menikmati terlebih dahulu.
"ayo makan, kamu juga suka banget kan sama cokelat" ujar Arta mantap.
Sazira memakan dengan lahap kue di hadapannya, dengan mata yang sedikit berkaca-kaca dan batinnya yang berkecamuk.
"sejak kapan aku suka cokelat kak Arta?" tanya Sazira pelan yang tidak terdengar oleh Arta tetapi cukup terdengar oleh Mayra.
"aku ke toilet dulu." pamit Sazira yang sudah merasakan perutnya tidak baik-baik saja.
Sazira berjalan menuju toilet, sembari menahan tangis dan sakit perutnya.
"kamu yakin kak kalau Sazira suka cokelat juga sama kayak aku?" tanya Mayra seperti ada yang mengganjal di benaknya.
Arta mengangguk mantap, yakin dengan pernyataan bahwa semua cewek suka cokelat, meskipun Arta tidak tahu persis.
Selatan melihatnya, sedari tadi dia memperhatikan Sazira, dan sekarang Selatan menunggu di depan toilet untuk memastikan Sazira baik-baik saja.
"kalau sakit bilang, gak perlu dipaksa buat ketemu sama gebetan juga kali." ejek Selatan setelah mendapati Sazira keluar dari toilet.
"itu perutnya yang sakit atau hatinya yang sakit?"
"Sazira? lagi dapet?" tanya Selatan bertubi-tubi.
"iya" jawab Sazira lemas.
"pucet banget gila ya lo, kalau sakit jangan dipaksa bego, udah jelek bego pula! lo gak papa?" omelnya.
Sazira yang sudah tidak karuan menahan nyeri haidnya ditambah mendengarkan omelan Selatan, membuatnya semakin mumet, cowok itu tiba-tiba membopong Sazira menuju kendaraan pribadinya.
"apa apaan sih! turunin gak!" teriak Sazira sembari memukul dada bidang Selatan.
"diam bawel, kita ke indomaret dulu, tembus tuh." ucap Selatan santai.
"sumpah?eh sumpah malu banget."
"makanya diam bego!"
"Sean!!!" panggil seorang cewek yang cukup familiar bagi Sazira.
"loh itu kan kakak kelas yang waktu itu, iya kan?" kejut Sazira sembari menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Selatan.
"maaf ya Ta, gue ada urusan sama nih cewek, lo pulang sendiri ya."
Zatta, perempuan berambut pirang, dengan badan kurus tinggi dan kulit langsat khas wanita indonesia itu mendelik kesal sembari menghampiri mereka berdua. Zatta, cewek itu menjambak rambut Sazira di hadapan Selatan.
"aduuhh!!" erang Sazira membuat Selatan sontak mendorong Zatta menjauh.
Selatan Osean, kini sedang menatap Zatta tajam, sedangkan cewek di hadapannya memasang wajah melas dengan mengerucutkan bibirnya.
"Sean... kok aku ditinggal sih, kenapa cewek jalang itu lagi? apa jangan-jangan kalian..."
"nama gue bukan Sean, harus berapa kali sih gue bilang ke lo? meskipun lo kakak kelas gue kalau lo murah gini gimana gue nghargai lo sih kak?" potong Selatan dengan seringai di wajahnya.
Sazira mendelik, mendengar apa yang dikatakan oleh Selatan sangat keterlaluan, dengan memegang perutnya, Sazira berjalan menjauh dari mereka, berniat untuk naik kendaraan umum ataupun taksi.
Langkahnya terhenti hendak menelpon kakaknya, "halo kak Argan, jemput aku ya, lagi dapet nih."
"sakit perut lagi? oke bentar ya on the way."
Sambungan telepon berakhir...
Sazira menoleh kearah dua orang yang masih saja bertengkar, dia menghela napasnya kasar, bisa-bisanya dia terus terjebak diantara hal yang rumit.
berselang waktu beberapa menit, suara klakson mobil terdengar, Sazira tersenyum melihat kakaknya yang duduk di kemudi.
"hai kak! cepetan kak! sakit banget ini."
"loh Sazira! hei!" teriak Selatan menyadari kalau Sazira sudah pergi.
"hehehe, jadi ini takdir kita pulang berdua dong, lagian kalau kamu macam-macam nanti aku laporin ke om ya, biar kamu dimarahi." ancam Zatta menggelayutkan lengannya ke lengan Selatan.
Mau tidak mau kalau sudah berurusan dengan ayahnya Selatan pasrah, dia mengikuti Zatta yang sudah menarik lengannya untuk masuk kembali ke cafe.
NB:
haloo semoga masih nyambungggg xixixi
terimakasih kalian yang sudah membaca dan mendukungku muach!!!
iwuw.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Teen FictionIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...