lomba

7 4 3
                                    

Hari ini, adalah hari yang dinantikan oleh siswa siswi yang berpartisipasi dalam lomba bulan bahasa, Sazira mengatur napasnya yang memburu, disusul dengan Yunera yang kini berada di sampingnya, mereka berada di Aula, di antara semua siswa-siswi yang tengah gugup menunggu giliran untuk menampilkan story telling dengan macam macam kreatifitas dan penghayatan. "aduh Yun, begini banget saingannya" bisik Sazira pada Yunera yang berkeringat dingin.

"sudahlah pasrah aja, kita usaha aja dulu, kalau nanti tetap gak menang berarti kita emang goblok" ucap Yunera terlihat serius dengan tatapan fokus ke depan.

Tak ada jawaban lagi dari Sazira, dia hanya fokus melihat ke depan dan berusaha menyerap apa yang siswa siswi lain tampilkan, dari mulai cara bicara, penyampaian, dan lain lain.

Kini, giliran Sazira yang maju, dia menggenggam kertas text yang akan dia ceritakan, takut nanti otaknya amnesia mendadak, kan malu. Sazira memulainya dengan salam dan sedikit perkenalan atas dirinya, kemudian dilanjut dengan cerita yang akan dia sampaikan, semakin lama, tangannya semakin bergetar, jantungnya berdebar cepat dan membuat tubuhnya sedikit kikuk, hal itu disadari oleh Sazira, dia dengan segera menambah gerakan pada tubuhnya agar rasa gugupnya tidak terlihat, tapi, sampai pertengahan, benar saja, dia mengalami amnesia mendadak, alhasil dia membaca textnya kembali dengan percaya diri dan berlagak seperti tidak terjadi apa apa.

Setelah Sazira, kini disusul Yunera yang akan tampil, pandangannya intens menuju ke audiens, membuat Sazira takjub dengan keberanian Yunera dalam menyampaikan ceritanya.

Semua peserta sudah bubar lima menit yang lalu, kini tinggal Sazira dan Yunera yang berkemas, "eh yun, sebenarnya mulai dari kemarin aku chattingan sama.." ucap Sazira menggantung.

"sama siapa? kenapa pakai digantung sih" tanya Yunera penasaran.

"kak Dirga" ucap Sazira mampu membuat Yunera terkejut, pasalnya Yunera tahu tentang sifat ketua OSIS itu, ditambah lagi cowok itu memiliki banyak fans yang kapanpun bisa update tentang dirinya.

Entah apa yang di pikirkan Sazira, dia tampak tidak peduli dengan itu, dia tidak memiliki perasaan pada Dirga, memang dia sedikit kagum dengannya karena mampu menjabat sebagai ketua OSIS, selain itu tidak ada rasa suka yang berlebih.

Sazira memainkan ponselnya, terdapat nontifikasi yang tertera di layarnya,

Kak Dirga

Sudah pulang belum?

Sazira

Belum, ada apa ya kak?

Pesan tersebut hanya dibaca oleh sang penerima, membuat Sazira sedikit bingung, Sazira belum pulang karena masih menunggu Thera yang belum selesai. 

"haiii!!" teriak Thera dari kejauhan.

"heeii! gimana gimana gimana lancar gak?" tanya Sazira semangat ditambah Yunera yang heboh, "eh iya gimana gimana?"

Tingggg

Pesan masuk, dari ponsel Yunera dan Thera, wajah yang awalnya sumringah sekarang berubah menjadi kusut setelah membaca pesan dari ponselnya, dengan bahu yang merosot malas Yunera merengek, "aaaah males banget rapat OSIS MPK, kenapa sering rapat sih sumpah males"

"iyaaa males banget, pengen pulangg" setuju Thera.

Sazira tersenyum sedikit mengejek, "sudah ya, aku pulang dulu, semangat rapatnya emuach"

"yeu ngeselin" ucap Yunera dan Thera bersama.

Saat di depan gerbang, Sazira melihat cowok manis berkulit cerah dan bertubuh tinggi itu sedang tersenyum tipis saat disapa oleh siswi lain, berbeda dengan temannya yang popularitasnya tinggi, dia hanya biasa biasa saja dan tidak peka terhadap lingkungan sekitar, iya, dia, Arta.

Dermagarta Osean. Yang kini sedang berbincang dengan ibu pemilik parkiran di depan sekolah, Arta memilih parkir di luar sekolah karena katanya sangat ribet parkir di dalam, kalau mau pulang ngantri dulu.

"mau pulang ya nak Arta?" tanya ibu itu sambil menunjukkan deretan giginya yang tidak rata.

"hehehe iya bu" jawab Arta kikuk yang tetap memaksakan senyumnya berkembang. 

Arta memberikan uang parkirnya pada pemilik tempat parkir itu, kemudian melenggang pergi menuju motor Vario hitamnya. Dia tidak mengenakan helm hari ini, dan juga tidak menggunakan jaket, Arta langsung pergi setelah motornya menyala. Iya, program sehat dan pengurangan macetnya hanya dilakukan seminggu sekali sebagai bentuk percobaan ke efektifitasanya.

Sementara Sazira hanya terdiam mengamati aktivitas Arta,  "waaaaahh senangnyaa" hebohnya.

Setelah puas mengamati objek di hadapannya, Sazira segera mencari motornya, ditengah itu, Sazira tersenyum manis saat ada siswi lain yang menyapanya, meskipun tidak terlalu mengenalnya.

Sampai detik ini, Sazira masih belum tahu banyak tentang Arta, dia hanya tahu kalau cowok itu sering makan soto di kantin.

Tingg

Kak Dirga

Gak jadi, kapan kapan aja

Sazira

oh gitu, yaudah kak

Kak Dirga

Sudah makan?    

Sazira

belum, kalau kak Dirga udah?

Kak Dirga

Belum, ini baru selesai rapat, 

kamu makan gih, biar gak sakit perut


Sudah lumayan lama mereka saling mengirim pesan, sejujurnya hal itu masih belum mampu meluluhkan Sazira, karena kalau dipikir pikir topik yang mereka bahas sedikit canggung dan tidak mengalir, Sazira jadi bingung sendiri.

Sazira keluar dari kamar hendak makan siang, perutnya sudah berbunyi dari tadi, tapi dia tahan karena terlalu malas untuk mengambil makanan, "wah ikan apa siang ini?" tanya Sazira pada ibundanya yang sedang berada di dapur.

"bukan ikan, tapi ayam" jawab ibundanya.

"hemm salah tanya kayaknya"

"ha hem ha hem apasih, ambilin nasi dong" suruh kakak Sazira, Argan.

"ambil sendiri, punya kaki fungsinya apa?" sewot Sazira.

"nendang kamuuu uutututu"

"apa sih bang!! bun abang tuh!" adu Sazira karena tidak terima kalau di toel kakaknya, dirinya sensitif sekali kalau dengan makhluk satu ini.

Sazira makan dengan tidak khikmat karena makhluk di sampingnya ini tidak bisa diam mengoceh dari tadi.


NB :

HOHOHO 

HOHOHO

HOHOHO

PARAH SIH KALAU BACA NB NYA DI DALEM ATI

SaziraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang