bendahara

8 3 1
                                    

"Gak sopan sekali ya kamu, datang-datang langsung ngobrak-ngabrik perasaanku"


Sazira duduk di tepi kasur sembari memegang ponselnya, dia menatap ponselnya tanpa minat dengan tatapa kosong, masih harus memahami alasannya mengapa menerima ketua OSIS yang jelas jelas sudah diperingatkan oleh sahabatnya, satu nontifikasi mampu membuyarkan lamunannya.

Sazira semakin cengo dengan mulut setengah terbuka, "nomor siapa ini, dan kenapa.. Kak Arta?!"

Ingin rasanya melompat di kasur saking senangnya, tapi dia menjaga hatinya agar tidak jatuh, tapi persetan dia sudah jatuh.

+62857664*****

Save ya, Arta

pacarnya Dirga kan?

Sazira

Iya kak, temannya kak Dirga ya?

Kak Arta 

iya,

Dirga sahabatku, jadi kamu juga ya.


Sazira 

hehehe gitu ya, jadi senang.


Seseorang tolong Sazira saat ini, senyumnya terus saja berkembang sembari melihat layar ponsel, Sazira akan meminta maaf ke Dirga beribu kali karena bersikap seperti ini, ah dia jadi ingat, sedari tadi mengapa cowok itu tidak memberinya kabar.

Ini semua adalah kejadian yang sangat cepat yang disaksikan oleh cowok incarannya.

"Ini salah gak sih?" Gumam Sazira, tentu dia bingung, Dirga adalah orang pertama yang menjadi pasangannya. "Ah sudahlah, jalanin aja."

Keesokan harinya, tidak seperti biasa, ada yang berbeda dengan Sazira hari ini, lebih tepatnya dia jadi pusat perhatian mulai dari lapangan hingga masuk ke ruang kelas.

"Sumpah demi apa! kamu pacaran sama kak Dirga?! gila, semua heboh loh!" Yunera heboh menghampiri Sazira dan meminta penjelasan dari nya.

"Iya, jadi kemarin dia nyatain perasaannya ke aku, dan tau gak kak Arta juga ada di sana," Ucap Sazira menjelaskan.

"Kan aku udah bilang kalau kak Dirga itu anaknya gak pernah serius sama cewek Sazira, kenapa diterima sih," Omel Yunera.

"Aku juga gak tahu tolonggg... Gak tahu harus ngerespon gimana, aku juga gugup lah, gak berani nolak." Rengek Sazira. 

"Apa mungkin ini semua gara gara itu ya? Dari tadi aku ngerasa beda aja pas jalan kesini,"

"Eh iya, hari ini waktunya bayar kas kan?" Lanjut Sazira setengah malas.

Pertanyaannya diangguki oleh Yunera, Setelah dia merasa kalau teman sekelasnya sudah lengkap, Sazira beranjak dari duduknya, hendak mengumpulkan uang kas dari teman-temannya.

"Eh kamu udah banyak yang kosong ini! Ayo bayar gak!" Omel Sazira kepada salah satu cowok.

"Ahh ya ampun aku lupa Sa, tadi aku gak bawa uang saku, haduh minggu depan aja ya Sa." Dalihnya membuat Sazira geram.

"Awas ya nanti kalau aku lihat kamu jajan di kantin, nanti aku aduin ke bu Sumarsih."

"Iya iya jahat banget gila."

Sazira tidak memperdulikan ocehan dari cowok tersebut yang tampak kesal, baru saja selangkah Sazira melangkah, semua siswa di kelasnya berlari keluar, hal ini membuat Sazira cukup frustasi, dia berlari mengejar mereka, dan membawa sapu di tangan kanannya, Sazira menyadari, kalau Bendahara adalah pengurus kelas yang sangat memprihatinkan sudah gitu tidak di bayar lagi.

Sudah berkali kali mereka kabur seperti ini dan berakhir Sazira yang mengejarnya, sungguh melelahkan.

Sazira tidak begitu memperhatikan teman temannya yang sedari tadi menatapnya, dan dengan tanpa ragu dia tersenyum pada temannya.

Sazira pergi ke kantin dengan teman temannya, kali ini bukan hanya Yunera dan juga Thera, tapi ada teman lain yang bergabung, "Eh sini aja yuk Liya, sini Aini." Iya, nama mereka yaitu Aini dan Liya.

Dan kini mereka sedang duduk berlima, memesan soto andalan dan es cincau sebagai pelengkap, kali ini Sazira sangat menikmati bersama mereka, entahlah ini juga baru pertama kali untuk Sazira memiliki teman cewek yang begitu dekat, biasanya sih cuma sebagai bahan pelampiasan teman cewek di kompleknya.

Sazira menyantap suapan terakhirnya dan meneguk habis es cincaunya, sembari mendengarkan cerita dari teman temannya.

"Yuk balik ke kelas yuk." Ajak Thera yang disetujui oleh semuanya.

Saat berjalan bersama, mereka berpapasan dengan tiga cewek dengan kulit yang bisa dikatakan putih bersih, cewek itu menyapa teman teman Sazira, kecuali dia, ah kan Sazira tidak kenal bagaimana dia juga disapa.

Setelah saling menyapa dan basa-basi, salah satu dari mereka melihat Sazira dengan wajah datar dan lirikan mata yang bisa disalah artikan.

"Dari bet nya sih kakak kelas, tapi kenapa ya ngeliatin sampai segitunya, aneh." gumam Sazira pada dirinya sendiri.

"Siapa?" tanya Sazira pada teman temannya.

"Oh itu, kak Kiyah, kita satu organisasi." jelas Liya.

Sazira mengangguk paham, dan melanjutkan langkahnya menuju kelas.

Sebenarnya Sazira merasa ada yang tidak enak dari tatapan kakak kelas tadi, yang menghampiri sahabat sahabatnya, entah kenapa mungkin itu hanya perasaan seorang Sazira.

Mereka duduk di bangkunya masing masing, dan iya, Sazira juga duduk di bangkunya, Yunera sedang berbincang dengan Thera saat ini dan Sazira hanya bermain ponselnya, Sazira sebenarnya ingin cerita perihal dirinya yang sudah jadian dengan Dirga.

"Mikir apa sih?" tanya Yunera yang tiba-tiba di sampingnya.

"Boleh cerita nggak?"

"Boleh, cerita apa memang?"

"Aku jadian sama kak Dirga."

"Ha! Serius?! Kan aku sudah bilang jangaann kenapa masih mau sih" Omel Yunera membuat Sazira meringis.

"Iya, gak papa dijalanin dulu aja kali ya." Jelas Sazira yang tidak berterus terang alasan dia menerima Dirga.

'Masa iya aku bilang gak bisa nolak pas kak Dirga nyatain perasaannya.' Batin Sazira.



NB : 

Hai comeell!!

Ini part-nya hehehe banget ya.

Semoga suka kaliann.!!

See u next chapter!!




SaziraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang