"bagaimana cara seseorang mengendalikan rasa suka dalam diam?"
Sazira berperilaku seperti biasa saat di rumah, berbicara banyak dan menanyakan kepada keluarganya bagaimana dengan kegiatan sehari ini, kalau dipikir pikir bingung juga dengan Sazira, mengapa dia tidak berbicara saja pada ibunya pasti ibunya akan sedikit mengerti tentang bebannya di sekolah, meskipun itu dianggap orang orang masalah kecil, tapi ini kali pertama Sazira didekati seseorang karena rasa suka, itu masih jadi hal yang tak biasa bagi Sazira.
Jika kalian berpikir ibunya adalah orang yang berpikiran terbuka, maka Sazira akan menjawab tidak, ibunya adalah orang yang sangat kental dengan tradisi jawa ditambah dengan lingkungan yang sedikit tidak sehat di daerah nya mau tidak mau ibunya juga hampir sepemikiran dengan orang orang di lingkungannya. Berbeda dengan ayahnya, beliau sangat berpikiran terbuka dan positif.
Hari ini jatuh pada bulan bahasa, para wali kelas berbondong bondong mengarahkan muridnya untuk mengikuti lomba yang disiapkan oleh sekolah, bu Sumarsih memasuki kelas dengan sedikit terburu buru.
"selamat pagi anak anak, ibu singkat saja hari ini ibu akan mencatat anak yang ingin berpartisipasi dalam lomba story telling, speech, and sing. semua dalam bahasa inggris, dan ada juga lomba menyanyi dalam bahasa jawa, lomba nya akan diselenggarakan 2 hari lagi." jelas bu Sumarsih tergopoh dengan membawa pena dan buku absen guna mencatat yang mau ikut serta.
"eh ikut yuk!" ajak Yunera bersemangat.
"yuk" jawab Sazira setuju.
"aku ikut nyanyi aja deh bahasa jawa"
"bu, kita bertiga mau ikut berpartisipasi" ucap Sazira kemudian menjelaskan di bagian mana mereka ingin berpartisipasi.
"bu, saya juga ingin ikut, atas nama Siandya" teriak seseorang itu mampu menarik atensi Sazira, dia tersenyum manis pada Siandya, anak berlesung itu mendaftar untuk berpidato. Sungguh menakjubkan.
Untuk persiapan lomba bu Sumarsih mengoreksi dan melatih cara pengucapan yang baik dan benar dalam bahasa inggris, dan melanjutkan dengan pelajaran dari bu Sumarsih sendiri. Setelah dua jam mendengarkan dan menerima materi, akhirnya bel istirahatnya berbunyi, dan semua di persilahkan untuk beristirahat.
Sazira tidak sengaja bertemu dengan Adhan saat ke kantin, tatapan yang di tunjukan Adhan seperti tatapan kecewa yang tidak bisa diartikan, cowok hitam manis itu melengos pergi menghindari Sazira yang diam membeku, "huh" gumam Sazira tidak enak sendiri dengan kejadian kemarin, demi apapun Sazira tidak ingin menyakiti siapapun.
Setelah kembali dari kantin, Sazira melihat Ken di depan kelas IPS 6 dengan seorang cewek yang bertubuh mungil dan berkulit cerah. Sazira nampak tidak peduli dengan mereka yang sedang bercanda bersama. "dasar memang, kemarin yang dilabrak siapa yang dipacari siapa" gerutu Sazira merasa tidak adil.
Sazira ingin berteriak pada orang yang mencemoohnya kemarin, masalahnya sekarang sudah terbukti bahwa dirinya tidak berpacaran dengan Ken, dirinya bukan PHO, namanya tercemar di kerenakan hal yang tidak berguna.
Sazira tidak tahu apakah Thera dan Yunera tahu tentang ini atau tidak.
Sazira kembali ke kelasnya, dia bersiap untuk menerima pelajaran matematika, Sazira mencoba memahami rumus di papan tulis, dia paham, tapi kalau diberi soal oleh gurunya, dia tidak bisa langsung menjawabnya, Sazira seperti kesulitan dalam menganalisis soal dan memakai rumus yang mana. Pelajaran matematika menjadi penutup pembelajaran hari ini.
Sazira berjalan meninggalkan kelas, saat di lapangan, Sazira melihat Arta dan Dirga yang sedang berjalan di tepi lapangan, mata Sazira menangkap seorang cewek berambut hitam sepunggung, berkulit sawo matang manis yang berjalan di samping mereka, Sazira mempercepat langkahnya dan berjalan mendahului mereka, sesampainya di gerbang, Sazira melihat ibunya yang sudah menunggu di depan gerbang.
Setelah sampai di rumah, Sazira merebehkan tubuhnya di ranjang miliknya, menatap langit langit kamarnya dan menghela napas berat, pasalnya hari ini dia merasa bersalah dengan Adhan, namun merasa sedikit senang karena terbukti bahwa dirinya dan Ken tidak berpacaran.
Sazira terlelap, membiarkan nontifikasi ponselnya berbunyi. sepertinya ada pesan masuk.
Keesokan harinya, Sazira bergegas untuk ke sekolah, Sazira mengerutkan dahinya heran, ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal, dengan segera Sazira membuka roomchat dari nomor tersebut.
+62857006*****
Hai, save ya, Dirga.
Sazira
Dirga?
Tidak berselang lama, pesan yang dikirim Sazira langsung dibaca dan dibalas.
+62857006*****
Iya, kelas 11.
Sazira
Eh, iya kak
Setelah bel berbunyi, semuanya bersiap untuk menerima pembelajaran hari ini, tetapi tiba tiba ada pengumuman yang agak tidak jelas terdengar, dan tak lama kemudian ada sekumpulan siswa yang mengetuk pintu dan meminta izin agar anak OSIS dan MPK mengikuti rapat. Yunera dan Thera tampak tergesa gesa keluar dari kelas, disusul oleh anak anak lain yang bergegas, salah satunya adalah Siandya.
Iya, hanya Sazira yang tidak mengikuti organisasi OSIS diantara sahabatnya, bukan karena tidak tertarik, tapi karena dia terlambat daftar.
NB:
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA KISAH INI SAMPAI SINI
MUACHH
NAJIS WKWKWK.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sazira
Teen FictionIni dimulai sejak Sazira melihat dua orang asing yang berjalan di tengah lapangan. saat itu seperti angin yang berhembus, Sazira merasa tertarik kepada salah satu di antara mereka untuk pertama kalinya, iya, siapa sangka seorang Sazira menjatuhkan k...