CHAPTER 26

2.2K 95 16
                                    

Semoga nggak mem-bangongkan. Eh, maksdnya. Semoga enggak bosan gitu loh...
.
.
.
.
.
.

Ara menatap semua orang yang berkumpul di ruangan Alex. Wanita itu tengah duduk enteng pada kasur rumah sakit dengan Alex yang tengah tertidur di pangkuannya. Ara menatap Sella dan Athes yang tak bergeming saat mendapatkan tatapan tajam dari Harry.

Bagaimana tidak? Sella sudah akan menikah 2 hari lagi dan wanita itu tengah mengusap rambut Athes yang menyandarkan kepalanya pada pangkuan Sella.

Jadi Athes itu duduk di lantai sedangkan Sella di sofa. Nah bayangin aja sendiri.

Harry beberapa kali menyingkirkan tangan Sella dari kepala Athes hingga membuat Athes selalu menangis yang berujung Sella kembali mengusapnya.

"Gua datang kemari buat kasi tau ke kalian semua, kalau lusa, gua bakalan nikah." Ucap Sella yang langsung membuat Athes menangis meraung.

"ENGGAK BOLEH HIKSS.... SELLA CUMAN BOLEH NI-KAH HIKSS.. SAMA GUA!" Teriak Athes yang membuat mereka meringis. Kasihan sekali Athes ini.

"Kamu udah menyia-nyiakan kesempatan Athes. Dan aku enggak bisa kembali lagi sama kamu..." Ucap Sella dengan lembut. Berharap Athes dapat mengerti penjelasannya.

Athes itu harus di lembuti, dia masi sakit dan Sella malah membawa berita buruk baginya.

"Aku harap, kamu datang di acara aku." Ucapan Sella membuat Harry tersenyum kemenangan sekaligus penuh kebanggaan.

"ENGGAK. KITA HIKS.. AKAN MENIKAH!!" Athes tak bisa melepaskan Sella. Athes bodoh. Athes sadar itu. Maka dari itu, izinkan Athes perbaiki semuanya.

"Athes kita nggak bisa sama–"

"HARUS BISA!!!" Bentak Athes tanpa ia sadari.

Sella menghela nafasnya gusar. Athes sangat keras kepala. "Gua datang kesini cuman mau ngundang kalian. Terima enggak terima, gua tetap akan nikah sama Harry. Mau kalian datang atau enggak, pernikahan gua tetap akan berlangsung." Sella berdiri hingga membuat Athes mau tak mau juga harus berdiri. Harry dengan cepat merengkuh pinggang Sella agar tidak berjauhan dengan nya.

"SELLA!!" Athes berteriak frustasi. Ara yang mendengarnya dengan cepat kembali menutup telinga Alex. Alex dari tadi menggeliat saat Athes terus berteriak. Tidak taukah Athes jika Ara tengah khawatir akan kondisi Alex yang tak bisa dikatakan baik-baik saja?

"Gua pa- Huek..Huek..." Sella berlari menuju kamar mandi yang terletak di ruangan itu. Wanita itu, memuntahkan semua isi perutnya. Harry dengan setia mengusap tengkuk Sella. Pria itu menatap khawatir namun, tertutup oleh wajah datarnya.

"Kamu enggak papa?" Tanya Harry yang masih memijit tengkuk Sella, sesekali ia akan mengusap punggung Sella.

"SELLA!! Kamu enggak papa kan?" Tanya Athes yang baru berlari masuk ke kamar mandi.

"Si Sella enggak mungkin hamil kan?" Tanya Ucup yang sedari tadi terdiam di tempatnya.

"Gua juga mikirnya gitu" sahut Dino yang menatap kamar mandi.

"Kalaupun emang benar Sella hamil, dia hamil anak siapa?" Pertanyaan Renaldo membuat mereka membeku di tempat. Apa mungkin anak Athes ?

"Enggak mungkin" jawab Alex yang baru saja terbangun. Sepertinya, pemuda itu dapat membaca pemikiran temannya yang mungkin masuk akal.

"Yang ambil prawan Sella kan Athes" jawab Dino dengan memandang Alex yang masi nyaman menyembunyikan wajahnya di perut datar gadisnya.

"Tapi yang naruh benih di rahim Sella?" Perkataan Athes membuat mereka melongo mendengar nya. Ara hanya diam mendengarkan karna ia tak tau apa yang mereka bicarakan. Hamil ? Siapa yang hamil ? Apa hubungannya muntah dengan hamil? Kan bisa orang muntah karna masuk angin? Gimana sih?

"Kita periksa" ucap Harry yang tak terbantahkan lagi.

Mau tak mau, Sella hanya bisa menurut. Ia terlalu malas untuk sekedar berdebat. Yah walaupun berdebat dengan Harry hanya melayangkan tatapan tajam hingga berakhir dirinya yang kalah.

Mereka semua berjalan menuju ruang pemeriksaan. Dokter khusus perempuan yang di pesan langsung oleh suruhan Alex datang dengan cepat dan memeriksa kondisi Sella.

"Mereka semua mau kemana? Ara mau ikut" ucap gadis itu, saat hanya dirinya dan juga Alex yang berada di ruangan tersebut.

"Enggak usah. Disini aja. Nemenin aku" Alex menggeram tangan Ara yang sangat dirinya rindukan. Bahkan, sekedar melihat saja tak mampu membayar rindunya jika bukan karna pelukan.

"Ara mau punya dedek bayi nggak?" Tanya Alex tiba-tiba.

"Dedek bayi? Dimana?" Tanya Ara dengan polosnya.

"Mau enggak?" Tanya Alex dengan senyum miringnya.

"Lucu engga?" Tanya Ara yang mulai menghayal wajah bayi yang di maksud oleh Alex.

"Lucu. Mirip gua sama elu"

"Kok bisa?"

"Yah, bisa. Mau enggak?"

Ara menganggukkan kepalanya dengan cepat. Ia pengen bayi lucu. Mama papanya sudah tak bisa memberikannya adik dan Zyan yang sudah tak mau mengadopsi adik lagi. Katanya,

"Lu aja cukup. Klau tampah bisa mati gua"

Walaupun Ara tak tau akan makna ucapan Zyan, tapi Ara tak mau abangnya itu mati hanya karna sebuah adik yang Ara inginkan.

Dan secara langsung Alex ingin memberikannya bayi. Kenapa harus Ara tolak, iyyakan?

Ara salah ? Enggak deh.

Mendapati anggukan dari Ara, membuat Alex dengan cepat menutup pintu dengan menekan tombol merah samping ranjangnya. Ia menerjang Ara dengan cepat selagi tak ada yang mengganggu.

Mengertilah yah, apa yang terjadi selanjutnya.
.
.
.
.
.
Dilain tempat, tepatnya di depan ruangan Sella sudah ada Harry, Athes, dan anggota inti Dolly lainnya. Mereka tengah menunggu hasil pemeriksaan yang masih membuat mereka syok kecuali Harry yang kini tersenyum bahagia.

Flashback on

"Bagaimana keadaan Sella dok?" Tanya Athes yang pertama kali sadar akan keberadaan dokter.

"Ada keluarga pasien?" Tanya sang dokter yang di jawab gelengan oleh semua orang.

"Kalau suami?" Sekali lagi mereka menggeleng kecuali Harry yang mengerutkan keningnya bingung.

"Saya calon suaminya." Jawab Harry membuat ia menjadi pusat perhatian.

"Baik. Begini tuan, nona muda di dalam mungkin tengah mengandung. Usia kehamilannya baru beberapa hari, saya sarankan untuk membawanya ke rumah sakit agar memudahkan mengetahui apakah hasil saya sudah benar atau tidak." Setelah mengatakan itu, dokter segera beranjak pergi karna masih banyak pasien yang harus ia tangani. Meninggalkan semua pemuda yang melongo di tempatnya dan juga Athes yang memandang Harry dengan tidak suka.

Flashback off

"Sella hamil anak siapa?" Tanya Athes dengan suara dinginnya. Ia menatap tajam pada Harry yang masi tersenyum.

"Jelas saya. Saya sudah menanam benih saya pada rahim Sella." Jawab Harry dengan membalas tatapan tajam Athes.

"Gua yang akan nikah sama Sella!" Tekan Athes dengan kepalan tangannya.

"Anda tidak mendengarkan apa yang di katakan Sella? Tanpa persetujuan kalian pernikahan saya akan tetap berlangsung. Permisi." Setelah mengatakan itu, Harry segera memasuki ruangan Sella untuk mengajaknya pulang.

Wanitanya harus istirahat total karna lusa akan menjadi acara paling besar yang Harry tunggu.

Dan juga, hari ini adalah hari yang membahagiakan baginya karna akan menjadi seorang ayah.

Sella-nya memang pembawa kebahagiaan juga keberuntungan.
.
.
.
.

Sampai ketemu di chapter selanjutnya..

My Dear ! [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang