Seharusnya Cerrys bisa lebih bersyukur di tengah kondisinya yang sedang tidak stabil ini. seharusnya Cerrys bisa lebih banyak tersenyum pada Vante yang kini tengah mengaduk bubur yang pria itu bawa dan hendak menyuapinya.
Namun senyuman itu sulit untuk Cerrys lakukan. Ia masih terbayang kejadian kemarin di mana Suga membawa seorang gadis padanya dan Vante. Suga mengenalkan gadis bernama Ivy sebagai kekasihnya.
Ayo makan dulu, setidaknya hargai usahaku yang harus potong gaji karena tidak masuk bekerja! gerutu Vante agak kesal karena Cerrys tidak kunjung membuka mulut.
Cerrys menatap sendok berisi bubur dengan potongan sayuran dan ayam yang ada di hadapannya. Ia benar-benar tidak nafsu makan, bahkan tidak ingin minum juga. Ia hanya ingin tidur, istirahat, dan menangis. Tapi sudah bisa Cerrys tebak jika Vante tidak akan membiarkan ia melakukan hal itu.
Aku tidak memintamu untuk kemari dan tidak bekerja, jawab Cerrys yang mau tidak mau melahap bubur yang Vante sodorkan. Sementara Vante kini berdecak sebal karena respons yang di berikan Cerrys agak sedikit menyebalkan.
Namun mau bagaimanapun, Vante tetap saja menyuapi gadis yang kini terduduk di atas tempat tidur dengan punggung bersandar pada sandaran tempat tidur sementara dirinya duduk di kursi yang ada di samping termpat tidur.
Bagi Vante, merawat Cerrys itu sudah seperti kebiasaan. Anak ini gampang sekali sakit sampai Vante ragu apakah Cerrys benar-benar sakit atau hanya sekedar ingin mendapat perhatian saja.
Tapi setidak di cek ke dokter, anak ini benar-benar sakit. Jadi, mau tidak mau biasanya Vante dan Suga akan bergantian untuk mengurus Cerrys yang sakit.
"Harusnya kau bersyukur aku masih mau mengurusmu. Mana ada orang yang mau mengurus anak baru patah hati seperti dirimu!" celetuk Vante.
Cerrys diam saja, menatap Vante yang kini sudah kembali menyodorkan bubur di hadapannya. "Iya terima kasih karena sudah mau bersedia merawat manusia merepotkan ini. Nanti aku bayar, berapa harga dirimu untuk seharian?" tanya Cerrys.
Vante berdecak lagi, agaknya Cerrys ini benar-benar tidak memiliki kalimat agak menyenangkan hari ini.
"Memang aku gigolo! Duh nanti kalau sudah sembuh aku minta traktir burger saja kalau begitu. Satu toko atau bila perlu sampai persediaan burger di toko itu habis."
Dan Vante setidaknya bisa tersenyum lega kala ia selesai mengatakan hal itu, Cerrys menguarkan tawa kecil sambil berucap, Sekalian saja buat chanel mukbang.
Vante terkekeh kecil saja menanggapi. Ia sudah cukup senang dan lega karena ia bisa membuat gadis ini tersenyum bahkan tertawa meski tidak terbahak. Tidak masalah, toh Cerrys sedang sakit. Ia khawatir jika harus membuat Cerrys sampai tertawa terbahak-bahak.
"Omong-omong kau benar-benar tidak ingin pergi ke rumah sakit?" tanya Vante.
Cerrys menggeleng cepat. Jika ia mau, sedari tadi pagi ia akan berangkat sendiri ke rumah sakit yang jaraknya bahkan tidak jauh dari apartemen ini. hanya beberapa meter saja. Tapi Cerrys benar-benar enggan pergi ke sana.
"Istirahat saja, lagipula kau sudah membelikan aku obat. Jangan membuat obat-obatan lagi karena terlalu lama di kulkas sampai expired."
"Serius? Kenapa memang tidak mau pergi? Tidak mood berjalan? Aku bisa menggendongmu jika alasannya seperti itu," ujar Vante yang berujung mendapatkan satu cubitan pada lengannya.
"Aduh! Kenapa sih cubit-cubit?" tanya Vante sambil mengaduh sementara Cerrys kini menatapnya tanpa dosa.
"Aku ini bukan babi gendut yang harus di gendong. Lagipula kenapa sih bersikeras ingin membawaku ke rumah sakit?"

KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfic{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...