Suasana sebenarnya tidak begitu bagus saat Vante kini bertemu pandang dengan Suga di kantin rumah sakit. Ini adalah hari esok setelah kemarin Vante meminta Suga untuk kembali terlebih dahulu.
Ini masih pukul sembilan pagi. Vante dan Suga sama-sama tidak bekerja karena hal ini. Sebut saja mereka tidak begitu profesional, namun Suga tidak bisa untuk menahan rasa penasarannya lagi.
Ia ingin tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi. Suga ingin tahu apa yang Vante sembunyikan dari dirinya.
Suga kini tengah menyesap ice americano miliknya. Semalam ia tidak bisa tidur sebab terus menerka hal ini. Jadi, meminum americano adalah hal yang tidak buruk untuk dilakukan meski buruk bagi tubuhnya.
"Katakan Vante, ada apa sebenarnya?!" gertak Suga karena sudah tidak tahan lagi. Ia sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak membuat Vante segera membuka mulutnya. Ia ingin Vante memberitahu semuanya.
Vante sendiri kini menatap Suga yang nampak sudah sangat amat pensaran dengan semua kejadian ini. Vante tahu, cepat atau lambat, Suga pasti tahu ini semua. Ia juga sudah berdiskusi dengan Cerrys, dan hasil akhirnya adalah Cerrys yang meminta agar Vante menjelaskan beberapa hal pada Suga.
"Apa yang ingin kau ketahui untuk pembukaan?" tanya Vante seolah ada banyak sekali hal yang memang Suga tidak ketahui.
Suga menatap Vante. Ada rasa kesal yang membuncah sebab dirinya menyadari jika Vante banyak menyimpan hal dari dirinya.
"Cerrys, kemana dia pergi selama ini?" tanya Suga. Ia akan mulai dari hal yang paling dasar. Sebab semua masalah ini berawal dari Cerrys yang pergi. Setidaknya, itu yang Suga tahu dan rasakan.
"Di apartemenku, bersembunyi dari semua orang."
"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku, berengsek!" sungut Suga yang emosi. Wajahnya memerah, jarinya mengepal, dan buku-buku jarinya memutih menahan kesal.
"Cerrys yang memintanya," jawab Vante santai. Ia tahu, Suga sangat kesal sekarang. Vante tahu jika ia bisa kena bogem mentah dari Suga kapan saja jika pria itu memang berniat meninju wajah Vante.
"Lalu? Kau tidak benar-benar melaporkan hal ini pada polisi?" tanya Suga lagi.
Vante jelas menggelengkan kepalanya. Ia memang tidak melaporkan hal ini pada polisi karena sudah jelas Cerrys memang tidak benar-benar hilang. Perempuan itu hanya ingin sembunyi, dan kebetulan Vante menyediakan tempat persembunyian.
"Kenapa kau tidak jujur padaku, VANTE!!!" Suga benar-benar muak. Ia kesal sampai dirinya tidak bisa menahan emosi yang membuncah dalam benaknya.
Beberapa presensi yang tengah duduk di kantin rumah sakit sejenak terkejut dan memandang ke arah Vante serta Suga. Dalam kepala mereka bertanya-tanya ada perihal apa sampai membuat keributan seperti tadi? Meski hanya teriakkan sebuah nama, namun itu mengindikasikan ada sesuatu yang tidak baik di antara kedua orang itu.
Apalagi melihat wajah seseorang yang berteriak tadi memerah. Menahan emosi. Membuat penasaran.
Vante menyesap teh miliknya. Mencoba menenangkan dirinya sebab ia sadar jika beberapa orang masih menatap mereka penasaran. Ia juga tidak ingin tersulut emosi yang nantinya akan membuat suasana semakin keruh.
"Aku hanya mengikuti keinginan Cerrys. Pun sebenarnya aku tahu cerrrys tak pergi dari apartemennya. Aku peduli padanya, aku mengecek keadaan dan keberadaannya setiap hari. Lalu kau? Bahkan kau tidak pernah benar-benar memastikan di mana keberadaan Cerrys. Kau hanya bertanya padaku sesekali. Mempercayakan aku begitu saja dan bahkan sama sekali tidak membantuku."
Vante mengatakan semuanya. Semua hal yang ingin ia ungkapkan. Tentang Suga yang Vante ragukan kekhawatirannya pada Cerrys. Sebab Suga, hanya sesekali bertanya padanya. Sesekali hanya menekan bel apartemen Cerrys tanpa berusaha untuk mencari tahu kemana Cerrys sebenarnya pergi.
Vante melakukan semuanya. Meminta beberapa orang untuk menjaga Cerrys. Meminta beberapa orang untuk menjaga Cerrys jika gadis itu keluar dari apartemennya. Ia selalu mengecek CCTV sekitaran apartemen Cerrys.
Vante tak langsung pergi pada Cerrys sebab dirinya menyadari jika Cerrys yang mendadak menjauh itu memang ada sesuatu. Cerrys bukan tipikal wanita yang akan melarikan diri begitu saja jika tidak ada masalah yang benar-benar besar.
Sementara Suga kini terdiam. Emosinya hampir meledak kala Vante berkata demikian. Suga merasa tertampar dengan kalimat Vante sebab dirinya merasa itu memang kebenarannya.
Ia memang khawatir pada Cerrys, namun ia pikir Vante bisa diandalkan. Sebab Cerrys tak begitu terlihat nyaman jika dengan dirinya akhir-akhir ini. Cerrys menjauh darinya setelah Suga menjadikan Ivy sebagai kekasihnya.
"Suga, jangan perdulikan lagi Cerrys. Dia aman bersamaku. Silahkan nikmati hidupmu dengan kekasihmu, jangan lagi membuat Cerrys terluka. Aku sudah sangat sakit melihat dirinya terus menangis," ucap Vante.
Suga menatap Vante. Ia mengerutkan dahinya. "Maksudmu?" tanya Suga meminta penjelasan lebih lanjut. Kalimat yang Vante ucapkan begitu ambigu di telinganya.
"Sebenarnya aku tak boleh mengatakan hal ini, namun aku akan memberitahumu. Cerrys menyukaimu. Dalam diamnya, dalam balutan perhatiannya untukmu, dia menyimpan rasa yang begitu besar untukmu. Dia menangis padaku saat kau menjadikan Ivy sebagai kekasihmu.
"Ku akui, kau tak sepenuhnya salah dalam hal ini. Ini memang salah Cerrys yang tidak mau mengungkapkan perasaannya. Tapi Suga, di balik rasa suka Cerrys padamu, aku juga tersakiti.
"Aku banyak menghabiskan waktu dengannya. Mendengarkan semua ceritanya. Menampung semua air matanya di bahuku. Tapi, aku merasa tak adil. Mengapa dia malah menyukaimu dibanding menyukaiku? Aku mencintainya, sampai-sampai aku membiarkan dirinya mencari kebahagiannya.
"Mulanya aku berniat untuk menemaninya sampai dia mendapatkan dirimu. Aku akan menemaninya sambil terus mempertahankan perasaanku. Namun, setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk tak membiarkan Cerrys masuk dalam pelukmu. Jadi, bisakah kau lepaskan Cerrys dan hidup dengan wanita pilihanmu saja, Suga? Aku benar-benar takkan membiarkan dirinya mencintaimu lagi untuk kedua kalinya."
Suga terdiam. Ia terkejut bukan main mendapati fakta bahwa Cerrys menyukai dirinya. Selama ini, Suga tidak menyadari. Ia tidak tahu jika Cerrys menyukainya. Suga pikir Cerrys hanya menganggapnya sebagai teman saja.
"Vante?" panggil Suga lirih.
"Kenapa kau tidak memberitahukan hal ini lebih awal, Vante? Kenapa kau tidak memberitahu aku kalau dia menyukai diriku?" tanya Suga.
"Karena dia tidak mengizinkan aku untuk melakukannya."
Suga menunduk. Perlahan air matanya turun membasahi pipinya. Hatinya benar-benar berkecamuk. Entah apa yang sedang terjadi saat ini. tapi, ada secercah harapan yang tumbuh dalam benak Suga saat ini.
Suga mengangkat kepalanya, menatap Vante yang kini tengah menatapnya bingung. "Maaf Vante, aku tidak bisa melepasnya. Harusnya kau beritahu aku, supaya aku tak menjadikan Ivy sebagai wanita pengganti Cerrys."
Kening Vante mengerut. Bingung dengan perkataan Suga. "Maksudmu?"
"Aku mencintai Cerrys, Vante. Saat itu kupikir aku tak boleh merusak pertemanan kita. Aku juga tak merasa jika Cerrys menyukai diriku. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk mencoba mencintai orang lain. dan Ivy adalah perempuan yang bisa aku jadikan peralihan. Tapi setelah mendengar ini darimu, aku akan membuat Cerrys kembali mencintaiku. Maafkan aku, Vante."
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfiction{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...