Semuanya seolah nampak berjalan seperti biasa. Cerrys yang bekerja di sebuah perusahaan milik keluarga Han. Vante menjabat sebagai seorang direktur keunagan sementara Suga kini menjabat sebagai seorang direktur personalia.
Cerrys mulanya hanya seorang karyawan biasa, namun ia naik pangkat menjadi sekretaris Vante. Dan yang lebih tidak menyenangkan untuk diberitahu lagi adalah Ivy, kekasih Suga, adalah sekretaris Suga semenjak hampir satu tahun yang lalu.
Setalah insiden kemarin dirinya yang sakit, kini Cerrys memaksakan diri untuk bekerja. Vante juga sama sekali tidak mengurangi pekerjaan untuknya meski pria itu tahu dirinya tidak begitu baik hari ini.
Jangan menyalahkan Vante, dia hanya menjalankan tugasnya. Cerrys juga tidak masalah. Namun di tengah dirinya yang tengah memasukkan data pada komputer, ada seorang wanita yang menggendong seorang anak laki-laki berdiri di depan mejanya.
Cerrys sontak langsung berdiri dan menyapa wanita itu sebab dia adalah istri dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja.
"Selamat siang, mrs. Jims," sapa Cerrys.
Wanita itu tersenyum, memberikan sebuah tas kotak makan di atas meja Cerrys, "Kenapa selalu seformal itu padaku? Usia kita sama, anggap saja aku temanmu," ucapnya.
"Ah, saya merasa tidak enak pada anda," jawab Cerrys.
Jujur saja, istri pemilik perusahaan ini memang ramah sekali, tapi beliau jarang berkunjung ke kantor karena Mr. Jims Arnelio sering sekali pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan. Dan biasanya, istri pak Jims akan ikut.
"Ini makanan untukmu dan pak direktur. Kalian jangan lupa makan," ucapnya sambil memberikan sebuah tas bekal pada Cerrys.
"Terima kasih Bu Raisya, harusnya tidak perlu repot-repot."
Cerrys keluar dari kursinya, mengelus pelan pipi anak laki-laki yang ada di gendongan istri pemilik perusahaan itu. "Aduh, kenapa wajahnya mirip sekali dengan Mr. Jims, Bu Raisya?" tanya Cerrys.
Anak laki-laki itu nampak diam saja, tenang meski kini Cerrys memainkan pipi gembilnya yang kemerahan.
"Gio anaknya, kalau Gio mirip dengan direktur Vante itu akan di pertanyakan," ucap raisya sambil tertawa.
"Bu Raisya bisa saja, terima kasih makanannya, Bu. Harusnya tidak perlu repot seperti ini," ucap Cerrys yang kini mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Aduh, aku merasa tua sekali dipanggil seperti itu olehmu, panggil saja Raisya, tidak perlu pake embel-embel begitu, kecuali situasinya formal. Kalau begitu aku pergi dulu, jangan lupa makan dengan direktur Vante juga," ucapnya lalu berlalu pergi meninggalkan Cerrys yang kini menatap tas bekal berawarna cream kotak-kotak yang ada di mejanya.
Cerrys melirik ke arah pergelangan tangannya. Ini masih jam 11 siang. Masih ada waktu 1 jam sebelum jam istirahat. Jadi, ia akan kembali mengerjakan pekerjaannya terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan Vante nanti.
.
.
.
"Kau memasak? Perasaan pagi tadi kau tidak membawa hal semacam itu," tanya Vante karena bingung kala Cerrys membawa sebuah jinjingan di tangannya yang Vante ketahui itu adalah sebuah tas bekal.
Cerrys tidak langsung menjawab, gadis itu mendudukkan diri di seberang meja utama Vante dan meletakkan tas itu di atas meja Vante yang masih sedikit kosong. "Bu Raisya yang memberikannya, katanya aku harus berbagi denganmu," jawab Cerrys.
"Aduh, pak Jims beruntung sekali. Bu Raisya itu wanita idaman. Sudah cantik, pintar masak, dan kau pernah dengar rumor bahwa bu Raisya bahkan mampu membuat pak Jims tidak mau melirik wanita lain?" ucap Vante.

KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfiction{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...