Cerrys tengah membereskan pakaiannya masuk ke dalam lemari dan sebagian masuk ke dalam mesin cuci. Ia akan mencucinya besok saja karena hari sudah mulai petang.
Cerrys tidak tahu kemana Vante pergi. Teleponnya tidak diangkat, dan pesannya tidak kunjung di balas. Ia terus mencoba untuk berpikir lebih positif sebab barang kali Vante memang tengah sibuk sekali.
Setelah selesai membereskan keperluannya, Cerrys kini berjalan ke arah dapur. Meski tidak tahu kapan Vante pulang, Cerrys akan memasak lebih awal saja. Ia akan memanaskannya nanti jika makanan yang ia siapkan sudah dingin saat Vante pulang.
Meski Cerrys nampak dalam kondisi lebih stabil, bukan berarti Cerrys tidak merasa kehilangan yang amat dalam. Ia sangat kehilangan atas janin yang pernah singgah dalam rahimnya. Cerrys merasa tidak pantas untuk mendapat kesempatan itu. Harusnya Cerrys tidak boleh luluh waktu itu.
Cerrys menyesal karena dirinya malah mau melakukan hubungan itu dengan Suga dalam keadaan Suga yang tidak sadar. Ia hanya buta waktu itu. ia pikir Suga akan ingat dan mau bertanggung jawab. Namun nyatanya Suga sama sekali tidak mengingat apapun seperti manusia amnesia.
Selain dari itu, Cerrys juga tidak enak mengungkapkan tentang kehamilannya karena Suga mengatakan bahwa ia akan bertunangan dengan Ivy karena keluarga Ivy ingin mereka cepat memiliki ikatan yang sah. Mana tega Cerrys merusak kebahagiaan wanita lain dengan kabar yang ia bawa.
Cerrys salah sekali. Beberapa tindakannya di beberapa waktu yang lalu itu salah. Semua pikiran dan tingkah yang ia lakukan memang salah. Termasuk membuat hatinya yang perlahan mau terbuka untuk Vante.
Cerrys masih menyukai Suga, namun hanya sampai di sana. Eksistensi Suga tergantikan oleh Vante karena ketulusan yang pria itu berikan untuknya. Vante menyentuh lubuk hatinya saat ia memang benar-benar membutuhkan sandaran.
Vante datang di waktu yang tepat, namun Vante datang saat kondisi Cerrys tidak layak untuk dirinya. Cerrys berusaha mengulur waktu, menetapkan hatinya. Meyakinkan diri bahwa Vante tak boleh memiliki dirinya dalam keadaan yang tidak bagus.
Setelah kepergian calon bayinya, Cerrys lebih mau menerima. Bahkan karena dirinya yang beberapa waktu kebelakang terus bertama Vante, ia jadi kehilangan sosok Vante yang malah menghilang. Seolah Cerrys malah tengah dititipkan pada Suga. Padahal, saat itu, Vante yang paling ia butuhkan.
Sudah pukul tujuh malam, namun Vante tak kunjung pulang. Vante mengabaikan panggilan telepon darinya, bahkan tidak kunjung membalas pesannya. Cerrys khawatir dengan keadaan Vante, biasanya jika Vante lembur, ia akan membuat teh hangat untuk pria itu. Namun ia sedang tidak ada di samping Vante saat pria itu tengah lembur.
Cerrys menoleh ke arah pintu apartemen karena suara bel yang berbunyi beberapa kali. Tidak mungkin yang datang dan menekan bel adalah Vante. Ini adalah rumahnya, hal yang tidak mungkin jika Vante lupa kata sandi apartemennya.
Jadi, Cerrys kini melangkahkan kakinya mendekat ke arah layar interkom dan menemukan sosok Suga yang kini berdiri di depan pintu. Cerrys membuka pintu apartemen Vante dan melihat Suga yang kini membawa sebuah tempat makan di tangannya.
Pria itu tersenyum hangat ke arah Cerrys, "Ayo makan bersama! Aku memasakkan makanan kesukaanmu," ajak Suga yang kini melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen Vante sampai Cerrys memundurkan kakinya beberapa langkah.
Cerrys tidak tahu, namun ia merasa agak aneh saat berdekatan dengan Suga. Tidak seleluasa dulu. Seperti ada jarak yang ia ciptakan. Ia seperti takut jika terlalu dekat dengan Suga. Padahal, Suga adalah teman lamanya. Sama seperti Vante.
"Ada apa? Kau sudah makan?" tanya Suga yang bingung karena melihat Cerrys yang terus diam. Wanita itu terus menatapnya. Suga tidak tahu apa yang tengah Cerrys pikirkan.
"Tidak, tapi aku sudah memasak untukku dan Vante. Kau bisa bergabung, tapi kita masih harus menunggu Vante pulang," jawab Cerrys.
Jujur saja, saat mendengar Cerrys yang sampai membuat masakan untuk Vante, membuat hati Suga terasa teriris. Suga cemburu.
"Vante mungkin akan lembur. Banyak perkejaan di kantor beberapa hari ini. kita bisa makan lebih dulu, Vante mungkin saja sudah makan di kantor. Bukahkan biasanya kalian seperti itu jika lembur?" tawar Suga.
Cerrys menganggukkan kepalanya membenarkan. Biasanya, jika ia dan Vante pulang malam, mereka akan pergi ke rumah makan random supaya bisa langsung tidur saat sampai di rumah.
Mungkin saja Vante juga akan melakukan itu nanti. Cerrys juga jadi bingung jika Vante melakukan itu, bagaimana dengan makanannya?
"Kalau begitu, makan bersamaku saja. Makanan itu tidak akan habis jika hanya aku yang memakannya," putus Cerrys. Ia akan makan dengan Suga saja. Akan sangat tidak bagus jika ia membuang banyak makanan padahal mungkin saja ada yang tengah menahan lapar di luar sana.
Suga tersenyum lantas ia mengikuti Cerrys ke arah meja makan kecil dekat dapur. Suga mendudukkan dirinya di seberang Cerrys.
Di atas meja makan, sudah ada beberapa makanan yang tersedia. Jelas yang tersaji adalah makanan kesukaan Vante. Makanannya juga sudah hampir dingin sepenuhnya. Mungkin saja Cerrys sudah menyiapkannya sedari tadi.
"Makanlah, kalau bisa di habiskan," kata Cerrys sembari meletakkan mangkuk kecil yang sudah terisi nasi di depan meja Suga dan juga sepasang sumpit. Ia membuka juga sebuah kotak bekal yang Suga bawa dan meletakkannya di tengah.
Suga membawakan olahan daging yang Cerrys sukai. Sedangkan dirinya memasak makanan kesukaan Vante. Ada sedikit rasa tak enak yang kini bercokol dalam benak Cerrys.
Suga kini mengambil japchae dan meletakkannya di atas mangkuk yang sudah diisi dengan nasi. Masakan Cerrys memang selalu enak. Gadis itu cukup banyak belajar.
"Rasanya tidak berubah sama sekali, kau tetap pintar memasak," puji Suga. Cerrys tersenyum. Ia senang jika Suga menyukai makanannya.
"Makananmu juga enak. harusnya jangan sampai seperti ini, Suga. Ini jadi merepotkan untukmu," ucap Cerrys yang kini sudah mulai memakan makanannya. Ia bertekad akan menghabiskan semuanya, sebab Vante selalu tak suka jika ia tidak menghabiskan makanannya.
"Tidak apa-apa, aku menyukaimu jadi hal seperti ini tidak merepotkan untukku."
Kalimat yang Suga katakan tadi jelas membuat Cerrys terdiam membeku. Apalagi di barengi dengan suara sandi apartemen yang di tekan dan suara pintu terbuka diiringi suara tawa yang menguar dan juga suara-suara orang yang tengah berbincang.
Cerrys benar-benar tidak tahu keadaannya saat ini. ia melihat Vante yang tengah menatapnya tak jauh dari tempat duduknya. Namun Vante tidak sendirian, ada seorang gadis yang kini berdiri di sampingnya.
Mengapa Vante sampai membawa seorang gadis ke apartemennya? Terlebih Cerrys bahkan tidak mengenal siapa wanita itu. Biasanya, Vante tidak pernah membawa wanita manapun ke apartemennya selain Cerrys.
Vante juga sama terkejutnya saat melihat Cerrys yang tengah dengan santainya makan di apartemennya bersama dengan Suga.
Vante tahu jika hari ini Cerrys sudah pulang, tapi ia kira Cerrys akan pulang ke apartemen Suga. Bukan apartemen dirinya. Ia pikir Suga akan membawa Cerrys ke apartemennya.
"Kau sudah pulang? Kalau begitu, aku akan pergi. Suga? Ayo pergi!"

KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfiction{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...