Hari berat untuk Suga dalah hari-hari di mana Cerrys menjadi tidak terkendali di apartemennya. Gadis itu terus saja menangis dan tertawa tanpa alasan membuat Suga benar-benar dilanda rasa yang sangat menyakitkan.
Suga baru menyadari kala Cerrys memberitahunya. Potongan ingatan itu seolah mendadak kembali bangkit dari kepalanya. Mengantarkan ribuan rasa benci untuk dirinya sendiri.
Suga egois sekali jika di pikir. Ia sudah melakukan hal yang tidak baik pada Cerrys, namun masih berani untuk meminta Cerrys menerimanya kembali. Bahkan memanfaatkan kesempatan yang ada. Padahal, di balik Cerrys yang ternyata menderita, ada dirinya yang malah hidup tanpa rasa dosa.
Suga tahu jika ia tidak akan pernah mednapat kesempatan lagi untuk bersama Cerrys setelah ia mengetahui kebenarannya. Jadi, menyerahkan Cerrys pada Vante yang sudah jelas begitu mencintai Cerrys dan menyayangi wanita itu adalah hal paling mneyakitkan yang ahrus Suga terima sebagai konsekuensi.
Kejadian ini disembunyikan, termasuk dari Ivy atas permintaan Cerrys sebab tidak mau Suga mendapatkan lebih banyak masalah. Ia sempat mengalami tekanan dan beberapa kali mengunjungi ke psikiater sebelum akhirnya Vante mengajak dirinya untuk membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia di mana di dalamnya hanya ada dia, Vante, dan mungkin anak-anak mereka nanti.
Pesta pernikahan yang di gelar begitu meriah. Ada banyak orang yang hadir juga. Kebanyakan teman-teman mereka saat di kantor. Keluarga Vante juga sangat menerima kehadiran Cerrys bahkan dengan semangat mengatakan bahwa mereka tidak sabar ingin memiliki seorang cucu.
Jauh dalam benak Cerrys, wanita itu sebenarnya tidak enak pada Vante. Ia sudah rusak, bahkan sudah mengalami keguguran. Namun Vante di paksa untuk menerima itu.
Mungkin saja Vante tidak menganggap hal itu memberatkan untuknya. Hanya saja pemikiran seperti Cerrys tidak pantas untuk Vante seringkali hinggap di kepala seorang pengantin yang kini tengah menatap pengantin prianya.
Vante yang merasa di perhatikan oleh Cerrys kini menoleh dan menggenggam jemari Cerrys lebih erat. Memberikan senyuman bahagia pada istrinya itu. tersenyum penuh kebanggaan sampai giginya terlihat.
"Ada apa? Kau membutuhkan sesuatu? Yeobo?"
Jujur. Ini benar-benar memalukan. Menikah dengan sahabatnya sendiri adalah hal yang sangat tidak boleh dilakukan jika tidak ingin merasakan hal aneh dan menggelitik itu.
Panggilan Vante untuknya barusan jelas membuat Cerrys merona. Ada gejolak yang amat aneh merongrong dalam benaknya.
"Panggilannya aneh sekali, jangan memanggilku begitu!" titah Cerrys. Ia menikmati elusan ibu jari Vante di punggung tangannya sementara tangan Cerrys yang lain memegang sebuket bunga putih yang ditata rapi.
Vante terkekeh kecil. Ia juga merasa agak aneh memanggil Cerrys dengan sebutan itu. Iseng saja sebenarnya supaya terbiasa. "Kenapa? Aku ini suamimu, bukankah panggilan seperti itu sangat lumrah di gunakan?"
Cerrys tahu, Vante akan terus menggodanya seperti ini. "Tapi jangan memanggilku seperti itu dengan mendadak, rasanya geli sekali," tutur Cerrys.
"Baiklah sayangku, ada apa, heum? Aku melihatmu terus menatapku begitu, kau butuh sesuatu?" tanya Vante lembut.
Vante merasa sangat terpesona dengan penampilan Cerrys hari ini. Terlihat sangat berbeda dari Cerrys yang biasanya. Gaun putih yang di pakai Cerrys membuat aura wanita itu benar-benar sangat cantik. Ditambah sebuah tiara kecil yang tersemat di kepalanya membuat Cerrys terlihat layaknya seorang putri.
"Tidak ada, aku hanya mengikuti perintah dari otakku saja untuk menatapmu," jujur Cerrys.
"Memikirkanku ya pasti? Katakan kau memikirkan apa, heum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfiction{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...