CHAPTER 14

39 12 2
                                        

Entah apa yang harus Vante lakukan sekarang kala ia melihat Cerrys tengah tertawa dengan Suga yang kini menyuapi dirinya. Vante tidak tahu, bagaimana kelanjutan perasaan Cerrys. Ia tidak tahu apakah Suga akan berhasil kembali merebut hati Cerrys atau tidak.

Perkataan Suga tempo hari masih terngiang jelas di gendang telinganya membuat Vante frustrasi. Ia ingin bertindak, namun dirinya tidak bisa melakukan itu sebab Cerrys takkan senang dengan tindakannya.

Jadi, yang bisa Vante lakukan hanya duduk di depan ruangan Cerrys dengan cup susu hangat yang ia genggam. Tadi pagi, Vante memang meninggalkan Cerrys sebentar untuk berganti pakaian sekaligus ingin membawakan Cerrys susu hangat untuk menemani sarapannya.

Vante pikir, dia akan melihat Cerrys yang menunggunya dnegan sarapan yang masih terpatri di atas nakas. Namun ia malah melihat Suga yang nampaknya bertindak cepat padahal ia hanya meninggalkan Cerrys sebentar.

Sayup, Vante mendengar suara tawa dari dalam ruangan. Itu suara Suga dan Cerrys yang sedang tertawa. Sepertinya suasana di dalam tengah menyenangkan. Vante jadi harus berpikir ulang untuk masuk sebab takut merusak suasana.

Cerrys sedang butuh hiburan, meski Vante sering membuat Cerrys tersenyum, namun kini Suga juga tengah berusaha membuat Cerrys tersenyum. Vante benar-benar tidak tahu langkah apa yang harus ia ambil.

Haruskah ia bertahan?

Jika dirinya bertahan, apakah Cerrys akan bahagia? Gadis itu pasti bahagia jika Suga mengatakan perasaannya. Cerrys akan bahagia karena cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Mungkin saja dulu Vante akan bahagia jika tahu akhirnya akan seperti ini, namun kisah mereka di pertengahan jalan membuat keinginannya berbeda.

Dulu, ia ingin memberikan cintanya untuk Cerrys sampai Cerrys menemukan kebahagiaannya. Namun sekarang berbeda. Ia ingin menjadi alasan Cerrys bisa bahagia. Bukan dengan orang lain.

Jika dirinya pergi, bagaimana dengan perasaannya? Vante tidak tahu apakah ia bisa merelakan Cerrys bersama Suga. Lalu bagaimana dengan perasaan Cerrys? Vante yakin, jika Cerrys perlahan sudah memiliki rasa untuknya.

Yang Vante takutkan adalah perasaan Cerrys untuknya memudar karena pernyataan cinta dari Suga.

Vante bangkit dari duduknya. Membuang cup berisi susu hangat yang ia buatkan untuk Cerrys masuk ke dalam tempat sampah. Vante menyempatkan diri untuk melihat ke arah kaca yang ada di pintu ruangan. Ia dapat dengan jelas melihat Suga dan Cerrys yang masih tertawa.

Cerrys juga menerima suapan dari Suga dnegan baik.

Vante membalikkan tubuhnya. Ia lelah sekali dengan keadaan saat ini. Vante cemburu. Ia ingin menenangkan dirinya terlebih dahulu. Atau sekalian saja tidak perlu kemari lagi jika Suga memang mau menjaga Cerrys.

Jika Suga memang berniat untuk kembali pada Cerrys, Vante juga harus mulai berusaha untuk menyingkirkan rasa yang membelenggu dirinya. Ia harus melakukan itu sebab dirinya tak boleh egois. Cerrys mungkin akan lebih bahagia bersama Suga daripada bersama dirinya.

.

.

.

"Kemana Vante? Dia tidak menjemputku?" tanya Cerrys yang kini tengah duduk di pinggiran ranjang sementara Suga kini tengah memasukkan barang-barang Cerrys ke dalam sebuah paper bag besar.

Sudah dua hari ini Vante tidak mengunjungi Cerrys, dan hanya ada Suga yang terus menemaninya. Cerrys juga sudah beberapa kali menelepon dan mengirimkan pesan pada Vante, namun tak ada jawaban atau balasan.

Saat Cerrys bertanya pada Suga, Suga juga menjawab tidak tahu. Suga juga mengambil cuti selama Cerrys ada di rumah sakit, jadi pria itu tidak tahu apakah Vante berangkat ebkerja atau tidak.

Ia tidak menghubungi siapapun, termasuk Ivy. Ia tidak tahu harus memutuskan hubungannya dengan Ivy bagaimana. Ia tidak bisa berkata bahwa ia akan mulai mengejar Cerrys. Jelas Ivy takkan menerima hal itu dengan mudah.

"Mungkin dia sibuk. Ayo pulang!" ajak Suga yang kini menyodorkan telapak tangannya pada Cerrys yang hanya menatapnya.

Cerrys tahu dan merasakan dengan jelas perubahan sikap Suga. Ia senang, namun ia tidak sesenang itu sebab Vante juga dengan sangat mendadak tidak muncul di hadapannya.

Ia bertanya-tanya apa yang tengah terjadi saat ini? Apa yang mereka bincangkan waktu itu sampai semuanya terasa amat berubah.

"Jangan begitu, Suga. Nanti aku di tegur Ivy," tolak Cerrys yang kini bangkit sendiri. Lagipula tidak ada bagian tubuhnya yang sampai tidak bisa di gerakkan. Diminta untuk pulang sendiripun ia sanggup.

Suga yang melihat Cerrys kini berjalan lebih dulu memilih untuk menghembuskan napasnya. Tidak semudah apa yang ia bayangkan. Beberapa kali mereka terjebak dalam suasana canggung yang bahkan sulit di atasi.

Suga kini berlari mengejar Cerrys yang sudah menunggu di depan lift. Ia menekan tombol lift lantai dasar dan menunggu pintu lift terbuka.

Tidak banyak orang yang ada di dalam satu lift, hanya ada beberapa orang saja yang sepertinya keluar dari rumah sakit juga. Suga tidak banyak bicara, ia berdiri di samping Cerrys dan siaga siapa tahu ada sesuatu yang terjadi nanti.

Namun, tidak ada yang terjadi, bahkan sampai Suga sudah menyalakan mesin mobilnya dan mereka keluar dari area rumah sakit.

Cerrys sedari tadi terus saja menatap layar ponselnya. Meski kini Cerrys ada di sebelahnya, namun atensi gadis itu tidak untuk dirinya. Suga tahu bahwa Cerrys tengah berusaha untuk menghubungi Vante.

"Kau pindahlah ke apartemenku, mungkin juga Vante sedang sibuk. Aku akan lebih bisa sering memantau perkembangan kesehatanmu," ucap Suga di sela keheningan yang ada.

Cerrys menoleh ke samping, tersenyum lantas menggelengkan kepalanya tidak setuju, "Aku harus tetap pulang ke apartemen Vante, itu adalah tempat paling aman yang aku miliki sekarang," jawab Cerrys yang kini sudah mengalihkan perhatiannya kembali pada layar ponselnya.

Cerrys tahu, Suga mencoba untuk lebih perhatian padanya. Namun entah kenapa, itu malah terasa menggelikan. Cerrys tidak tahu, apa respons yang akan Suga keluarkan jika ia baru saja keguguran darah dagingnya. Respons macam apa yang akan Suga keluarkan jika ia tahu bahwa ia pernah mengandung anaknya.

Cerrys menggelengkan kepalanya. Ia tidak akan memberitahu itu pada Suga. Ia tidak mau Suga malah berpikir yang macam-macam. Apalagi, Suga sudah memiliki seorang kekasih yang kabarnya bahkan sudah bertunangan. Ia tidak mau merusak kebahagiaan mereka.

"Memang kenapa dengan apartemenku? Apa itu kurang aman untukmu?' tanya Suga. Sejujurnya, ia merasa agak tersinggung dengan ucapan Cerrys yang mengatakan bahwa apartemen Vante adalah tempat yang snagat aman untuknya. Memang sebegitu buruk apartemennya hingga tidak aman untuk Cerrys?

"Bukan begitu, Suga. Jangan salah paham," pungkas Cerrys.

"Lalu? Kenapa kau tidak mau pergi ke apartemenku?" tanya Suga kukuh.

"Karena, apartemen Vantelah yang membawaku dari kesendirian. Vante yang menemani aku saat aku terpuruk dan ingin pergi. Vante menahanku, memelukku dengan begitu erat dan dia berkata bahwa dirinya akan menerima diriku, apapun keadaannya. Jadi, aku akan tetap pulang ke sana apapun yang terjadi."

IDIOSYNCRATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang