CHAPTER 16

38 10 2
                                        

Cerrys terdiam kala sebelah kakinya sduah berada di luar pintu apartemen Vante. Vante menahan tangan Cerrys hingga gadis itu langsung terdiam di tempat.

Cerrys tidak menoleh. Ia menatap Suga yang juga tengah menggenggam sebelah tangannya. Ia menatap Suga yang masih setia memegang tangannya sambil menatap ke arah dirinya.

"Mau kemana?" tanya Vante.

Suga yang mendengar pertanyaan itu menguar dari birai Vante, menatap pria itu. "Pergi ke apartemenku, kami tidak mungkin mengganggu kalian," kata Suga yang menjawab pertanyaan Vante yang sebenarnya tidak ditujukan untuknya.

Vante menatap Suga tajam. Suga bertindak sangat cepat. Atau mungkin Vante yang mudah menyerah, Vante tidak tahu. Ia hanya tidak ingin melihat dan membiarkan Cerrys pergi bersama Suga dan meninggalkan dirinya. Vante tidak bisa menampik jika dirinya sangat cemburu dan amat kesal.

Vante ingin menarik Cerrys yang sebelah tangannya masih ia tahan. Ia ingin membawa Cerrys dalam peluknya dan melepaskan genggaman Suga dari jemari Cerrys.

"Aku tidak bertanya padamu, Suga."

Cerrys memejamkan maniknya. Batinnya sakit. Ia bingung harus melakukan apa. "Aku akan pergi ke apartemen Suga. Jadi, lepaskan aku dan nikmati waktumu, Vante."

Setelah mengatakan hal itu, Cerrys menghempaskan tangannya sampai genggaman Vante terlepas dan ia membiarkan Suga menarik dirinya untuk masuk ke dalam apartemen pria itu. Menutup pintu dan membiarkan Suga menggiringnya untuk duduk di ruang tengah.

Cerrys langsung terdiam. Terduduk sambil termenung. Bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

Suga sendiri kini berjalan ke arah dapur untuk mengambil air putih kemasan yang selalu ia stok. Suga tahu, ini adalah kesempatan bagus untuk dirinya. Hubungan Vante dan Cerrys tengah tak bagus, jadi ini adalah waktu terbaik untuk dirinya supaya ia bisa membawa Cerrys dalam dekapnya.

Suga mendudukkan diri di kursi yang ada di samping Cerrys. Menyerahkan botol air putih dengan tutup yang sudah di buka tadi.

Cerrys menatap Suga sesaat sebelum ia kini menerima air putih yang Suga berikan dan mengucapkan terima kasih sebelum ia meneguk air mineral itu.

Perlahan, manik Cerrys berkaca-kaca di sela dirinya yang tengah menegak minumannya. Rasa sesak itu benar-benar hadir dalam benaknya. Cerrys sudah tak ingin menampik perasaannya lagi. Ia membutuhkan Vante, bukan Suga. Ia mencintai Vante dan hanya menyukai Suga. Iya, Cerrys tak mau berbohong. rasanya apda Suga memang masih hadir, namun terkalahkan oleh eksistensi Vante.

Ia dirundung rasa tak menyenangkan kala maniknya kini menatap Suga yang tengah mencoba untuk memeluknya namun selalu ia tolak. Ia tidak mau berada dalam peluk Suga. Memorinya kembali mengingat bagaimana penderitaannya di mulai.

Ia benar-benar tidak tahu mengapa memorinya malah memutar pengalaman buruk itu. padahal seharusnya, Cerrys melupakan itu semua dan emmulai lembaran yang baru saja,

Ia tidak boleh mengatakan apapun tentang hal ini. ia tidak boleh merusak kebahagiaan seseorang yang begitu mencintai Suga sebab dirinya juga tak ingin kembali jatuh pada peluk Suga.

"Kenapa Suga? Kenapa kau malah seperti ini?" tanya Cerrys. Skleranya sudah memerah. Pipinya sudah tersentuh air mata. Maniknya mengerjap. Wajahnya memerah. Cerrys menahan mati-matian isakannya.

Ia tidak tahu, mengapa perasaannya setidak jelas ini. Cerrys terus mengira jika dirinya hanya mengalami trauma saja. Ia hanya berpikir jika ini hanya rasa aneh sesaat yang akan hilang seiring waktu.

Suga mencoba menggapai Cerrys agar bisa memeluk gadis itu. Namun Cerrys terus-menerus menolak rengkuhannya. Suga tidak bisa lagi memaksa. Ia sedih sekali melihat kondisi Cerrys yang seperti ini. Hatinya juga terasa sakit kala mendengar Cerrys bertanya tentang sikapnya.

Bukankah seahrusnya gadis itu senang jika ia tahu bahwa dirinya mencintai gadis itu? Bukankah seharusnya Cerrys bisa dengan mudah jatuh pada peluknya kala tahu bahwa cintanya tidak bertepuk sebelah tangan?

"Cerrys, ada apa dengan dirimu?" tanya Suga.

"Kau-kau merusak aku Suga!!! Harusnya kau mengingat semuanya!!! Harusnya kau ingat saat kau bangun tidur waktu itu!!! harusnya kau tahu bahwa aku hamil anakmu!"

.

.

.

Vante terduduk di sofa apartemennya seraya menundukkan kepalanya dalam. Ia bingung harus melakukan apa. Ia tahu bahwa Cerrys salah paham tentang dirinya. Namun Vante juga tak menampik jika ia ingin semua yang tadi ia lihat tidak seperti apa yang ia pikirkan.

Namun melihat Cerrys malah menuruti Suga untuk pergi, Vante benar-benar kacau. Pikirannya berkecamuk. Bagaimana jika sampai Cerrys jatuh pada Suga lalu melupakan dirinya?

Mau bagaimanapun, Vante tidak bisa semudah itu menyudahi rasa cintanya untuk Cerrys. Ia tetap menyukai Cerrys bagaimanapun keadaannya. Meski ia sempat menyerah untuk membiarkan Suga melangkah. Namun jauh dalam lubuk hatinya, Vante terus berharap agar Cerrys tidak menerima Suga kembali.

Bisakah Vante egois? Ia hanya ingin memiliki Cerrys seutuhnya. Ia ingin Cerrys melupakan Suga dan hanya memikirkan dirinya. Ia ingin Cerrys hanya mencintai dirinya. Ia ingin Cerrys bahagia bersamanya. Ia ingin melihat Cerrys tersenyum karena dirinya.

Kenapa rasanya amat sulit untuk mendapat kebahagiaan bersama Cerrys dalam sebuah ikatan yang Vante inginkan?

Vante mengepalkan kedua tangannya. Perlahan air mata itu turun begitu saja dari maniknya. Ia benar-benar tak ingin menahan tangisnya lagi. Vante hanya ingin bersama dengan Cerrys. Melakukan banyak hal menyenangkan bersama dengan gadis itu. Vante hanya ingin menata masa depan bersama Cerrys.

Kenapa rasanya sesulit ini?

Vante membiarkan lelehan air matanya turun. Menyesali keputusannta untuk membiarkan Haeya pergi ke apartemennya untuk mengambil berkas yang memang tertinggal.

Seahrusnya Vante tidak melakukan itu. seharusnya Vante membawanya besok pagi saja. Dengan begitu, Cerrys tidak akan pergi. Ia hanya akan bertanya pada Cerrys dan Suga tanpa harus di tinggalkan seperti ini.

Cerrys hanya salah paham. Haeya itu salah satu karyawannya dan hanya berniat untuk mengambil berkas yang tertinggal. Vante akui jika tindakannya itu memang sedikit bodoh. Ia tidak mengantisipasi hal seperti ini akan terjadi.

Vante tidak tahu jika Cerrys akan pulang ke apartemennya. Vante pikir Cerrys akan pulang ke apartemen Suga. Vante juga seharusnya tahu apa yang akan Cerrys pikirkan. Wanita itu tidak akan pergi begitu saja. Cerrys pasti akan kembali ke apartemennya karena semua barang gadis itu ada di sini.

Bahkan, saat ini, semua barang Cerrys ada di apartemennya. Vante kali ini hanya ingin Cerrys pulang meski untuk mengambil barangnya. Vante hanya ingin bertanya pada Cerrys. Vante ingin kejelasan. Ia tidak ingin hubungannya dengan Cerrys terombang-ambing.

Meski mungkin akan menyakitkan, namun itu akan lebih baik daripada keadaannya malah seperti sekarang. Vante ingin menanyakan pada Cerrys tentang perasaannya. Ia ingin bertanya pada Cerrys.

Apakah Cerrys akan memilih untuk tetap bersamanya atau pergi bersama Suga.

IDIOSYNCRATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang