Cerrys terdiam, menatap Vante yang kini tengah menatapnya. Maniknya memerah dengan tatapan begitu halus pria itu layangkan padanya.
Ada rasa bersalah yang kini Cerrys rasakan kala Vante berkata jika dirinya akan menggantikan Suga untuk menjaga dirinya dan anaknya.
Ya, Cerrys tengah hamil sekarang. usia kandungannya sudah menginjak hampir lima minggu. Ini adalah alasan mengapa dirinya ingin pergi. Tidak ingin membuat siapapun terbebani oleh dirinya. Meski pada nyatanya ini memang sebuah kecelakaan. Bahkan, Cerrys tahu jika Suga tidak akan mengingat kejadian itu.
Cerrys juga bingung, dari mana Vante mengetahui soal kehamilannya. Padahal seingatnya, ia tidak memunculkan tanda-tanda dirinya hamil. Ia juga tidak pernah mual dan muntah di depan Vante. Lalu, dari mana Vante tahu tentang kehamilannya?
"Pergilah Vante. Jangan buang waktumu untukku," ucap Cerrys yang kini menjauhkan wajahnya dari Vante. Ia tidak boleh luluh pada Vante. Ia tidak boleh membuat hidup Vante terbebani karena dirinya. Setidaknya, kalimat itu yang kini tengah terus bergema di rongga dadanya.
Vante berdecih, menggenggam pergelangan tangan Cerrys yang hendak pergi menjauh. "Kau sebegitu butanya pada Suga sampai tidak melirik ke arahku?" tanya Vante.
Cerrys terdiam. Tidak menjawab, bahkan ia memalingkan wajahnya kemanapun asal tidak pada Vante.
"Cerrys lihat aku! Apa arti dari eksistensiku di matamu selama ini? Apa hatimu sebegitu tertutupnya sampai tidak pernah menyadari keberadaanku?" tanya Vante dengan suara seraknya.
Sudut bibirnya masih terluka, membuat ia agak kesulitan berbicara. "Aku tahu, kau tidak mencintaiku. Tapi, bolehkah aku meminta dirimu agar bisa memberi aku kesempatan?" tanya Vante yang kini mendudukkan dirinya.
Jemarinya beralih menangkup wajah Cerrys agar gadis itu mau menghadap ke arahnya. Dapat Vante lihat dengan jelas, bagaimana manik Cerrys sudah memerah menahan tangis. Ada banyak hal yang gadis itu rasakan. Dan Vante tahu itu.
"Cerrys, bisakah kau melihatku sebagai seorang pria mulai sekarang? beri aku kesempatan untuk membuktikannya," pinta Vante lagi.
Setetes air mata jatuh dari kelopak manik sebelah kirinya. Membasahi pipi Cerrys. Pergi Vante. Aku tidak akan pernah bisa melakukannya, ucap Cerrys yang kini menggelengkan kepalanya mencoba untuk melepaskah wajahnya dari tangkupan jemari Vante.
Namun, Vante tidak melepaskannya. Lebih mengeratkan tangkupannya agar Cerrys tetap di tempatnya. menatap manik yang sudah basah itu dalam. Vante tahu, ia tidak akan dapat dengan mudah membuat Cerrys mau menyetujui keinginnya setelah semua yang tengah menimpa gadis itu.
"Aku tidak bodoh Cerrys, jangan berusaha lari. Kau masih memiliki aku, maka biarkan aku memilikimu juga," ucap Vante lagi lembut. Berusaha agar membuat Cerrys mau membuat keputusan yang lebih baik.
Cerrys menggeleng lagi. Melepaskan tangkupan Vante dengan tangannya. Menghapus lelehan air mata yang mengalir di pipinya dengan punggung tangan lantas kembali menatap Vante.
"Kau sama sekali tidak mengerti Vante! Aku sedang mengandung anak orang lain! Aku tidak lagi pantas untuk kau minta seperti itu! Aku-aku bukan wanita baik! Aku bahkan tidak bisa menjaga diriku dengan baik!" ucap Cerrys emosional.
Ia benar-benar kacau jika sudah mengingat tentang kehamilannya. Cerrys tidak menyalahkan bayi yang ada dalam kandungannya, ia tidak bersalah, pun Cerrys tidak berniat menggungurkannya. Karena, bayi ini memang tidak memiliki kesalahan.
Ini adalah kesalahannya. Ia tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Seharusnya ia berontak lebih kuat dari kukungan Suga waktu itu. Harusnya ia tidak langsung pasrah dan berpikir jika Suga akan mengingat semua ini. harusnya ia sadar jika Suga tidak akan pernah mengingatnya karena pria itu mabuk berat dan sedang bertengkar dengan Ivy.
Harusnya Cerrys tidak menjadikan ini sebagai sebuah kesempatan. Seharusnya ia tahu diri. Seharusnya ia..
Cerrys tahu, ia hanya akan menyesali ini seumur hidup tanpa bisa merubah apapun. Ia tahu, semuanya tidak akan kembali baik-baik saja. hidupnya akan berubah kendati Vante meminta dirinya agar bisa menerima pria itu.
Cerrys tidak ingin membuat Vante menjadi sebuah sasaran empuk untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Ia tidak boleh egois lebih dari ini. sudah cukup.
"Aku tidak perduli. Aku akan bersamamu, menjaga dirimu, dan membesarkan anak itu bersama. Selagi itu adalah anakmu, aku tidak masalah."
Vante memang membuat keputusan besar. Ia benar-benar akan menerima semua yang tengah terjadi. Vante benar-benar serius dengan ucapannya. Cerrys tidak akan memiliki pilar lagi, hanya ia yang bisa menjadi pilar gadis itu.
Vante tidak semata-mata hanya merasa kasihan, tapi Vante benar-benar mencintai Cerrys sepenuh hatinya.
"Jangan bertindak bodoh seperti itu, Vante!"
Cerrys benar-benar tidak mengerti dengan isi pikiran Vante yang sekarang. ia benar-benar tidak bisa mengetahui alasan mengapa Vante mau melakukan ini untuknya.
"Apapun Cerrys, apapun akan aku lakukan untukmu! Termasuk mengorbankan diriku sendiri! Aku mencintaimu. Aku menahan rasa sakitku saat kau selalu berbicara tentang Suga di hadapanku! Aku mencoba untuk menahan rasa sakit itu Cerrys agar kau tetap nyaman berada dekat denganku!"
Vante tidak tahan ingin mengungkapkan itu semua. Meski dirinya tahu, hal ini yang akan menentukan hubungan keduanya untuk ke depannya, namun Vante harus berani mengambil risiko besar itu.
Maka, kini Vante membawa wajah Cerrys mendekat ke arahnya. Mencium bibir Cerrys meski gadis itu terus-terusan menolak. Mengesampingkan rasa sakitnya karena dirinya masih babak belur. Sampai akhirnya, Cerrys melemah. Gadis itu menangis karena terdengar suara isakan dan juga ada rasa asin yang kini Vante rasakan.
Vante melepas ciumannya. Mensejajarkan duduknya menjadi duduk di lantai dan membawa Cerrys yang kini menangis dalam dekapannya. Mendekap gadis itu erat sebab Cerrys juga kini balas memeluknya sambil menangis di bahunya.
"Menangislah, setelah itu marahi aku atas tindakanku."
Cerrys semakin mengeratkan peluknya. Mendekap pinggang Vante erat dengan dirinya yang bersandar pada bahu Vante yang kokoh.
Ia merasa bodoh sebab tidak menyadari rasa Vante padanya. Ia begitu banyak menyakiti hati pria tulus seperti Vante selama ini. Cerrys tidak dapat membayangkan bagaimana sakitnya Vante kala ia terus-menerus membahas rasanya pada Suga yang waktu itu kian membesar.
Ia melupakan eksistensi Vante di sampingnya, dan hanya fokus pada yang ia sukai saja. ia tidak peka pada sekitarnya. Vante bukan pria buruk. Pria ini tampan. Lebih tamoan dari Suga. Sikapnya lembut, jauh lebih lembut di banding Suga.
Namun kenapa Cerrys malah melihat pada sosok yang tidak begitu baik di banding Vante? Mengesampingkan sosok pria super baik yang terus berdiri di sebelahnya. Membirkan Vante merasa sakit karena dirina.
"Berikan aku kesempatan Cerrys. Aku akan mengakui anak itu sebagai anakku. Mulai sekarang hidupmu akan aku tanggung, dan mulai sekarang kau akan tinggal di apartemenku karena kau sudah membuat janji akan pindah dari apartemen ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
IDIOSYNCRATIC
Fanfic{E N D} Seventh story' by: Jim_Noona Ternyata benar, aku hanya menutup mata. Aku hanya fokus pada luka yang aku ciptakan sendiri. kekacauan yang menerjang diriku, memang karena ulahku. Aku mneutup mata pada sosok yang selalu ada. Menutup mata pada e...