CHAPTER 9

36 9 0
                                        

Cerrys benar-benar pindah apartemen malam itu juga. Vante yang memintanya. Katanya takut jika ia sendirian di apartemen. Padahal, bisa saja pria itu yang menginap di apartemennya.

Cerrys sendiri juga masih merasa bingung dengan dirinya. Ingin menikmati semua yang ia dapatkan terlebih dahulu. Ingin tahu apa yang akan dilakukan Vante. Jika sedikitnya akan lebih membuat Vante tersiksa nanti, ia akan benar-benar pergi. Tapi untuk sekarang, izinkan Cerrys menjadi wanita egois terlebih dahulu, ia ingin merasakan semua yang harusnya ia dapatkan dari Suga. Namun kini Vante yang akan memberikannya.

Cerrys tidak mengemis agar Vante mau memberikan itu semua, pria itu yang memintanya. Jika di kemudian hari Vante berubah pikiran, maka ia akan pergi. Semoga saja, saampai hari itu, ia tidak terlalu bergantung pada Vante.

Kini, Cerrys tertidur di ranjang Vante, sementara pria itu membawa kasur lipat dan digelar di bawah ranjang. Pria itu masih belum memejamkan matanya, dan Cerrys juga masih betah membuka mata.

Ini sudah lewat dini hari, bahkan sudah hampir menuju pagi. Tapi, mereka berdua masih belum menutup kelopak mata. Agaknya masih saling hanyut dalam pikiran masing-masing.

Besok kau masih harus bekerja, Vante. Tidulah, ucap Cerrys yang kini masih menatap langit-langit kamar Vante.

Ini bukan pertama kalinya ia tidur satu kamar bersama Vante, pun bukan pertama kalinya ia tidur di kasur Vante. Namun, setelah konversasi mereka di apartemen Cerrys tadi, ia jadi agak merasa aneh dengan dirinya. Ia merasa jika suasana kali ini agak berbeda dari biasanya.

"Besok aku akan ambil cuti. Aku ingin pergi denganmu ke rumah orang tuaku untuk membicarakan ini semua," ucap Vante yang membuat Cerrys dengan spontan bangkit dari tidurnya dan terduduk smebari menatap Vante.

"Jangan! Nanti saja!" cegah Cerrys kalut. Ia tidak siap bertemu dnegan ayah dan ibu Vante yang memang selalu menerimanya dnegan tangan terbuka. Tapi hanya sebagai teman Vante. Ia tidak tahu akan bagaimana respons mereka nantinya setelah mengatakan niat Vante. apalagi pria itu akan mengakui jika anak yang ada dalam perutnya adalah anaknya.

Vante menatap Cerrys yang kini tengah menatapnya. Ada gurat resah yang gadis itu tampil di air wajahnya. "Kenapa? Kau masih ragu padaku?" tanya Vante.

Cerrys menggelengkan kepalanya. Mendengar pengorbanan Vante tadi saja ia sudah sangat tidak habis pikir. "Aku tidak meragukan dirimu, Vante, aku meragukan diriku sendiri."

Vante terduduk. Menyibak selimutnya dan mendudukkan diri di kasur. Tepat di depan Cerrys dan langsung membawa gadis itu dalam pelukannya.

Hati Vante sejujurnya kelu untuk menerima kenyataan pahit ini. sukmanya berontak, namun dirinya juga tidak ingin kehilangan wanita yang ia cintai. Biarkan saja Vante mengalah dan menanggung segala konsekuensi yang ada, daripada dirinya membiarkan Cerrys pergi.

"Maafkan aku, Vante," cicit Cerrys yang kini membalas pelukan Vante dan bersandar pada dada bidang pria itu.

"Stttt, jangan terus meminta maaf padaku. Kau tidak bersalah, ini kecelakaan. Tidak apa-apa untuk melakukan kesalahan sekali, tapi kuharap kau harus belajar dari kesalahan kali ini. jangan mengulanginya lagi," ucap Vante yang kini mengelus surai Cerrys lembut.

Meski sejujurnya hati Vante amat sakit, namun Vante mencoba berteman dnegan rasa sakit itu. Ia sebenarnya kecewa pada Cerrys, namun lagi dan lagi dirinya akan mencoba berteman dengan rasa kecewa itu. Mencoba berpikir jika kesalahan Cerrys itu, hanyalah kesalahan kecil saja. tidak perlu diperbesar.

"Aku tidak ingin kita memberitahu siapapun tentang kehamilanku, termasuk pada keluargamu. Aku...aku malu," Vante.

"Apa yang membuatmu malu? Aku akan mengakui jika aku yang melakukannya. Aku akan menganggap jika bayi itu adalah anakku dan mengaku jika itu adalah perbuatanku. Kenapa harus malu?" tanya Vante.

"Aku malu bukan pada keluargamu meski, yah aku juga malu karena tidak bisa menjaga diriku. Tapi aku lebih malu pada dirimu. Aku malu sekali," ucap Cerrys yang kini lebih mengeratkan pelukannya dan semakin menempelkan wajahnya pada dada bidang Vante.

Ini bukan pertama kalinya mereka berpelukan. Sudah cukup sering. Namun lagi dan lagi keduanya merasa aneh karena konversasi yang mereka lakukan. Situasinya berbeda, membuat rasa rengkuhan ini juga berbeda.

Rasa itu mungkin wajar hinggap dalam benakmu. Aku tidak menampik jika diriku juga cukup kecewa padamu. Hanya saja, tidak ada waktu untuk kita terus larut dalam rasa itu. aku mencintaimu, dan akan tetap begitu. Meski aku marah karena kesalahanmu, tapi sudah menjadi tugasku untuk tetap melindungimu.

"Aku tidak masalah jika kau tidak ingin membebani Suga karena takut ia tidak percaya dan takut menganggu hubungan Suga dengan Ivy. Aku senang kau tidak memberitahunya. Katakan saja aku egois. Aku memang seperti itu. Aku tidak ingin kau malah bersama Suga. Aku akan sangat hancur jika itu terjadi, Cerrys. Aku tidak ingin kau malah bersama pria itu kendati dia yang memang seharusnya bertanggung jawab atas dirimu.

"Maka, karena aku mencintaimu, dan aku tidak ingin kau mengalami ini sendirian, aku yang akan menemanimu. Maksud aku ingin mengajakmu untuk bertemu orang tuaku jelas bukan untuk membuatmu malu. Aku ingin mengatakan keseriusanku untuk menikah denganmu.

"Aku tidak ingin anak ini lahir sebelum dia memiliki ayah yang benar-benar mau menjaganya. Aku akan mencatat anak ini sebagai anak kandungku karena tidak mungkin aku menulis nama Suga sebagai ayahnya."

Cerrys terdiam. Mendengarkan perkataan Vante yang sangat panjang itu. Sejujunrya ia terharu mendengar keseriusan yang Vante ucapkan padanya.

Apalagi pria itu berniat untuk menikah dengannya. Alasannya juga jelas. Vante mencintai diribya dan Cerrys seharusnya senang dnegan hal itu.

Namun lagi dan lagi dirinya masih menelan bulat-bulat kenyataan jika dirinya tengah hamil anak dari Suga. Anak dari seorang pria yang ia cintai namun pria itu tidak balik mencintainya.

Ada banyak pilihan yang kini ia genggam, namun tak banyak langkah yang bisa ia lakukan. Menerima Vante adalah opsi paling mudah sekaligus paling menyakitkan unutknya.

Vante sangat tulus mencintainya, namun dirinya bahkan sampai sekarang masih menyukai Suga kendati pria itu benar-benar sudah menjelma menjadi pria brengsek.

Sejujurnya Cerrys tidak tahu respons macam apa yang akan Suga ungkapkan jika tahu dirinya tengah mengandung anaknya. Apa respons yang akan Suga keluarkan jika ia tahu mereka pernah melakukan hubungan badan tanpa Suga sadari?

Membayangkan beberapa kemungkinan yang akan terjadi sama saja seperti tengah menyiksa dirinya. Ia tidak dapat memastikan. Ia juga tidak bisa mengandalkan ekspetasinya.

Cerrys bingung sekali. Ia tidak ingin membebani Vante dan Suga. Ia ingin pergi, namun jika sudah disini, ia tidak mungkin bisa pergi dengan mudah.

Ia tidak ingin menyakiti Vante, tidak ingin juga menganggu Suga. Cerrys hanya ingi semuanya baik-baik saja, meski dirinya yang harus menanggung segala konsekuensi yang ada.

IDIOSYNCRATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang