CHAPTER 10

34 10 0
                                        

Sudah hampir dua minggu Cerrys tinggal di apartemennya tanpa di ketahui siapapun. Bahkan teman Cerrys sekalipun. Ia tidak menghubungi siapapun selain Vante.

Kamar Cerrys dan Vante terpisah sebab apartemen memang memiliki dua kamar. Mulanya, kamar yang kini Cerrys tempati adalah ruang kerja Vante, hanya saja sekarang kini mulai beralih fungsi menjadi kamarnya.

Perlengkapan yang ia butuhkan semuanya di penuhi oleh Vante. Bahkan pakaian sampai perawatan dirinya, Vante yang memenuhi.

Vante juga bilang, sudah ada sekretaris baru yang menggantikan dirinya. Tapi laki-laki. Usianya lebih muda dua tahun dari Vante, tapi kemampuannya memang tidak bisa di ragukan.

Pagi ini, Cerrys sudah membuatkan sarapan sederhana untuk Vante. Anggap saja sebagai balas budi karena Vante mau menampung dirinya. Vante bahkan memperlakukan ia layaknya seorang wanita yang harus Vante lindungi.

Cerrys juga merasa jika dirinya sangat terlindungi di bawah lindungan Vante. Hanya pria ini yang bisa Cerrys andalkan untuk saat ini. Cerrys juga tengah mencoba membuka hati meski dirinya belum merasakan banyak perubahan. Namun sudah mulai ada beberapa kebiasaan Vante yang di lakukan padanya dan Cerrys bisa menerima itu.

Contohnya dalah saat Vante memeluknya dan menelusupkan wajahnya pada perutnya. Membiarkan Cerrys berdiri sementara ia duduk di pinggiran kasur sambil mengumpulkan sukmanya yang masih berkeliaran di alam mimpi.

Cerrys juga tidak masalah. Ia sudah terbiasa sebab hampir dua minggu ini juga Vante melakukan hal ini. Cerrys kini mengelus surai Vante lembut. Beberapa kali menyibaknya sambil tersenyum melihat tingkah Vante yang sebenarnya agak menggelikan jika saja posisi mereka benar-benar hanya sebatas teman.

"Bangun, Vante! Kau harus bersiap. Aku sudah menyiapkan sarapan. Kau mandi dan aku akan siapkan pakaianmu," ucap Cerrys.

Vante menggeleng di depan perut Cerrys yang sebenarnya masih belum terlalu terlihat besar meski sudah mulai terbentuk sedikit.

"Aku masih ingin memelukmu," jawab Vante dengan suaranya yang sedikit serak.

"Tapi kau benar-benar harus bekerja. Aku ini sudah menjadi bebanmu, nanti kalau kau tidak punya uang, aku mau pergi saja."

Vante mendongak. Terlihat jelas dari wajahnya ia masih sangat mengantuk. Vante baru tidur sekitar pukul setengah satu malam karena memang pekerjaannya sedang cukup banyak.

"Kenapa ya jika ingin memiliki uang itu harus bekerja dulu?" tanya Vante random.

Cerrys terkekeh kecil. Melepaskan dua lengan Vante yang melingkar di pinggangnya. "Cepat mandi, Vante! Jangan terlalu banyak melantur, nanti tidak dapat uang!"

"Jadi, sekarang kau berubah menjadi wanita yang gila uang rupanya. Kalau begitu aku harus naik jabatan supaya bisa menghasilkan lebih banyak uang untukmu," ucap Vante yang kini sudah berdiri dan kembali memeluk Cerrys.

Kali ini Vante menyandarkan kepala Cerrys di dadanya. Mendekap tubuh cukup kecil Cerrys yang rapuh dalam dekapannya. Vante tersenyum, masa-masa seperti ini hanya ada dalam bayangnya waktu itu. Tapi sekarang dirinya bisa melakukan ini.

"Iya, makanya bekerja yang rajin. Aku sudah malas bekerja, lelah sekali."

.

.

.

Vante kini tengah berkutat dengan berkas menumpuk di mejanya. Sesekali melihat ke arah layar monitor dan juga tangan terampilnya sibuk menari di atas keyboard dan juga di atas kertas.

Hari ini Vante benar-benar sibuk. Ia tidak mengerti kenapa dirinya begitu sibuk. Perusahaan memang sedang mengalami kemajuan yang cukup signifikan.

Di sela kesibukannya, Vante langsung menghentikan jemarinya dan mengalihkan fokus kala melihat kehadiran Suga yang kini masuk sambil membawa dua map berwarna hitam di tangannya.

Suga meletakkan map yang ia bawa di atas meja Vante sementara dirinya kini mendudukkan diri di depan temannya ini.

Entahlah, Suga tidak tahu. Tapi dari apa yang ia lihat, Vante nampak selalu menghindarinya. Aneh, padahal Suga merasa jika dirinya tidak memiliki masalah dengan Vante.

"Vante?" panggil Suga.

"Kenapa? Masih ada yang harus kita diskusikan selain dua map yang kau bawa ini?" tanya Vante. Ia berkata seperti itu karena dalam dua map itu, tidak ada yang perlu di jelaskan lagi, ia sudah mengerti. Dan tidak biasanya sekali Suga yang mengantarkan langsung map ini. Biasanya juga meminta Ivy untuk mengantarkannya.

"Kau memiliki masalah denganku? Kalau benar begitu, mari kita selesaikan dengan baik-baik," ucap Suga. Ia benar-benar tidak mengerti dengan perangai Vante setelah kabar Cerrys yang menghilang begitu saja.

Tidak ada yang pernah menghubungi atau masih berhubungan dengan Cerrys. Seolah semuanya memang sudah di rencanakan seperti itu. Seolah Cerrys memang tidak ingin siapapun menghubunginya.

Suga sudah berusaha mencari Cerrys. Dan Vante juga bilang bahwa ia sudah melaporkan kasus ini pada polisi, namun belum ada hasil yang memuaskan sampai saat ini.

"Tidak ada, kenapa malah berpikir seperti itu?" tanya Vante.

"Jangan kira aku ini bodoh," Vante.

Suga benar-benar kesal sekali. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun. Bahkan terkait hilangnya Cerrys, itu di luar kendalinya. Ia tidak melakukan apapun. Tapi, kenapa Vante malah bersikap seperti ini padanya? Suga jadi bingung.

"Yasudah, memang tidak ada apapun. Aku hanya stress saja memikirkan Cerrys."

Suga tidak langsung percaya dengan apa yang Vante katakan. Masih terlihat jelas jika Vante benar-benar tidak menginginkan kehadirannya. Suga masih memiliki mata yang masih berfungsi dengan baik, terlebih jarak mereka juga tidak sejauh itu.

Suga sudah lama mengenal Vante, temannya ini tidak akan mendadak mengabaikannya jika dirinya tidak memiliki kesalahan.

Namun, yang menjadi masalah adalah Suga tidak tahu di mana letak kesalahannya. Ia tidak mengerti kenapa mendadak Vante jadi mengabaikan dan bahkan seolah enggan melihatnya.

"Vante, kita saling mengenal bukan setahun atau dua tahun. Katakan padaku jika aku memiliki kesalahan. Aku tidak akan tahu apa kesahalanku yang sebenarnya jika kau tetap membeo seperti ini."

Vante terdiam, mencoba tidak hanyut dalam emosinya. Ia harus tetap menjaga emosinya supaya kabar tentang Cerrys yang kini berada di apartemennya tidak sampai pada telinga Suga.

"Manusia itu makhluk paling sempurna yang ada di muka bumi. Memiliki akal, pikiran, hati, serta nurani. Kau jelas memiliki semuanya, Suga. Lalu kenapa kau tidak menggunakan itu untuk berkaca dan mengingat?" tanya Vante.

Sejujurnya Vante kini mulai membenci Suga. Terlebih pria ini yang sampai menghamili wanita yang ia sukai dan bahkan wanita yang Vante jaga. Vante rela mendengarkan Cerrys yang terus bercerita tentang Suga meski hatinya terluka. Namun balasan yang ia terima bukanlah kebahagiaan yang Cerrys terima, namun kehancuran Cerrys.

"Memang Vante, tapi bagaimanapun aku ini makhluk sosial. Aku membutuhkan orang lain. jika aku memiliki sebuah kesalahan, tolong beritahu aku. Sebab mungkin saja aku melakukan kesalahan itu tanpa aku sadari."

IDIOSYNCRATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang