CHAPTER 11

33 12 0
                                        

Pada hakikatnya, oksigen itu tidak akan pernah habis sebanyak apapun manusia menghirupnya atau seberapa banyak oksigen itu di hembuskan oleh angin. Meskipun manusia terus menghirup banyak oksigen, namun beberapa oksigen yang sudah terhirup akan kembali keluar dan digantikan oksigen yang baru. Angin tak akan bisa menghembus oksigen sebab angin adalah salah satu bagian dari oksigen itu sendiri.

Namun, kini seolah oksigen seperti tengah menjauh dari jangkauannya, napas Cerrys tercekat. Rasa sesak itu menghampiri dirinya ditambah dengan rasa nyeri yang kini mendera tubuhnya. Ia panik pun kalut sebab dirinya paham situasi jika setelah ini, semuanya takkan baik-baik saja.

Darah keluar dari vaginanya dan kini membasahi lantai toilet dengan beberapa bagian darah yang menggumpal. Keringat juga kini sudah membasahi pelipisnya. Cerrys benar-benar takut. Tidak tahu apa yang harus ia lakukan sebab hanya untuk sekedar bernapas saja ia kesulitan.

Sampai akhirnya, di tengah ia yang merintih, terdengar ketukan di pintu kamar mandi disertai dengan suara yang memanggil-manggil namanya. Namun Cerrys tak kuat untuk mengatakan apapun, kepalanya pusing sekali. Sampai perlahan kini kesadarannya menghilang dan ia tergeletak di atas lantai kamar mandi yang dingin. Berharap agar Vante mendobrak pintu kamar mandinya saja dan menyelamatkan dirinya.

Tepat saat itu, Vante benar-benar mendobrak pintu kamar mandi dengan sekuat tenaga sebab Vante ikut kalap saat mendengar rintihan Cerrys yang sudah tidak terdengar.

Vante benar-benar terkejut dengan kondisi Cerrys yang amat mengenaskan dengan darah yang berceceran bahkan mengotori pakaiannya. Tanpa tunggu lama, Vante langsung membuka jaketnya dan memasangkannya pada bagian pinggang Cerrys sebelum menggendong wanita itu dalam dekapnya.

Vante harus cepat. Ia tidak boleh terlambat. Nyawa Cerrys mungkin sedang dalam bahaya. Ditambah lagi situasi yang teramat Vante sadari. Tak bisa di tampik jika Vante takut kalau-kalau Cerrys mengalami keguguran jika melihat gumpalan darah yang sempat dirinya lihat di kamar mandi.

"Bertahanlah Cerrys," ucap Vante yang kini mulai menjalankan mesin mobilnya.

Vante pikir, malam ini ia akan makan malam dengan Cerrys diiringi suasana hangat sambil membicarakan bayi yang sedang berada di perut Cerrys.

Vante pikir mereka akan membicarakan banyak hal tentang kelanjutan hubungan mereka untuk kedepannya, sebab Vante tak ingin menunggu lama untuk segera menjadikan Cerrys miliknya.

Vante hanya tidak ingin Suga memiliki waktu untuk mengambil kembali perhatian Cerrys.

Katakan saja Vante egois, namun Vante juga manusia biasa. Ia mencintai Cerrys dan itu yang membuat dirinya ingin agar Cerrys hanya menatapnya saja. memberikan perhatian padanya.

Vante sampai di depan pintu unit gawat darurat salah satu rumah sakit terdekat. Ia tidak memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit karena itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Jadi, Vante langsung keluar dan membawa Cerrys masuk ke dalam rumah sakit sambil berteriak meminta pertolongan.

Ia sama sekali tidak malu saat dirinya jadi pusat perhatian karena suara lantangnya. Tidak masalah karena ia juga sedang dalam kondisi yang amat sangat darurat. Ada wanita yang kini akralnya sudah mulai mendingin dan Vante takut sesuatu yang buruk menimpa Cerrys.

.

.

.

Aroma rumah sakit yang amat khas seakan menemani kesadaran Cerrys yang kini mencoba membuka matanya perlahan. Kesadarannya sudah mulai kembali meski dengan kondisi yang amat lemah dan juga seluruh tubuhnya yang terasa nyeri.

Cerrys mengerjapkan maniknya beberapa kali. Menyesuaikan dengan lampu ruangan yang bersinar terang. Beberapa kali Cerrys kesulitan menyesuaikan cahaya yang masuk pada retina matanya, sampai akhirnya ia mulai bisa membuka maniknya.

Cerrys menoleh ke samping sebab merasakan elusan hangat pada jemarinya. Sejujurnya, Cerrys tidak merasa terkejut saat mendapati kepala Vante yang kini tergeletak di sebelah brankar dengan jemari yang masih menggenggam jemarinya erat.

Pria ini tertidur, namun masih bisa mengelus jemarinya dengan lembut.

Perlahan, Cerrys mencoba mengenali situasi. Tanpa harus ia bertanya, dirinya tahu sekarang ia tengah berada di mana.

Namun kini isakan mulai keluar dari birainya. Ia ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Saat dirinya terpeleset dan darah keluar dari bagian dirinya. Cerrys mengelus perutnya dengan tangan yang satunya. Merasakan sesak kala dirinya tahu jika semuanya sudah tidak lagi ada dalam dirinya.

Cerrys bukan tidak mengerti, pendarahan yang ia alami sudah sangat banyak, dan mustahil jika bayi itu masih ada dalam kandungannya.

Mendengar isakan, tidur Vante terganggu dan pria itu langsung mengangkat kepalanya. Menemukan Cerrys yang sudah menangis sesegukan sambil mengelus perutnya.

Vante langsung menekan tombol yang ada di sebelah brankar untuk memanggil tenaga medis yang ada.

"Cerrys, tidak apa-apa, aku ada bersamamu," ucap Vante yang kini menggenggam jemari Cerrys sambil menyeka keringat yang muncul di wajah Cerrys.

Manik Cerrys yang basah kini terarah pada Vante yang tengah menatapnya sedih. Cerrys hancur, merasa tidak becus hanya untuk menjaga janin yang ada dalam perutnya. Padahal, hanya bayi itu yang akan meninggalkan kenangannya bersama Suga meski Cerrys tahu jika bayi itu akan melukai Vante juga pada akhirnya.

Namun Cerrys merasa amat bersalah, sebab bayi itu tidak bersalah dalam hal ini. dia ada karena satu kesalahan, namun bayi itu sama sekali tidak tahu jika ia hadir dalam hubungan yang salah. Bahkan Suga yang seharusnya menjadi ayah dari bayi itu tidak tahu akan kehadirannya.

"Tap-tapi kenapa dia harus pergi bahkan di saat aku belum melihatnya, Vante?" isak Cerrys. Ia benar-benar tak mengerti mengapa takdir sejahat ini mempermainkan dirinya.

Jika memang dirinya belum pantas untuk memiliki bayi dalam hidupnya, lalu kenapa tuhan harus menghadirkan dia dalam perutnya?

Apakah ini hukuman atas kesalahan yang telah Cerrys lakukan? Tapi kenapa harus Cerrys yang ada di posisi seperti ini. Sebegitu salahkah dirinya saat mencintai Suga sampai tuhan memberikannya takdir seperti ini.

Sebenarnya apa yang telah Cerrys lakukan sampai tuhan menakdirkan takdir yang begitu kejam untuk dirinya? Dosa besar macam apa yang pernah Cerrys lakukan dahulu sampai ia harus mengalami hal seperti ini?

Mungkin ini hal ini terdengar biasa bagi banyak orang yang belum pernah mengalami dan tidak mengerti bagaimana rasanya berada di posisi Cerrys saat ini. namun bagi Cerrys, semua ini benar-benar menyakitkan. Ia hampir menjadi seorang ibu. Namun gelar itu bahkan belum ia dapatkan, dan sesuatu yang akan memberikan gelar itu padanya malah pergi tanpa sepatah kata dan bahkan tidak pernah menatapnya.

Vante juga tidak bisa berkata apapun. Ia menjauh saat tenaga medis datang untuk mengecek keadaan Cerrys. Dengan sisa kekuatan yang ada, Vante tidak boleh hanyut dalam kesedihan, ia harus kuat untuk menguatkan Cerrys.

Di tengah dirinya yang sedang mengamati Cerrys, pintu ruangan terbuka lebar. "Cerrys?"

Suara itu menguar. Menyadarkan Vante jika ada sosok manusia lain di ruangan ini. di sana. Suga berdiri. Dengan wajah berantakkan tengah menatap Cerrys sendu.

IDIOSYNCRATICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang