22.

695 109 5
                                    

Angin malam, bulan purnama, serta lampu jalanan. Ketiga hal tersebut menjadi saksi bisu kedua anak adam yang kini tengah melangkah beriringan, tanpa sepatah kata maupun suara. Keduanya diselimuti rasa canggung yang datang secara tiba-tiba, mengingat beberapa jam lalu yang telah mereka lakukan yang seharusnya tidak mereka lakukan.

Yang lebih pendek mendongak, menatap langit tanpa gemintang. Ia bergumam sesuatu, namun hanya dapat didengar jelas oleh dirinya sendiri.

Gumaman itu berbunyi, "the moon is beautiful, isn't it?"

Sehingga membuat sang lawan bicara menoleh dan bertanya, "kenapa, Yan?"

Byanel balas menoleh, lalu mengulas senyuman tipis disertai gelengan kepala. Tingkahnya itu membuat Tondi kebingungan.

"Kita mau ke mana?" Tanya Byanel.

"Jangan banyak tanya."

Byanel mengernyitkan dahinya, "galak banget!"

"Ikutin aja, bentar lagi nyampe."

Dan anggukan adalah respon Byanel. Sampai di mana ia melihat sebuah toko yang di pinggirnya ada warung kopi, di sana tampak tak terlalu ramai. Hanya ada beberapa pemuda yang hanya sekadar nongkrong, meminum kopi, dan bermain catur.

"Kita mau ke warkop?" Byanel kembali bertanya, lantas Tondi merangkulnya, membawa cowok berpipi gembil dirangkulannya tersebut ke toko itu.

"Katanya mau eskrim goreng," ucap Tondi yang berhasil membuat kedua manik Byanel berbinar.

Dan kini keduanya berakhir duduk di sebuah kursi di taman kota, tempatnya tak terlalu ramai. Mungkin karena sekarang sudah menunjukan pukul 10 malam.

Sedari tadi Tondi memperhatikan cara Byanel memakan eskrim goreng, ia terkekeh ketika mendengar cowok manis itu berseru karena enak. Lantas ia mengusak surai Byanel dengan gemas, sedikit mengelusnya di bagian leher belakang, memijatnya pelan seperti yang ia lakukan pada kucingnya.

"Gimana, suka?" Tanya Tondi, Byanel mengangguk dengan cepat.

"Enak! Yakali gue gak suka. Gila sih, kok bisa jam segini tokonya masih buka?"

Tondi mengendikan bahunya. "Lagi beruntung, biasanya jam segini udah tutup."

"Masa, sih?"

Tondi mengangguk sebagai responnya.

"Gue liat liat lo akrab banget sama yang punya toko," ujar Byanel menatap Tondi penuh kecurigaan. Melihat itu, Tondi mengerjap lalu membuang pandangannya ke arah lain.

"Yang punya toko, temen gua waktu SMA."

"Tuh, kan. Tapi kenapa lo gak beli?"

"Gua gak terlalu suka eskrim sebenernya."

"Oh gitu, kok gue baru tau?"

"Lo gak pernah nanya."

"Oh iya ya .... "

Suasana menjadi hening. Tondi kembali menoleh, namun ia sedikit terkejut ketika mendapati Byanel sedang menatapnya. Selang beberapa detik, Byanel mengerjap dan langsung membuang pandangan ke arah lain.

Tondi menghela napasnya, melihat Byanel yang kini sedang menatap kedua pasangan di ujung taman. "Oh iya, Yan? Gua minta maaf,"

"Buat apa?" sela Byanel tanpa menoleh.

"Kelakuan gua waktu di kamar ... "

"Husttt!" Byanel menoleh cepat sembari mendesis menyuruh Tondi agar tak melanjutkan kalimatnya. "Udah. Gak usah dibahas, gue tau itu cuma bercanda. Udah, ya? Jangan bahas lagi."

Huge Mood - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang