Tondi memarkirkan motornya di parkiran gedung fisip, ia terlihat menunggu seseorang. Tak lama kemudian, orang itu datang.
"Oy, Bang!"
Harsa mendekatinya. "Ada apa nih, kok gak sama Byan? Dia kemana?"
"Abis dari dokter, dia gak masuk hari ini. Bilangin ya?"
Terdapat raut khawatir di wajah cowok gondrong itu. "Sakit apa?"
"Demam, sama masuk angin."
"Terus gimana keadaannya sekarang? Kok bisa demam, apa kehujanan kemarin? Duh, gue khawatir gini."
Tondi menukik alisnya tajam, menatap Harsa seolah ingin menonjoknya. "Gak usah khawatir. Barusan dia makan mie ayam favoritnya, itu berarti dia udah mendingan." Tondi menjawab dengan nada tegas.
Harsa menggaruk tengkuknya canggung. "Oh gitu, ya udah ntar gue bilang kalau Byan lagi sakit."
"Sip, makasih, Sa. Gua cabut, ada kelas."
Mengangguk, Harsa melambai. "Pulang kelas gue jenguk Byan, yak."
Tondi mengernyitkan dahi. "Lah kenapa ijin? Tinggal jenguk."
"Harus dong, lo kan doinya."
"Tau juga lu," jawab Tondi, kemudian membawa vespanya keluar gedung fisip.
Di sisi lain Harsa terkikik geli sambil menggelengkan kepalanya. "Takut banget gue ambil dah."
__________
Di kamarnya, Byanel meringis. Bagian belakangnya masih terasa ngilu.
Tapi orang-orang di rumah hanya tahu Byanel sedang sakit, tanpa mengetahui tentang kenapa Byanel hanya berbaring sepanjang hari di ranjangnya.
Kecuali Cia, sepulang sekolahnya gadis itu hampir tiap jam datang ke kamar. Menanyakan keadaan sang kakak, sesekali membawa makanan.
"Aa udah mendingan kan sekarang?" Tanyanya, duduk di tepi ranjang sambil menatap Byanel penuh kekhawatiran.
"Udah, makasih makanannya."
"He'em, kalau butuh bantuan panggil Cia aja. Papa sama Mama lagi pergi soalnya."
"Ke mana?"
Cia mengedikan bahu, "enggak tau."
Setelah itu, Cia keluar ruangan meninggalkan Byanel sendirian. Lantas, Byanel beranjak duduk sambil meringis.
"Aw!" Pekiknya, kemudian meremat selimut. "Perih banget kampret!"
Seketika Byanel merinding membayangkan betapa kasarnya Tondi semalam. Gila, benar-benar gila.
Sejujurnya, ia sangat malu kalau bertemu Tondi. Dan dia juga baru menyadari barusan bahwa dirinya telah menjadi kekasih cowok tampan itu sejak kemarin.
Tok! Tok!
Pintu diketuk dari luar, ketukannya terdengar asing. Kalau pun itu Cia, gadis itu tidak pernah mengetuk terlebih dahulu.
"Masuk aja, Kak."
Suara Cia!
"Okay." Detik berikutnya, tubuh menjulang tinggi bak model tersebut memasuki kamar.
Harsa tersenyum lebar, menenteng satu kilo jeruk di balik kantung plastik putih.
"Oy, Yan!"
"Oy! Tumben sendiri, Saka sama Felix mana?"
"Kerkom, mereka cuma bisa beliin lo jeruk. Ini sebenernya kita patungan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Huge Mood - Minsung ✓
Fanfictionjarak kita jauh, tapi kupu-kupunya nyampe ke Bandung. [ minho x jisung, lokal!au ] ©jjemonads, 2021. all right reserved.