Seorang gadis kecil menangis saat kecoa mati yang tiba-tiba masuk ke dalam bajunya di bagian punggung. Di sisi lain, lelaki berpipi gembil seumuran menertawakan ulahnya.
"Mamaaa! Iyan jahat!" teriak gadis itu sambil menangis tersedu-sedu.
"Byan gak boleh gitu!" Tondi yang waktu itu berusia sepuluh tahun datang, dia memarahi Byanel.
"Eya bilangin mama loh ya!" Reya pulang dengan tangisannya yang masih terdengar.
Sementara itu, Byanel menunduk dalam, takut akan tatapan marah sang kakak sepupu.
"Byan, minta maaf sama Reya."
Byanel menggeleng pelan sambil meremat ujung bajunya.
"Kenapa gak mau? Kamu nakal sama Reya, ayo minta maaf."
"N-nanti sore, Iyan minta maafnya."
Mendengar suara Byanel yang gemetar seakan ingin menangis membuat Tondi menghela napasnya, lantas ia mengusak surai adiknya itu.
"Jangan nakal kayak gitu lagi, gimana kalau kamu dimarahin sama mama-nya Reya?"
Byanel mendongak secara perlahan, dia menatap Tondi yang lebih tinggi darinya itu sambil cemberut.
"Iyan nggak takut, kan ada Kakak."
"Kalau gak ada Kakak gimana?"
"Kak Tondi gak boleh pergi!!!"
Tondi mengulas cengiran, karena Byanel sangat menggemaskan dengan pipi gembilnya yang seakan akan tumpah.
"Aku gak bisa janji jagain kamu terus, Yan."
Kring!!!
Alarm berdering memberitahukan bahwa sekarang sudah pukul 7 pagi. Byanel membuka kelopak matanya, hal pertama yang ia lihat adalah Cia yang sedang membuka tirai jendela. Sinar mentari pagi perlahan masuk membuat matanya mengerjap silau.
"Nah gitu dong, cepetan mandi. Waktu berjalan dengan cepat, nanti lo telat." Cia melangkah keluar kamar setelah berhasil membangunkan Byanel.
Karena masih setengah sadar, Byanel hanya terduduk di atas ranjangnya sambil mengucek mata.
Ia teringat mimpi tadi. Bukan, itu bukan mimpi. Melainkan kilas balik kehidupan, dicampuri bunga tidur.
Sudah 2 tahun berlalu, dan hari ini ia harus segera mandi lalu bersiap-siap. Hari ini adalah hari paling penting. Sidang terakhir.
Pada akhirnya, Byanel lulus dengan gelar S.I.KOM.
Setelah acara selesai, Byanel pergi ke gedung teknik terlebih dahulu. Hanya untuk sekadar bertemu Reya yang sekarang juga lulus sarjana.
Gadis itu berdiri di bawah tangga sendirian sambil mengulas senyum memperhatikan buket bunga yang ia pegang. Sadar akan kehadiran Byanel, Reya berubah menjadi canggung.
Byanel memberi senyuman, dia mendekat dan mengulurkan tangannya untuk sekadar mengusak surai panjang Reya. Diperlakukan seperti itu cukup membuat Reya terkejut, lantas dia mengulum senyum.
"Selamat buat kita," ucap Byanel.
Reya mengangguk, kemudian menepis tangan Byanel di kepalanya sambil terkekeh geli.
"Jadi, kapan mau buka hati lagi?"
"Buat siapa?"
Reya lantas tersenyum, dia balas mengusak surai Byanel dengan gemas. "Yan? Serius gue gak apa apa, kalau jadi tujuan terakhir, buat lo."
Byanel terkesiap. Jantungnya kembali berdebar kencang setelah sekian lama. Apa itu? sekilas ia melihat Tondi di diri Reya.
"Iyan, tujuan lo apa setelah ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Huge Mood - Minsung ✓
Fanfictionjarak kita jauh, tapi kupu-kupunya nyampe ke Bandung. [ minho x jisung, lokal!au ] ©jjemonads, 2021. all right reserved.