25.

711 107 22
                                    

3 minggu kemudian, Byanel meminta Harsa untuk mengantarnya ke Surabaya. Ke tempat di mana Yola tinggal.

Sepanjang perjalanan Byanel terus memikirkan kekasihnya itu, ia tidak mau mengakhiri hubungan, namun di sisi lain ia juga sudah lelah menjalaninya. Sangat tidak konsisten.

Sebenarnya dia hanya takut kehilangan. Apalagi ini Yola, orang yang telah menceritakan tentang bintang padanya, menceritakan kisah-kisah menarik yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Dan dia adalah Yola, perempuan manis dengan senyuman hangat bak madu dan teh.

"Katanya magang bang Tondi cuma bentar, sebulan lagi selesai." Harsa membuka suara setelah keheningan menyelimuti perjalanan mereka.

Byanel menoleh, lantas mengangguk. Setelah itu kembali menatap lurus.

Harsa mengernyit heran, "kok responnya biasa aja?"

"Emangnya harus gimana, Sa?"

"Gak kangen dia?"

"Kalau gue kangen, terus dia gak kangen balik. Gue rugi."

"Pasti kangen balik lah, Yan."

"Gak mungkin sih, Sa. Chat gue sebulan yang lalu aja gak di read, apalagi di bales."

Harsa mengulum bibirnya, bingung harus memberikan respon seperti apa.

"Kalau gue bilang kangen, dia bakal bales gak sih? Sa, gimana menurut lu?" lanjut Byanel, menatap Harsa di bangku kemudi.

Harsa menoleh singkat, lalu fokus menyetir lagi.

"Eum! Coba aja dulu, siapa tau dibales."

Byanel hanya mengangkat kedua sudut bibirnya, senyuman yang terlihat hampa. "Okay."

Sesampainya di tempat tujuan, Harsa memarkirkan mobilnya di depan rumah minimalis milik keluarga Yola.

"Sa, lo mau ikut?" Tanya Byanel sebelum keluar dari mobil.

Harsa menggeleng. "Gak usah ah, malu. Lagian itu urusan kalian berdua." Byanel ikut mengangguk.

"Ya udah, gue masuk dulu. Doain, semoga hubungan gue diperpanjang."

Harsa terkekeh, menepuk pundak Byanel. "Iya, gue doain."

__________

Yola dengan dress biru serta rambutnya yang di ikat tinggi. Senyumnya masih sama, indah.

"Apa kabar?" Sapa Byanel, mengusap pucuk kepala sang kekasih dengan lembut.

"Kangen ... " jawabnya, "apa aku boleh peluk?"

Byanel terkekeh, ia merentangkan tangannya. "Sini."

Yola masih dengan senyumannya, tampak terlihat lebih bahagia setelah berhasil memeluk Byanel yang sudah lama tidak bertemu. Yola menangis, memeluk erat tubuh kekasihnya.

Sementara itu, Byanel tersenyum lembut. Tangannya mengusap punggung Yola, lalu keningnya ia kecup dengan tulus.

"Maaf," ucap Byanel nyaris berbisik. Yola melepas pelukan itu, kemudian mengangguk. Lantas Byanel menghapus jejak air mata di pipi gadisnya.

"Aku juga mau minta maaf sama kamu," balas Yola. "Dan tentang kalian, Lia udah kasih tau aku."

Jantung Byanel rasanya mendadak berhenti sejenak.

"Yola ... "

"Gak apa-apa, Byan. Kalau pun itu bukan bercandaan, aku beneran baik-baik aja. Jatuh cinta paling tulus itu membiarkan orang yang dicintainya bahagia bersama pilihannya, kan? Itu yang pernah kamu bilang dulu, ketika aku lagi ada di titik terendah hidup karena masa lalu dan kamu datang, buat semangatin aku. Aku beruntung bisa ketemu orang baik kayak kamu, Byan." Yola menggenggam kedua tangan Byanel erat, sorotnya menatap pupil Byanel sangat dalam.

Huge Mood - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang