Ngerti gak? Byanel mendadak salah tingkah sekarang, tangannya gemetar panas dingin memegang ponsel. Dia menelan ludahnya sendiri dengan susah payah menatap satu bubble chat yang baru saja Tondi kirim.
Vc katanya ...
Ia belum sempat mengetik untuk membalas pesan Tondi, tapi cowok asal Bogor itu lebih dulu meminta video call.
"Anjir ah! Tonduy! Woyyy!" Ia melompat ke atas kasur, grasak grusuk, dan pada akhirnya duduk sila. Menggeser tombol virtual berwarna hijau setelah dirasa ia sudah siap.
sjdlanxkajsjsj!!!!!
Jantung Byanel berdetak dua kali lebih cepat saat melihat Tondi tersenyum di seberang sana.
"Kenapa belum tidur?" Tanya Tondi dengan surai legamnya yang sedikit berantakan.
Messy hair!!!!
Byanel mengulum bibirnya, lalu menggeleng kecil menjawab pertanyaan Tondi barusan. Setelah itu Byanel mendengar Tondi terkekeh pelan dengan suara khas bangun tidur.
"Gua kebangun, terus sibuk banget sampai gak sempat buka hp, buka hp paling cuma bales chat yang penting doang ... " Tondi menghentikan kalimatnya saat melihat Byanel mengangkat sebelah alis. "Bukan berarti chat lu gak penting, Byanel."
"Eum~ iya gapapa. cuma khawatir aja, Bang Tondi pergi magang gak bilang-bilang."
Tondi mengerjap dua kali mendengar nada bicara Byanel yang berubah drastis. Tidak bertemu Byanel selama dua bulan membuatnya cukup kaget. Apalagi ketika menyadari Byanel pagi ini begitu menarik, dan sejak kapan bibir itu terlihat lebih cerah dengan warna peach alami, serta pipi gembilnya yang juga merona.
Tondi mengalihkan pandangan ke samping bawah, tidak lagi menatap Byanel.
"Kenapa? Udah ngantuk?" Tanya si cowok serupa tupai itu.
"Enggak, bukan." Tondi menjawab.
Byanel mengernyit heran. "Kenapa atuh?"
"Takut ... "
Byanel sedikit mendekat ke arah kamera, ekspresinya menggambarkan sebuah kebingungan.
"Takut kenapa dah?"
"Takut makin cinta."
Wah, sial. Gimana nih, Byanel harus memberi respon seperti apa? Sedangkan aslinya dia sedang salah tingkah.
"Yan?"
Byanel kembali menatap Tondi di layar ponsel, keduanya saling bertukar pandang cukup lama.
"Bentar lagi gua pulang, kita ketemu ya?"
Byanel membalasnya hanya dengan sebuah anggukan kecil, serta ranumnya mengulas senyuman manis. Kemudian ia bergumam.
"Kangen."
"Hah?"
"Gue kangen, tapi gak tau kangen siapa. Lo pernah gak sih kyk gini?"
Tondi berdecak sebal, "lu mah bikin gua geer mulu."
"Hahaha tadinya mau kangen elu."
"Bodo, kayaknya lo kangen seseorang tapi gak mau ngakuinnya."
"Ya justru itu, tapi barusan gue udah ngaku dah perasaan ... "
Tondi menatap Byanel dengan sorot datar. "Lo jangan mancing emosi aing terus dah."
Byanel melotot dengan kedua alis sedikit terangkat. "LAH HARUSNYA ELO SENENG??????!"
"GAK JADI SENENG GUA DIKANGENIN SAMA ORANG DENIAL."
"ALAH KAMPRET ASLINYA ELO KESENENGAN!"
"Gak sih, aslinya gua ngantuk."
"Oh gitu," Byanel menganggukkan kepalanya. "Kalau gitu gue matiin ya? Ngantuk juga soalnya."
Tondi ikut mengangguk. "Heeh sok atuh, sleep tight sweety."
"HAH?"
Terkekeh, Tondi menggeleng. "Udah sana tidur, atau mau sleep call?"
Byanel tampak berpikir sejenak, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur.
"Sleep call," ucapnya dengan seulas cengiran.
____________
Waktu berjalan dengan cepat, satu bulan sudah terlewati. Kini Byanel menjalani aktivitasnya dengan baik, tidak murung dan tidak bolos kuliah lagi.
Meskipun dia belum tahu jelas, kapan Tondi pulang dan bertemu dengannya.
Tadi siang Reya datang ke gedung fisip, dia meminta maaf pada Byanel. Padahal ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sampai membuat Reya minta maaf, belum sempat bertanya, gadis itu malah lari.
"Gimana nih, udah move on dari Yola?" Tanya Saka sambil memakan camilan punya Felix.
"Udah lah pasti," sela Harsa, bersandar pada batang pohon dekat kursi--yang di duduki Saka, Felix, dan Byanel--di taman kampus.
Felix terkekeh sejenak setelah melihat Byanel yang hanya diam tanpa merespon.
"Oh iya," Felix mencoba mengalihkan topik. "Abis ini kita nongkrong di warkop bang Atuy mau gak?"
Saka dan Harsa menyetujui dengan cepat.
"Urang gak bisa kayaknya. Udah sore banget, mendung juga, mau langsung pulang aja," ucap Byanel yang membuat ketiganya menoleh.
"Tumben pisan, Yan." Harsa mengernyit heran.
"Udah gapapa. Kalau Byan gak ikut, gue juga gak ikut," timpal Saka tiba-tiba.
"Lah gitu ya njir, yaudah gak jadi dah gak jadi," ucap Felix.
Tak lama setelah itu, ada seseorang yang menghampiri mereka dan berkata pada Byanel.
"Yan, ada yang nungguin di depan gerbang, buruan katanya."
Byanel beranjak berdiri, "siapa?"
"Doi maneh."
Otomatis keempat dari mereka saling bertukar pandang, bertanya-tanya.
"Doi maneh siapa, Yan? Kan baru aja putus," kata Saka.
"Teuing," jawab Byanel singkat. "Urang ke depan dulu dah, duluan yak!" Setelah itu berlari sambil menepuk pundak orang yang menyampaikan informasi tadi sebagai ucapan terimakasih secara tidak langsung.
Dan di sini lah Byanel, berdiri dengan jarak sekitar 15 meter. Menatap seseorang yang sedang melambaikan tangan sambil duduk di atas motor vespa birunya.
××
KAMU SEDANG MEMBACA
Huge Mood - Minsung ✓
Fanfictionjarak kita jauh, tapi kupu-kupunya nyampe ke Bandung. [ minho x jisung, lokal!au ] ©jjemonads, 2021. all right reserved.