16.

669 103 20
                                    

kemarin Tondi mengajak Byanel pulang bareng, sedangkan masing-masing dari mereka membawa motor. Sebenarnya, Tondi merutuki dirinya sendiri, merasa useless, dan apa manfaatnya pulang bareng dengan Byanel? Sementara jarak rumah antar keduanya berjauhan dan beda arah.

Lagi-lagi Tondi lupa mengambil dompet yang tertinggal di rumah Byanel sebelum pulang. Byanel juga bodoh karena kelupaan.

Dan malam ini, keduanya sedang berhadapan di layar laptop masing-masing, dengan jarak mereka yang berjauhan. Byanel di Bandung, Tondi di Bogor.

Byanel tengkurap di atas kasur menatap layar laptop, tubuhnya berbalut selimut tebal. Sedangkan Tondi duduk di bangku meja belajarnya, sambil sesekali memakan eskrim yang ia beli waktu pulang dari kampus.

"Eskrim apa tuh, kok aneh bentuknya?" Tanya Byanel.

Tondi melihat eskrim di genggamannya, lalu kembali menatap Byanel lewat layar monitor.

"Eskrim goreng."

"Hah? Sia hereuy? Emang ada? Eskrim di goreng ya meleleh setau gue."

Tondi mendelik. "Dikasih tau malah ngeyel."

"Ya maap, gue kira elu bercanda."

"Teu nanaon. Enak sih eskrimnya, mau gak?" Tawar Tondi membuat Byanel berbinar.

"Mau!"

"Beli sendiri."

Byanel kembali menciut, bibirnya mengerucut lucu. "Kayaknya di sini gak ada."

"Iya nanti gua beliin."

"Pengen dua."

"Lu di kasih hati minta jantung, Yan."

Byanel tergelak. "Satunya lagi kan buat lu."

"Gapapa, buat lu aja."

"Tumben baik ... "

Di sana Tondi berdecak sebal. "Naon sih, kayak selama ini gua jahatin elu aja dah."

"Kan emang."

"Yang ada elu itumah."

"Allahuakbar kok gue ... Waduh, baru kali ini gue dapet pahala ngobrol sama lo."

"Padahalmah sering, lo aja yang males ngelakuinnya."

"Sembarangan ente!"

"Gak ngaku tuh," kata Tondi, lalu meminum air dari botol.

"Gue pukul nih!"

"Sini pukul," jawabnya cepat.

Byanel terkekeh pelan, lalu menyelimuti sebagian kepalanya. "Gue sosor mampus."

"Ntar gua sosor balik pake mulut kambing."

"Weh goblog euy!" Byanel tergelak.

Di seberang sana Tondi ikut tertawa karena melihat Byanel tertawa.

"Oh iya ... "

Ucapan Tondi membuat Byanel menghentikan tawanya. "Kenapa, Bang?"

"Napas gua agak sesek."

Byanel merubah raut wajahnya menjadi khawatir, "kenapa? Lo sakit?"

"Enggak sih, agak sesek doang."

"Coba pake kayu putih. Lagian udah tengah malem, mendingan lo tidur sekarang."

Tondi terkekeh menatap Byanel sambil menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jemari.

Aduh, ganteng pisan.

"Jangan khawatir, gua sehat sehat aja. Kalau gua sakit ntar lo sedih, ya kan?"

Sorot mata Byanel beralih tak menatap Tondi. "Iya, sih. Ya kali gue seneng," ucapnya dengan intonasi rendah.

Tondi kembali tertawa. Byanel menghela napasnya, "kampret, malah ketawa."

"Maaf, Bro. Maneh lucu soalnya."

"Kalau mau gue maafin kasih eskrim goreng dulu."

"ITU MULU!" tukas Tondi.

"Sengaja, biar lu bosen."

"Ntar beneran gak gua beliin nih."

"BECANDA. ah! Sedih gue ... "

"Kayaknya gua seneng."

"BRENGSEK."

Tok tok tok!

Refleks Byanel menutup mulutnya menggunakan telapak tangan sambil melihat ke arah pintu. Kemudian beralih melihat layar monitor lagi.

"Gue matiin, ya? Ketauan belum tidur sama ayah."

Tondi mengangguk, lalu dapat Byanel lihat cowok ganteng itu mendekatkan wajahnya pada kamera.

"Bobo yang nyenyak," bisik Tondi sebelum mematikan video call.

Suasana menjadi hening.

Byanel tak bergeming menatap layar laptopnya yang kini berganti menjadi layar hitam.

Aneh, kok perut Byanel ada kupu-kupunya, ya?

Tondi berbahaya.

__________


"Byan!"

Byanel menoleh, ia mendapati Reya berlari kecil menghampirinya yang sedang duduk di bangku kafetaria.

"Buset, Rey? Ngapain lo jauh-jauh ke gedung fisip."

Reya dengan cengirannya, duduk di sebelah Byanel. "Gimana, lo udah maafin gue?"

Byanel mengangkat sebelah alisnya mendengar pertanyaan Reya. Setelah melihat respon Byanel, Reya kembali menghela napasnya pasrah.

"Belum maafin gue, ya?"

Terkekeh pelan, Byanel merangkul teman masa kecilnya itu. "Santai aja sih, sekarang yang gue khawatirin tuh hubungan lo sama Tondi. Gimana, lo gapapa? Gak ada niatan gopub aja biar semua orang tau kalian pacaran?"

Reya mengulum bibirnya, lalu tersenyum kecil. "Nggak deh, nunggu Tondi aja yang bilang."

Entah kenapa Byanel merasa ada yang janggal dengan senyuman Reya, lebih seperti ... menyimpan kepedihan?

"Rey, apa lo udah tau. Kalau Tondi—"

"Bisexual."

Byanel sedikit terkejut.

"Dia bisex. Gue gak tau sejak kapan, tapi dia jujur ke gue beberapa hari yang lalu, dan gue rasa setelah dia jujur kayak gitu, sikap dia jadi beda sama gue. Apa dia lagi tertarik sama orang lain, ya?" lanjut Reya.

Disela rangkulan Byanel pada Reya, ia menepuk-nepuk pelan bahunya mencoba memberi kenyamanan. "Jangan mikir aneh-aneh, Tondi orangnya gak se-brengsek itu. Dia berani jujur ke lu, itu artinya dia percaya sama lu. Lu juga harus percaya sama dia. Dan soal sikap dia jadi beda? Rey, hati manusia kadang berubah-ubah, hati mereka dibolak-balik sama yang maha kuasa. Lu tau dia tsundere, kan? Dia keliatan cuek, tapi diem-diem dia peduli."

Mendengar penuturan dari teman masa kecilnya, Reya tersenyum penuh haru. Byanel sudah banyak berubah, dan itu point menariknya. "Terharu aku, Yan."

Byanel terkekeh pelan, mengusak surai Reya. "Gue cuma gak suka liat sisi menyedihkan dari temen kesayangan gue."

Reya tertawa dirangkulan Byanel. "Bisa aja kamu, tupai!" Lalu mencubit pipi cowok manis itu dengan gemas.

Dari kejauhan, Tondi berdiri memperhatikan keduanya.






















"Eh, Bang Tondi. Mau ngapel ya?" ucap Saka sambil lewat.

××


Heyyo!
How's ur days?
anw, aku bingung pilih
visualisasi reya.
hehe.
then, makasih banyak
buat kamu yang udah
sempatin baca
thanks a lot!
rrakk (◠‿◕)

Huge Mood - Minsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang