"Kalian yakin mau IVF??" Tanya Haseul.
*(IVF= In Vitro Fertilization)*
Jinsoul mengangguk mantap, sementara Kim Lip terlihat ragu.
"Aku bukan nakut-nakutin loh ya, karena aku dan Vivi berhasil begitu. Tapi kan Jo itu lahir murni dari perutku. Sedangkan kalian maunya itu ovarium dari Jinsoul dan wadahnya pakai punya mu, Lip.. Bukan gak mungkin, tapi karena ini prosesnya rumit, kemungkinan berhasil sangat kecil.."
Haseul berhenti sebentar, memastikan keduanya baik-baik saja.
"Ok.. Sederhananya gini, nanti tim dokter akan mengambil sample ovarium Jinsoul yang akan dibuahi oleh sperma terbaik yang sudah dipilih melalui proses yang rumit juga--"
"Bentar dok, berarti gue begituan sama cowok gitu??" Tanya Jinsoul.
"Ya enggak donk Soul.. Ada yang namanya pendonor sperma. Dan itu anonim. Yang dimasukkan ke kamu, itu bentuknya sperma. Bukan batangan.."
"Sabun kali ah batangan. Lagian kamu kok dodol banget sih yank.. Buat apa aku nikah sama kamu kalo akhirnya kamu juga kawin sama batang?"
"Ya siapa tau kan.. Ok lanjut dok."
"Nah dari proses itu nanti, setelah 3-5 hari ovarium dan sperma akan membentuk embrio yang nantinya akan ditarik keluar dan dimasukkan ke rahim Kim Lip.. Sakit? Pasti. Ribet? Iya. Resiko? Banyak. Mulai dari pendarahan, cancer, prematur, berat bayi rendah nantinya, stress meningkat dam tingkat keberhasilan dari IVF normal aja hanya 35% - 40%, apalagi yang silang.. Kemungkinan terburuknya ibu dan anak ya meninggal."
"Kok iniku nyut-nyutan ya yank?" Kata Kim Lip agak panik.
"Mau dipijit?" Bisik Jinsoul.
"Hih, mulutnya ya. Lanjut kak."
"Takut Lip? Nyeri? Hehehe.. Gak papa.. IVF ini ada yang berhasil kok walopun sangat jarang ada yang mau begitu.."
"Kenapa??"
"Ya karena IVF yang biasa pun sebenarnya tidak disarankan untuk pasangan seperti kita. Kalian taulah, landasan hukumnya illegal di sini. Dan penelitian juga menemukan bahwa anak-anak yang terlahir dari pasangan LGBT akan mengalami emosi 4x lipat lebih besar dibanding anak-anak dari pasangan normal dan rentan dengan bullyian karena alasan tidak punya sosok ayah.."
"Terus kenapa kakak bersikeras mau punya anak?"
"Anak-anak itu mahluk suci yang berhak mendapat cinta tanpa syarat. Sosok ayah bukanlah satu-satunya hal yang bisa membuat anak bahagia. Aku dan cicik mu yakin, bukan egois ya, Jo akan tumbuh dengan baik penuh cinta, penuh kasih, dan dia akan mengerti apapun yang terjadi itu kehendak Tuhan. Toh aku adalah ibunya. Selamanya kami akan berusaha mencukupi dia dan membuatnya bahagia karena selamanya juga dia darah dagingku.."
"Kak..." Kim Lip berkaca-kaca.
"Dok.. Lo bener-bener idaman.." Puji Jinsoul.
--------------------
Sejak perbincangan dan wejangan dari berbagai sumber, mereka mantap menikah. Keputusan berakhir dengan tetap tinggal di rumah Kim Lip. Bukan karena Jinsoul tidak bisa beli rumah baru, tapi karena Kim Lip maunya begitu. "Tabung aja sayang, buat pendidikan anak-anak nanti." Katanya. Jinsoulpun mengalah dan membawa barang-barangnya dari rumah sekaligus apartmentnya ke rumah Kim Lip.
Soal honeymoon? Skip dulu. Masih pandemi, lagipula Jinsoul tidak mau meninggalkan anak-anak di rumah sementara mereka bersenang-senang. Honeymoon bisa kapan saja di mana saja. Toh everyday is honeymoon day buat mereka.
5 bulan berlalu sejak pernikahan itu dan mereka semakin mantap melakukan IVF. Berbagai proses yang mereka jalani hampir membuat mereka menyerah. Tapi karena support dari keluarga, Kim Lip pun berhasil hamil. 🥳🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kids on Us (Season 1)
Fanfictiontw / gxg 🚨 If you are homophobic, get the fuck out of this fiction. Thank you :D Cerita ini akan banyak berfokus pada kehidupan rumah tangga Kim Lip dan Jinsoul. Dan akan di update santai sambil ngopi.