#Alteration 74. Pulang

305 68 16
                                    



Pemuda dengan topi hitam yang sengaja ia gunakan untuk menutupi bagian dahi dan pelipis wajahnya itu tersenyum tipis, membalas senyuman seorang ibu tua yang ia persilahkan duduk dalam gerbong kereta yang melaju cepat.

Buru-buru ia pergi dari sana sebelum si wanita lansia itu menyadari wajahnya yang penuh luka, melangkahkan kakinya ke kursi-kursi belakang, dan sampai paling belakang, ia mendudukan dirinya di samping pria paruh baya yang tenggelam dalam kertas korannya.

Jungkook menyandarkan kepalanya pada sandaran, banyak hal yang masih menganggu pikirannya, termaksud cara dia bisa ada di kereta ini sendirian. Jungkook tidak mau—atau mungkin Papanya tidak mau satu mobil dengannya, alhasil mereka hanya membawa kak Seulgi dan keluarganya juga sang Mama. Jungkook disuruh pergi sendiri.

Kenapa kak Seulgi ikut? Itu yang Jungkook pikirkan.


Karena keluarga besarnya akan berkumpul di sana, entah apa yang terjadi, mungkin perbincangan serius mengenai nama keluarga mereka yang mulai tercemar akibat ulahnya dan mencari solusinya bersama-sama.

Jungkook benci kumpul-kumpul begitu.

Tapi bertahan di sini ia tidak sanggup lagi.


Pandangan Jungkook ke luar jendela, ke arah gedung-gedung ibukota yang masih terlihat dan langit dengan awan gelapnya, juga rintik-rintik yang membasahi kaca, walau netranya harus melewati si pria paruh baya yang sepertinya tertidur dari balik korannya.

Jungkook menghela nafas, tak ada sedetikpun pikirannya lepas dari sosok Eunha. Jungkook merindukannya, sangat.

Jungkook masih membutuhkannya.


Bahkan saat ia keluar rumah tadi tak ada yang ia beri tau. Eunha tidak tau, atau seorangpun dari temannya tak ada yang tau kalau Jungkook akan pergi jauh, dan kemungkinan tidak akan kembali dalam waktu dekat.

Ponsel di tangannya sempat ia lirik, sampai detik ini masih ada harapan kalau ada balasan chat dari Eunha atau minimal ribuan permintaan maaf darinya Eunha baca. Sayangnya tak ada satupun.


Jungkook menyerah, membiarkan semua yang ia bangun di kota tempat ia tumbuh sendirian selama bertahun-tahun runtuh begitu saja.

Jungkook ingin berhenti, ia hanya mau pulang.






~~~


Orang-orang keluar kereta dengan setengah berlari karena menghindari air hujan, walau sudah agak reda namun rintik-rintik halus masih membasahi permukaan dan langit pun juga sama gelapnya. Jungkook jadi orang terakhir yang keluar dari gerbong saat beberapa orang mulai masuk menggantikan arus keluar, ia mengedarkan pandangan ke sekitar, merasa asing.

Sangat asing.

Pertama kalinya Jungkook pulang, tentu saja ia belum tau arah dan keadaan.


Untungnya, Jungkook sudah diberi alamat sama kak Seulgi, Jungkook minta lebih dulu, tidak ada alasan lagi ia untuk menolak semua sikap baik kakak sepupunya itu, walau nanti saat sampai di rumah ia tau akan dihakimi seluruh anggota keluarganya—Jungkook tidak tau akan dihakimi bagaimana apa ia akan dipukul lagi atau entahlah.

Alteration ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang