#Alteration 62. Now, Tomorrow and Forever

345 64 8
                                    





Keringat terus membasahi dahi dan keningnya, nafasnya terengah, namun si pemilik berusaha mengatur agar lebih stabil. Jungkook mendesis kesakitan saat bulir keringat itu turun dan mengenai salah satu lukanya yang masih basah.

Namun ia tidak bisa bergerak, dengan posisi push up dan menahan tubuhnya dengan kedua lengan, Jungkook hanya bisa bertahan sampai si pelatih meneriakan perintah untuknya lagi.


"Kenapa? Capek? Lemah!"

Bentakan si pelatih-- yang sebenarnya adalah suami Hyuna, sudah menjadi makanannya sehari-hari, tapi semangatnya tak pernah padam ataupun bosan mendengarnya, justru kalimat menyakitkan itu bagaikan bahan bakar.


"Seratus dua puluh sembilan, seratus tiga puluh." Hitungan dari sang pelatih membuat ia menaikkan dan menurunkan lengan untuk menangkat beban tubuhnya lagi. Sudah hampir setengah jam Jungkook di posisi ini, tapi si pelatih belum memberikan keringanan untuknya.

"Yang cepat, lemah!"


Plakk


Punggungnya dipukul lagi, dengan besi ringan yang sudah akrab dengan permukaan kulitnya, namun bohong kalau Jungkook bilang itu tidak menyakitkan.

"Seratus tiga puluh satu, seratus tiga puluh dua."


Si pelatih mendorong punggungnya membuat beban yang ia akan dua kali lipat lebih berat, lengannya sempat bergetar, tapi Jungkook berhasil melewatinya walau rasanya amat sakit.

"Sampai dua ratus, hitung sendiri!."

Perintah sang pelatih kembali mendaratkan besi itu di punggung dan kakinya, Jungkook mempercepat pergerakannya agar latihan ini juga cepat berakhir.

Latihan? Ah, bukan. Ia rasa ini lebih ke arah hukuman. Pertandingan pertama yang Jungkook tunggu-tunggu selama setahun ternyata tidak semulus yang ia bayangkan. Jungkook menyesal meminta hal itu terburu-buru sedangkan ia sendiri belum melakukannya dengan baik.

Jungkook memang menang, tapi luka yang ditinggalkan tidak jauh berbeda dari si lawan. Sama-sama babak belur dan hidungnya sempat berdarah selangkah ia turun dari ring.


Jungkook tak sengaja batuk karena tubuhnya mulai lelah, si pelatih mendengar itu dan kembali memukulnya. "Kamu gak malu saat Hyuna anggap kamu kartu AS-nya dengan kekuatan selemah itu?"

"Maaf, om." Ucap Jungkook diantara hela nafasnya yang memburu.

"Jangan minta maaf, buktikan di pertandingan selanjutnya kalau gak ada luka lagi yang tertinggal di tubuhmu, saya ngelatih kamu satu tahun bukan untuk menanggung malu."


Jungkook sakit mendengarnya, tapi ia tidak boleh membawa perasaan, dirinya harus berlatih terus dan terus, agar kalimat-kalimat menyakitkan itu tak lagi ia dengar.







~~~


Alteration ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang