[3]. Tiga Godaan Duniawi

1.4K 30 1
                                    


Manusia kuat bukanlah yang kuat fisiknya. Namun, yang kuat mengendalikan hawa nafsunya.

***

Sesosok perempuan cantik mengenakan kemban serta selendang yang menjuntai duduk tidak jauh dari tempat Kuntala berbaring.

"Siapa Anda? Apakah Anda yang menolong saya?" tanya Kuntala.

Ia menatap bingung sosok yang kini mulai berdiri sambil tersenyum ke arahnya. Mengapa ada perempuan cantik dengan pakaian seperti dayang-dayang dalam film kolosal kerajaan di tempat seperti ini?

"Hamba Talang Sari, dayang di Kerajaan Talaga Arum," ucap perempuan itu.

"Kerajaan? Talaga Arum? Wah, perempuan itu pasti sedang bercanda," gumam Kuntala sambil tertawa.

"Maaf, Raden. Sepertinya Raden masih bingung. Semalam kami menemukan Raden tenggelam di dasar Talaga Arum. Kami menolong Raden atas perintah Nyai Ratu dan membawa Raden kemari. Nyai Ratu Sisikwangi adalah ratu kerajaan siluman di Talaga Arum ini."

"Apa? Kerajaan siluman?" Kuntala terbelalak. Pikirannya mencoba mencerna semua hal yang baru saja diceritakan dayang bernama Talang Sari itu. Ingatannya melayang pada kisah untuk menakut-nakuti anak kecil sebelum tidur yang selalu diceritakan neneknya. Kisah tentang kerajaan siluman yang ada di telaga angker di desanya.

Konon, di telaga yang bernama Talaga Arum hidup siluman ular yang jahat dan suka memakan anak-anak yang berenang di sana. Semua anak di desa takut dan tidak ada yang berani bermain ke sana. Selain suka memakan anak-anak, siluman jahat itu juga sering memberikan makanan dan harta kekayaan berupa emas dengan tujuan membawa anak-anak menjadi budaknya di kerajaan siluman.

Cerita seram sang Nenek yang bertujuan membuat mereka cepat tidur dan tidak nakal bermain ke tempat berbahaya, tentu saja berhasil membuat Caca takut serta tidak berani bermain di sekitar telaga. Namun, berbeda dengan Kuntala kecil, hal itu justru semakin membuatnya penasaran.

Ketika Kuntala diam-diam berenang dan memancing ikan di telaga itu, ia sering berpikir di mana ratu ular dan kerajaan siluman itu berada. Dahulu, dengan pikiran polosnya, ia berharap di hadapannya akan muncul sosok siluman yang memberikannya banyak emas dan uang agar hidupnya tidak lagi susah.

Akan tetapi, sosok yang kini berada di hadapannya dan mengatakan semua cerita itu nyaris membuatnya tidak percaya. Lagi pula penampakan siluman yang dilihatnya tidak seperti ular. Melainkan, sosok perempuan cantik dan anggun.

"Raden Kuntala, Anda pasti lapar dan haus. Kami menyediakan makanan untuk pemulihan Anda. Makanlah, setelah ini Anda harus menghadap Ratu."

Kuntala yang merasakan tubuhnya sangat lemah serta pikirannya yang masih tenggelam dalam kebingungan, hanya bisa terdiam. Perlahan-lahan ia berusaha untuk berdiri. Namun, tubuhnya seperti tidak bertenaga. Dia lalu teringat luka-luka di tubuhnya, tangannya refleks meraba perut dan dahinya.

Kuntala terkejut luar biasa saat menyadari semua luka itu tidak ada. Tangannya menekan-nekan perut, tempat ia mendapatkan luka tusukan sebelumnya. Aneh, tidak ada rasa sakit. Semua hilang tak berbekas.

Melihat wajah Kuntala yang kebingungan, Talang Sari segera menanggapi.

"Raden, kami telah mengobati Anda. Silakan makanannya dinikmati agar Raden segera pulih."

Talang Sari menyodorkan nampan besar beralaskan daun pisang. Kuntala melihat makanan tersaji dengan menggiurkan: ada nasi, semangkuk sup yang masih mengepul, ayam, dan bermacam-macam makanan lain juga minuman yang terlihat lezat dan menggugah selera.

Mendadak perut Kuntala berbunyi. Entah sudah berapa lama ia tidak makan. Setelah menelan ludah, dalam sekejap Kuntala menyambar paha ayam. Namun, saat daging itu menancap di giginya dan rasa gurih melekat di lidahnya, seketika ia kembali teringat perkataan neneknya saat bercerita.

Suami Pilihan Ratu UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang