[24]. Tentang Tugas dan Kewajiban

56 2 0
                                    

Mata Kuntala menerawang. Ia mengingat-ingat ke mana saja ia selama ini. Tubuhnya masih sangat lemas. Ia harus memulihkan energinya. Namun, di hadapan guru mengajinya, ia merasa sungkan. 

"Aku melihat tubuhmu memiliki energi murni. Namun, ada sesosok makhluk yang mengikutimu. Apa yang sebenarnya kamu lakukan? Apakah kamu dikuasainya? Tapi kulihat tubuhmu tak tercampur. Apa yang terjadi, bisa kamu ceritakan?"

"Saya ...."

Kuntala pun menceritakan pengalamannya selama melanglang buana di alam siluman. Kiai dengan raut tenang mendengarkan dengan saksama. Sesekali ia berucap tahmid, tasbih, takbir dan istigfar. Sesekali pula, ia bertanya ini itu untuk memastikan. 

Setelah Kuntala selesai menceritakan pengalaman di alam gaibnya, Kiai berujar, "Kamu bisa berlatih setelah tubuhmu pulih. Jangan sembarangan pergi ke alam lain. Kamu bisa mati jika tidak kembali. Apa kamu tidak kasihan sama Caca dan Amih? Tugasmu di alam dunia ini belum selesai." 

“Bukankah ini juga bagian dari tugas saya terlahir ke alam dunia ini, Kiai? "

"Meskipun mungkin ini tugasmu sebenarnya. Namun, ada tugas pokok sebagai seorang anak dan kakak. Yaitu, menjaga dan melindungi mereka. Meskipun kamu suka bertualang di alam lain, tetapi jangan sampai membuat orang lain cemas dan panik. Kabarilah kalau mau bepergian jauh. Jangan lupa! Tanggung jawabmu yang utama adalah menyelamatkan dirimu sendiri dan keluargamu dari api neraka. Nah, aku hendak bertanya. Apakah kamu memberi mereka bekal saat bepergian?"

Kuntala menggeleng. Kiai benar. Ia tidak memikirkan itu. Meskipun kejadian saat itu darurat, tetapi jika pada akhirnya ia tidak bisa segera kembali, bagaimana? Kali ini hanya tiga hari, bagaimana jika dirinya tak pulang bertahun-tahun atau bahkan selamanya? Nasib keluarganya kelak, siapa yang akan menanggungnya jika tanpa persiapan bekal untuk mereka? 

"Sudah, sekarang kita harus memanggil Kades. Aku rasa kamu harus menyampaikan beberapa hal padanya dan juga kepada polisi itu, terutama terkait cerita rampasan hartamu itu."

"Baik, Kiai." Kuntala mencium tangan kiai dengan patuh. Saat Kuntala kecil dan dalam kesusahan dan ditindas, Kiai Mukhlis dan keluarganya adalah orang-orang yang paling cepat menolongnya. Selain itu, banyak ajaran-ajaran dan nilai-nilai kebaikan yang Kuntala dapatkan dari mereka. 

Kuntala ditemui oleh Pak Iskandar setelah tubuhnya sedikit pulih. Kuntala belum menceritakan tentang harta karun. Namun, ia menceritakan tentang sosok anak-anak yang ia kenal berasal dari desanya. Kapolsek awalnya tidak percaya dan menganggap Kuntala sedang bermimpi.

Namun, Kades memercayainya karena setelah Kuntala sadar, ia mendapat kabar dari sekretaris desa, kalau Naya, anak yang pernah menikah dengan Bejo dan mati suri di rumah keluarganya selama setahun ini, telah sadar.

Naya pun menceritakan jika ia bertemu kakaknya Caca dan membebaskan mereka. Sayangnya, beberapa anak lainnya, raganya sudah telanjur hancur terkubur. Namun, setidaknya mereka mati dengan tenang tanpa perlu tersiksa menjadi budak abadi. 

"Jadi benar, kalau Naya hidup kembali?" tanya Pak Iskandar. 

***

Kisah ini sudah tamat di KBM APP dan menuju sesion 3.

Akun: GloriaPitaloka
Judul: Suami Ratu Ular

Suami Pilihan Ratu UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang