[17]. Kebebasan Budak Siluman

460 20 0
                                    

Menyadari kekuatan pengacau itu sudah selesai mengendalikan diri dan berhasil menerobos batasan, Raja Buaya makin geram. Namun, tingkatan manusia itu hanyalah rendahan. Ia menyepelekannya. Baginya itu seperti serangga kecil yang dalam satu jentikkan jari akan musnah.


Raja Bayan Sora mengeluarkan tombak pusaka iblis miliknya, lalu bersiap memusnahkan semuanya tanpa terkecuali. Dari tombak berkepala buaya itu muncul sinar merah mengerikan yang langsung memelesat menuju Kuntala dan para jiwa siluman yang baru bebas itu.


"Rasakan kehancuran kalian yang bahkan tidak akan bisa terlahir kembali! Jadilah serpihan udara yang menjadi sumber kekuatan tombak pusakaku!"


"Tombak Pusaka Petir?" Garuna terkejut. Itu adalah pusaka legendaris bangsa buaya putih. Pusaka pamungkas yang mampu menghancurkan seisi kerajaan.


Suara menggelegar laksana guntur dan cahaya menyambar-nyambar bagai kilat terpampang di hadapan mereka. Namun, cahaya putih dari kekuatan Kuntala, jurus tongkat penangkal petir dan peredam guntur menyambutnya. Raja Bayan Sora tercekat. Kekuatan dari tangan Kuntala sangat besar. Di tangannya membentuk lubang kecil yang berhasil menyedot kekuatannya.


Raja Bayan Sora berusaha bertahan. Ia bergetar. Dengan marah tangannya yang lain berusaha menyedot kekuatan para iblis bawahannya.


"Argh!" Mereka musnah terisap. Kekuatan Raja Bayan Sora kembali meningkat pesat. Kuntala mulai tersudut.


"Raja Buaya itu sangat kejam!" Kuntala tidak menyerah. Meski ia merasa kesakitan karena tarik menarik kekuatan yang menembus jantungnya, tetapi ia tak bergeming dari tempatnya duduk. Tubuhnya bahkan melayang ke atas untuk melawan daya tarik tombak petir.


Kuntala mengerahkan kekuatan sekuat tenaga. Tubuhnya seperti diserang ribuan petir. Sakit tak terkira. Namun, ia yakin tombak itu memiliki kelemahan. Raja Buaya tampak sangat marah. Saat ia bergerak hendak menyedot kekuatan dari 999 bekas budak, Kuntala melihat itu kelemahannya. Iblis itu tidak akan bertahan tanpa menyerap kekuatan. Saat ia hendak menyerap, dipastikan energinya akan kehabisan.


Saat itulah, Kuntala mengerahkan seluruh kekuatan yang tersisa dan membaginya beberapa bagian. Untuk melindungi para bekas budak, menyerap energi penuh, dan menyerang jantung raja iblis.


"Hiyaaah! Matilah kau anak manusia!"


"Kau yang akan mati!" Kuntala berteriak dan melemparkan jurus pedang pemecah jantung yang ia ciptakan.


"Arghhh!" Sebuah jeritan diiringi ledakan terdengar. Iblis itu menjerit kesakitan. Darah muncrat dari mulut dan jantungnya. Seluruh dinding dan lantai Jurang Neraka bergetar akibat ledakan energi. Lava yang semula tenang mulai mendidih.


"Aku tidak terima! Kita akan mati bersama!" Sebelum benar-benar mati, iblis yang sekarat itu mendelik bersama kebenciannya. Tubuhnya membentuk bola merah dan kemudian meledak. Bola merah itu menyambar ke seluruh jurang, menimbulkan sambaran dan kobaran api. Lava pun menggelegak. Siap untuk meledak.

Suami Pilihan Ratu UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang