[7]. Dia yang Hidup Kembali

864 33 0
                                    

Fajar telah tiba. Sinar mentari mulai menghangatkan tubuh Kuntala. Mata Kuntala terbuka. Cahaya di balik gunung menyambut matanya, memancar ke dalam telaga, memantulkan bayang-bayang kuning keemasan. Sungguh keindahan yang luar biasa baru saja menyapa penglihatannya. Perlahan cicit burung mulai ramai. Embun-embun sisa hujan semalam tampak berkilauan tertimpa matahari. Kini, Kuntala telah sepenuhnya bangkit dari kematian.

Kuntala masih berbaring di tepi Talaga Arum. Pemandangan sekitarnya terlalu indah untuk dilewatkan. Sayang sekali, warga banyak menghindari telaga ini karena rumor mistis. Padahal, di sekelilingnya banyak tanaman dan bunga liar yang memesona.

Sewaktu kecil, Kuntala sering memetik kangkung, memungut keong, ngurek belut, dan nyair ikan. Puluhan tahun tidak pernah ditangkap, membuat habitat ikan berkembang biak sangat cepat, bahkan ada yang seukuran bayi. Namun, menurut warga ikan itu sudah menjadi siluman. Maka Kuntala hanya menangkap yang kecil-kecil dan sedang saja untuk dibawa pulang ke rumah. Tentu saja ia tak mengatakan diambil dari telaga, tetapi dari sawah atau selokan.

Kuntala merasakan perutnya sudah melilit lapar, tetapi sosok misterius di kepalanya melarangnya makan. Ia hanya diperbolehkan memetik beri liar dan ciplukan yang tumbuh di semak belukar sekitar telaga.

"Di tempat ini sangat bagus untuk berlatih, Kuntala. Banyak makanan dan herbal juga. Namun, kamu bisa mendapatkannya kelak, kalau tubuhmu sudah mampu," papar suara di kepalanya. Meskipun tidak paham, Kuntala tetap memercayai apa yang dikatakan suara gaib itu.

**

Kuntala terus berlatih dengan giat. Kali ini ia merasakan hawa panas yang menyelubungi luar tubuhnya.

"Tuan, ini apa? Saya merasakan selubung yang kuat seperti magnet di luar kulit."

"Itu adalah selubung aura tubuhmu yang menguat. Di alam semesta ini jenis jenis tenaga ini sangat banyak. Salah satunya tenaga manusia dan siluman juga termasuk. Pada dasarnya setiap manusia memiliki aura. Hanya saja, kuat atau tidaknya tergantung dari manusia itu sendiri. Kamu sudah berlatih olah napas, tentu saja bukan hanya energi tenaga dalam yang bangkit. Namun, tenaga luar tubuh pun akan menebal. Coba kamu rasakan dan ikuti gerakan auramu!"

Kuntala memfokuskan pikiran. Energi itu terasa berat dan menekan. Tangannya secara refleks bergerak naik turun, memutar, dan melengkung. Gerakannya mengalir alami, mulanya perlahan makin lama semakin kencang. Mirip tarian jurus silat.

"Apa ini, Tuan? Kenapa tubuhku seperti terbawa untuk bergerak menari?"

"Artinya kamu sudah peka. Rasakan dan ikuti saja, tidak usah menolak. Namun, coba kendalikan, jangan sampai terbawa arus."

Kuntala terus mengikuti. Lama-lama energi itu semakin kuat menekan dan semakin kencang membawanya. Bukan hanya gerakan tangan, tetapi seluruh tubuh Kuntala bergerak seperti menari, memainkan jurus silat. Jurus yang tidak pernah Kuntala pelajari sebelumnya. Namun, jurus itu seakan-akan menyatu dengan tubuhnya.

"Tuan, saya seperti ingin melompat, berguling, dan menendang!"

"Ikuti saja. Namun, jangan sampai kamu kehilangan fokus. Bawa dia dengan baik, tahan dan kendalikan. Bersatulah dengan tubuh dan tenaga jagat raya."

"Tuan, saya sudah tidak kuat menahannya!" Kuntala bagai terseret ke sana kemari. Tubuhnya melompat setinggi dua meter, berguling dengan lancar, menendang, memukul dan memainkan jurus yang begitu indah. Pada awalnya ia menikmati, merasakan hidup seperti seorang pendekar yang ahli jurus. Akan tetapi, semakin lama ia semakin terbawa arus. Dalam penglihatannya, terlihat gumpalan energi berbentuk air yang membentuk pusaran dari langit. Menggulungnya. Semakin lama semakin berat dan kuat.

Suami Pilihan Ratu UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang