39

5.1K 252 6
                                    

Hampura Guys sudah menunggu tapi tak ada kepastian🙏🏻😖

Kantor sudah sepi, para pegawai telah pulang setengah Jam yang lalu,hanya menyisakan beberapa pegawai yang masih berkeliaran dikantor dan menyelesaikan tugas lemburnya.

Langitpun sudah dilapisi awan hitam berisi bulir-bulir air didalamnya. Tak Lupa Ian membawa sebuah payung hitam turun bersamanya.

Saat sampai di Loby kantor,Ian melihat security berada diluar pintu,dan berniat untuk menyapanya. Sedangkan staf keamanan lainnya berada di Pos keamanan.

Biarpun Ian dikenal sebagai atasan yang tegas dan menakutkan,tapi Ia juga terkadang memiliki sifat ramah kepada pegawainya termasuk OB dan Security.

Saat pintu Sensor terbuka Ian berniat menghampiri Security itu,sambil membawa payung.

Baru saja beberapa Langkah dari pintu keluar.

DOR !!!

Seseorang dari arah pintu basemant parking baru saja menembak bahu kanan Ian.

Refleks Ian membuka payungnya yang ternyata payung tersebut memiliki fungsi ganda menahan peluru dari pistol.

Dan benar saja, satu peluru kembali meluncur kearahnya. Tapi untung saja ,payung itu melindunginya.

Semua staf keamanan bergerak mengejar sang pelaku, ke arah basemant.

Ian terduduk beberapa menit dilantai,menahan sakit di lengan kanannya yang kini bersarang sebuah peluru. Keringat dinginnya keluar deras di dahi dan pelipisnya. Darah segar mengalir deras. Ian hanya memegangi bagian atas luka agar darahnya tidak keluar terlalu banyak.

Tiba-tiba Bimo keluar dari dalam kantor. Dan terkejut mendapati atasannya yang sudah berlumuran darah.

"Pak...Mari kita kerumah sakit,darah bapak banyak sekali yang keluar !!". Bimo terlihat panik.

Bimo memapah Ian menuju mobilnya,untuk dilarikan kerumah sakit.

Untung jalanan sedang tidak ramai,Bimo dapat cepat menuju rumah sakit. Dan para Dokter sigap memberikan pertolongan kepada Ian.

.
.
.
.
.
.

Ian terduduk di atas brankar. Setelah selesai beberapa menit penanganan.
Dua orang staf keamanan Kantor datang menghadap Ian. Rupanya sang Pelaku tidak berhasil mereka tangkap. Mereka sudah menjelaskan bahwa jejak sang pelaku begitu cepat.

"Hanya ini Pak yang kami temukan". Meraka memberika pelastik transparan berisikan dua buah selongsong peluru bekas si pelaku menembak.

"Tidak apa-apa. Aku akan menyelidikinya juga". Ucap Ian menerima pelastik itu.

"Anjing sampah ini sudah berani sekali, pengecut !". Gumamnya tersenyum kesal memandangi bungkusan ditangannya.

"Ian..!! Siapa yang berani nembak Lu ?!!". Lucas datang dengan kepanikannya.

Ian hanya tersenyum miring melihat Lucas dengan tatapannya.

"Aku juga gak tau. Untung pegawaiku ini udah tolong aku. Makasih banyak Bimo". Ucap Ian sambil menepuk bahu kanan Bimo.

Lucas melihat sinis kearah Bimo. Sedangkan Bimo hanya terdiam.

"Aku sudah merasa baikan, aku ingin pulang saja". Ucap Ian,yang nyatanya masih merasakan sakit.

"Nanti dulu Ian, Lu butuh perawatan".

"Gapapa gua Baikan". Ucapnya sambil berlalu. Karna ia tidak ingin membuat seseorang yang kini menunggunya merasa kesepian terlalu lama.

.
.
.
.

Elina menghamliri pintu utama, dan membuka Pintunya perlahan.

Elina terkejut melihat Ian yang kini lengan kanannya dibalur perban.

"I-an kenapa ?".

"Aku hanya ditembak seseorang". Ucap Ian santai sambil mengelus puncak kepala Elina.

"Hanya ?!!" Elina terkejut,menurut Ian ini adalah luka sepele.

Ian terkekeh melihat Elina yang terkejut.

"Iya El,ini hanya Luka Tembakan yang tidak seberapa".

"Tidak Ian..ini adalah luka serius, mengapa tidak dirawat dirumah sakit ?!!".

"Aku lebih mengkhawatirkanmu". Ucap Ian.

Mata Elina terlihat berkaca-kaca. Entah itu ekspresi terharu atau sedih melihat Ian yang terluka.

"Sshhh... sudah jangan menangis, aku ingin kamu lebih hati-hati selama aku tidak ada."

Elina mengangguk. Kemudian tanpa sadar dirinya memeluk Ian.

Membuat Ian tersenyum. Membalas pelukannya hanya dengan satu tangannya.

"Mengapa Akhir-akhir ini,kamu selalu mendapat masalah Ian ?". Cicit Elina.

"Memang seperti ini cara pesaing menjatuhkan El,banyak sekali yang mengincar nyawaku. Bahkan, orang terdekatpun bisa saja Ialah musuh utama ku. Tapi aku tidak perduli".

"Kamu harus tetap waspada dan berhati-hati Ian". Ucap Elina.

"Kamu mengkhawatirkanku El ?".

Elina terlihat salting oleh pertanyaan Ian.

"Aaa... i-ya sebagai bawahan kepada atasannya ,sangat wajar bukan dalam ikatan kerja saling mengkhawatirkan ?".

Ian tersenyum melihat kesalah tingkahan Elina. Lalu menarik tengkuk Elina menggunakan tangan kirinya.

CUP...

"Calon ". Ucap Ian.


》》》Next=》

Need U (~END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang