25

6.3K 297 3
                                    

Noh tambahan buat yang GADANG GABUTS 😙

3 hari berlalu.

Elina berniat berangkat kekantor. Apa susahnya menolak jika diminta kembali oleh Ian. Mungkin keGR-an nya saja,sempat berfikir Ian mencarinya.tidak mungkin.

Saat ingin menaiki Lift. Elina tidak sengaja berpapasan dengan Ian yang keluar dari Lift bersama seorang pria,sambil membicarakan hal yang serius mengenai pekerjaan.

Elina berusaha menenangkan dirinya. Entah mengapa Ian sama sekali tidak menghiraukan keberadaan Elina disana. Hanya melirik sekilas kepadanya lalu kembali membuang tatapannya.

"Nah kan. Sudah ku bilang dia tidak mencariku ".batinnya.

Sesampainya dilantai 30 Elina memulai pekerjaannya dengan bel yang berbunyi satu per-satu.

Elina melikir kearah bel yang bertuliskan Direktur. Dari sekian banyak bel yang berbunyi. Mengapa yang satu ini belum berbunyi juga. Tumben. Sedang keluar kah ?.

Kriing !!

Panjang umur. Baru saja Elina memikirkannya. Bel Direktur berbunyi juga.

Elina segera membuatkan kopi.dan mengantarkannya kepada Ian.

Ceklek !.

Elina memasuki ruangan. Terlihat Ian yang sedang berkutik dengan Lap top nya.

Jangankan menyapa.bahkan melihat saja tidak.

"Ini kopinya pak".

"Hmm..."
Hanya deheman singkat yang terdengar dari mulut Ian.tanpa beralih dari Laptopnya dengan raut wajah datarnya.

Elina merasa seperti tidak ada saat ini.kemudia Ia keluar dari ruangan itu.

Tidak ada sebuah panggilan atau cekalan yang Ian lakukan terhadapnya. Membuatnya bertambah lega. Dan Elina merasa bahwa pemikirannya selama ini benar mengenai Ian.

......

Seminggu berlalu.

Elina yakin bahwa dirinya kini benar-benar bebas dari Ian. Pasalnya Ia merasa kalo Ian sudah menganggapnya seperti orang lain. Tidak ada tegur sapa,tidak adanya permohonan yang terlontar dari mulut Ian agar Elina kembali bekerja padanya.

Hari-harinya Ia lewati dengan ketenangan dan kebebasan.

"Elina !". Panggil Bimo.

"Iya kak Bimo ?". Elina menghampiri meja kerja Bimo.

"El, aku minta tolong FotoCopy berkas ini ya. Please... ". Bisik Bimo memelas. Karena Ia tahu bagaimana jadinya jika ketahuan menyuruh OG  oleh Pak Direktur. Bisa-bisa ia dimarahin Habis-habisan seperti sekertaris Ian sebulan lalu.

"Karena aku benar-benar banyak kerjaan banget. Dan gak sempat Foto Copy berkas ini. Karena kerjaan sebanyak ini tidak bisa dibawa pulang dan jam kerja tinggal 1 jam lagi". Lanjutnya.

"Ok kak. Siaap ". Elina menerima berkasnya. Seraya menunjukkan jempol tangan kanannya. Menandakan dirinya siap membantu.

Elina pergi keruang Foto Copy yang berada di sudut lantai 30. Sendirian.

Elina mulai memFoto Copy tiap lembaran berkas yang Bimo berikan.

Greb...

Tiba-tiba perut Elina dipeluk dengan sangat erat oleh seseorang yang tak lain dan tak bukan Ialah Ian.hingga dirinya kesuliat bernapas.

Elina berusaha meronta melepaskan pelukan erat Ian.

"Lepasin saya pak !". Elina sangat panik.

Bukannya dilepaskan. Ian malah semakin mengeratkan pelukannya diperut Elina. Dan hidungnya yang mulai mengendus are leher Elina.

Dengan sekuat tenaga Elina meronta,dan alhasil Ia terlepas dari pelukan Ian yang mematikan.

Mereka saling berhadapan. Dengan Ian yang terus menatapnya tajam serta dingin tanpa kata.

"Tolong pak berhenti. Kita tidak ada hubungan apa-apa lagi !".

Ian sedikit memicingkan mata. Kemudian memiringkan wajahnya sedikit.

"Saya mau kamu". Ucap Ian dengan datar.

"Gak pak-......"

"SAYA MAU KAMU ELINA  !!!!!". Ian berteriak tepat diwajah Elina dengan tangannya mencengkram bahu Elina kencang.hingga badan Elina terguncang.

"saya RINDU kamu Elina !!!".

Seketika amarahnya mereda saat melihat Leher Elina yang telah bersih dari noda Kissmarknya (dan milik Lucas).

Ian menunjuk dilanjut mengusap bagian tersebut.

"Tanda yang kuberikan sudah hilang ?".

"Ya, jadi bapak gak ada hubungan apa-apa lagi sama saya selain sebagai atasan dikantor !".

Mendengar ucapan Elina, Ian menggeleng.

"Bukan . Itu artinya aku harus buat  yang baru".



》》》NEXT=》

Need U (~END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang