33

6.5K 296 5
                                    

Ian memberikan gaun tidur berwarna maroon yang dulu pernah Elina pakai,pertama kali bekerja diapartemennya.

"Mandi, setelah itu makan."

Saat ingin melangkahkan kaki, Ian kembali.

"Dan jangan berfikiran untuk kabur". Ia tersenyum sambil menoel dagu Elina sekilas, kemudian pergi ke ruang kerja.

Elina menyadari dirinya telah menjadi "milik" Ian.  Ia berusaha menjalani kehidupannya saat ini "melayani" tuannya.

.....

Ian telah selesai mandi,menuju ruang tengah dan mendapati Elina sudah memakai gaun itu sedang duduk di sofa sambil menatap kosong kearah dinding cermin dihadapannya.

Ian tersenyum menghampiri Elina.

"Padahal sudah lewat satu tahun. Gaun ini masih Indah ditubuhmu. Tidak... sangaaat indah".

Tentu saja berbeda, tubuh Elina saat ini sudah bukan tubuh perawan lagi. Tubuhnya saat ini lebih berisi dan Sexy.

Elina masih tetap dalam lamunannya.

Ian mengecup bibir Elina,membuatnya tersadar dari lamunan.

"Kenapa melamun ?".

Elina hanya terdiam tidak menjawab.

"Masih memikirkan Kedua orang tuamu ?, yang sudah menjualmu ??".

"Heeii.....aku berusaha menyelamatkanmu dari mereka ". Lanjutnya.

"Aku tidak ingin kamu terus-terusan menangis karena mereka El".

Elina menatap mata Ian. Apa sungguh yang dikatakannya ?.

"Boleh aku minta satu permintaan ?".

"Boleh apa itu sayang ?".

"Aku ingin kita tidur pisah kamar".

Ian mengerutkan alisnya.

"Nooo..... aku tidak bisa mengabulkannya".

"Mengapa tidak ?".

"Aku butuh kehangatanmu baby, mangkannya aku lebih memilihmu ketimbang Uangku balik".

Elina langsung membuang mukanya.

"Kamu sudah makan malam tadi ?. Mari kita tidur. Sudah lama ranjangku dingin tanpamu El".

Ian menarik tangan Elina dan menuntunnya kekamar.

Ian mendudukan Elina disisi ranjang.

"Lihat... sama seperti satu tahun lalu. Kamu pasti merindukan suasana kamar ini dan sentuhanku bukan ?."

Elina sedikit mengedarkan pandangan lalu menjawab..

"Tidak".

Sebetulnya,Ian bukan orang yang penyabar. Hanya saja, untuk mendapatkan hati Elina kembali harus sedikit bersabar.

"Bisa tolong lepaskan ini ?". Tanya Elina sambil menunjukkan gelang GPS ditangannya.

"Tidak".  Singkat Ian dengan datarnya.

Ian sangat menyadari,bahwa tubuh Elina kini berubah drastis. Memang dulu Tubuh Elina berisi. Namun saat ini berbeda,terlihat lebih montok dan Sexy.

Ian perlahan mencondongkan tubuhnya, diusapnya paha mulus Elina.

Dikecupnya bibir Elina yang telihat merah manis. Elina yang mendapat perlakuan itu hanya diam saja. Toh percuma melawan.

"Aku Rindu sentuhan kamu sayaang..."  Suara serak itu mulai mengoceh disela-sela pergulatan bibir mereka.

Elina tidak peduli orang mengaggapnya apa, toh orang tuanya saja telah menjualnya. Kurang lebih, sebutlah kini dia seperti seorang jalang. Tidak ada gunanya juga mempertahankan harga diri yang sudah dalam genggaman orang lain.

Harapannya saat ini,hanya mengingin kan sebuah keluarga kecil yang harmonis. Itu saja tidak lebih.

......

Ian menggeliat di pagi hari. Meraba sisi kasurnya yang ternyata kosong.

Ian terbangun,melirik kesegala arah dengan raut paniknya. Kemudian Ia mencium harumnya masakan.

Ian melihat Elina yang sedang memasak,masih dengan menggunakan gaun tidurnya dan wajah cantik naturalnya tanpa make up.

Serasa sudah beristri, benak Ian.

"Morning". Ian memeluk tubuh Elina dari belakang. Membuat Elina sedikit terlonjak kaget. Elina tidak menjawab sapaan Ian.

"Cantik,sexy, pinter masak. Idaman".
Puji Ian . Membuat Elina sedikit mengangkat ujung bibirnya.

"Aku mandi dulu...cup "
Ian mencium pipi Elina,kemudia berlaku ke kamar mandi.

Elina tersenyum tipis saat Ian sudah benar-benar berlalu.

Tak dapat dipungkiri.Memang hanya Ian yang dapat meluluhkan hatinya.

.......

"Gara-gara Lo ninggalin rapat perjanjian diBali waktu itu, gua kewalahan. Banyak banget pertanyaan yang dilontarin ke gua. Mana tuh kolega banyak bacot".  Ucap Lucas.

"Kapan Lu gak pernah ngeluh ?". Tanya Ian.

"Lagian Lu kemana sih waktu itu ?".

"Urusan mendadak".

"Ian.. urusan kita dibali cuman rapat itu. Urusan mendadak apa Lu sampe ninggalin rapat sepenting itu ?".

"Banyak bacot si Lo ?". Ian menatapnya tajam.

"Gua heran ajah". Lucas mengalihkan pandangannya.

"Gue cancel acara minum-minum nanti malam".

"Loh kenapa ?!".  Protes Lucas.

"Gue mau langsung pulang".

"Ealahh..ngapain Lo Cancel. Kita semua bisa ngadain acara minum-minum tanpa Lo ?"

"Terserah".

.....

Ian bergegas pulang saat jam kerjanya selesai. Memang lembur 1 jam. Sedangkan karyawan lain telah pulang 1 jam lalu.

Saat melewati mini market yang terletak di dekat gedung apartemennya. Ian terkejut melihat Elina sedang berpelukan dengan pria lain.

Seketika darahnya naik,dan dengan cepat memarkirkan mobilnya.

Ian berjalan penuh emosi kearah Elina berada.

"Elina". Panggilnya,yang sudah berdiri dibelakang Elina.

"I-an".

Ternyata pria yang tadi berpelukan dengan Elina adalah Bimo.

" Pak Direktur". Sapa Bimo. Yang diacuhkan oleh Ian.

"Ngapain kamu disini !". Nada datarnya terdengar jelas.

"Sa-ya sedang membeli sesuatu. Dan kemudian bertemu kak Bimo".

Ian melirik tidak suka kearah Bimo.

"PULANG". Ian menarik pergelangan Elina dengan paksa.

"Pak Direktur. Kasihan Elina".

"Gak usah Ikut Campur !".

"Ini belum dibayar ". Ucap Elina.

Ian kemudian memberikan 5 lebar uang berwarna merah pada penjaga mesin kasir,tanpa mensken belanja yang Elina beli yang tidak seberapa.

Bimo hanya bisa diam,tidak bisa berbuat apa-apa melihat Elina yang dibawa pergi oleh Direkturnya.

.....


》》》NEXT=》

Need U (~END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang