01

208 8 0
                                    

Farezi mendekat, matanya yang tajam seperti elang itu terpampang jelas. Namun, pusat kendalinya kini berantakan. 

"Gue minta tolong sama lo, gantiin gue, selama gue di penjara."

Sudut bibir Favian melebar, sorot matanya berubah menjadi lebih ceria. Ini merupakan tawaran menarik. Menarik, tapi tak sedap. Di sisi lain senang, di sisi lainnya, tak tega melihat Farezi

Beruntungnya, ia merupakan kembaran dari Farezi, perbedaan mereka tidak terlihat jelas. Mereka mirip secara fisik, jadi, kalaupun menyamar menjadi Farezi, bukan masalah berat untuknya.

Pastinya, Favian tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Bertahun-tahun sekolah homeschooling membuatnya jenuh dan menginginkan sekolah seperti anak pada umumnya.

"Tapi ... lo, jaga diri lo. Gue gak akan lama, paling lama cuma enam bulan, kalau bisa, kurang.  Gue gak mau lo sampai collapse, gara-gara gue. Lo gausah repot-repot ikut sistem apresiasi di sekolah."

Raut kebingungan, jelas, di wajah Favian.

"Lo akan paham, nanti."

***

"Bro, kemana aja lo?" 

Favian berbalik, sorot matanya mencari sumber suara itu. Kepala Favian mengangguk sejenak, hingga sesosok yang sering berkunjung di telingannya ada di hadapannya. 

Itu Andre, seingatnya, Farezi sering menceritakannya soal Andre, katannya, Andre baik, suka ribet. Tapi, Farezi bilang, Andre adalah sahabat yang paling setia.

Favian melebarkan mata miliknya, lalu, jari telunjuknya menunjuk pada dirinya sendiri. 

"Aku?"

Terjadi keheningan beberapa detik. Han yang duduk, berdiri, ia menangkap tatap mata dari  Andre, kemudian, mengeriput, mereka menahan tawa, sampai akhirnya tawa itu meledak dengan sendirinya.

"HAHAHAHA, sehat, lo?" 

Han melemparkan telapak tangannya pada dahi Favian. Mustahil sekali, Farezi, temannya yang songong itu mengatakan 'aku'. 

Parah, pasti ada yang salah. 

"Kayak, ada yang aneh."

Sial, sial, sial! Favian dalam masalah, bisa-bisanya  ia lupa kalau Farezi selalu pakai lo-gue.

"Lo gak demam kan, Bos?" Tanya Andre sok serius. Saking totalitasnya, ia sampai mendekatkan diri pada wajah Favian. Sungguh, ini mengelikan. "Waduh, demam ya, Bos. Jangan goda-godain kita, dong, lo masih normal kan?"

Favian mengeleng, sungguh susah menjadi farezi tiruan.

"Lo belum cari asupan pagi, jadi goda-godain, kita?" 

Pertanyaan Han membuat Favian semakin bingung. Maksud dari asupan itu, 'sebenarnya, apa?' Mengapa mereka begitu senang mempertanyakan hal ini? 

"Asupan, apa?"

Sepasang mata itu melebar. Sungguh, Han tidak percaya. "Padahal, istilah itu lo yang bikin," Han mengeleng sejenak. "Liat cewe-cewe terus jadiin mereka mantan lo yang ... ke-- berapa ya? se-- ribu, berapa, lupa gue, pokoknya seribuan."

Reflek Favian berteriak. "HAH SERIBU?" helannya sejenak, "Gak, ga mungkin, gak boleh gitu, jangan mempermainkan, perempuan."

Beberapa detik, Han dan Andre meledak, ketawa.

Namun, bahasa tubuh Favian justru mengambarkan, jika ia tidak suka memepermainkan perempuan. Uniknya, tidak terpengaruh pengaruh buruk dari Farezi.

Peran PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang