Situasi kelas kini sangat riuh. Santi, bendahara galak itu mulai menagih uang. Ada yang kabur--pasrah--mengadu alasan. Kini, gilirannya Andre, maka dari itu, santi berjalan cepat ke arah Andre duduk.
"Woi, bayar uang kas!" Santi menyerbu Andre--duduk dengan santainya. Tentu, Andre terkesiap
"Bukannya gue udah bayar dua minggu yang lalu?" tanya Andre tidak percaya. Seingatnya seminggu yang lalau dia sudah membayar dobble sekaligus untuk hari ini. Mana mungkin dia harus menyeluarkan uang lagi, 'kan sudah bayar.
Santi membanting paksa mapnya. "Iya, lo sendiri sudah bayar, tapi kata temen lo, uangnya dia di elo."
Andre mengejap-ngejapkan matanya. Sialan lo Farezi, bikin gue kenak bara api. Rasanya Andre ingin membanting Farezi--kalau ada dihadapanya. Tangan Andre mengepal, berulang kali dirinya berusaha menahan emosinya.
"Diem aja pula!" Santi makin kehilangan kesabarannya--Andre bingung, dikantongnya hanya ada uang bernominal pas-pasan.
"Gue gak ada bilang ke Farezi buat bayarin kas dia," ucap Andre mulai berani bersuara. Mau tak mau, dari pada mati di tempat, Andre memilih jujur.
"Hmm," Santi berusaha mencari-cari titik kebohongan. "Oke, biar gue tagih ke Farez--"
"JANGAN!" potong Andre cepat. Sialan, Andre baru ingat, Farezi masih sakit. Tidak mungkin dia sebagai seorang sahabat menambah beban pikiran Farezi.
Santi melotot, apa-apaan ini, sudah beralasan, ingin menolak lagi. "Kenapa lagi, jangan banyak alasan deh lo," tanggap Santi cepat, tangannya diayungkan, ini membuatnya resah. "Cowok kok banyak alasan."
Andre mengangkat alisnya, mendekat pada Santi--berbisik kecil, "Farezi lagi sakit."
Santi terkesiap tuk menjauh, tanganya reflek mendorong tubuh Andre. "Bohongan, pasti, gue tau seberapa sering itu anak bikin drama."
"Gue serius,"ucap Andre serius. Padahal padahari itu, berita favian--yang menajadi farezi pingsan tersebar.
"Gue juga serius, karena kalau gak bayar kas?" tanya Santi mengintrogasi, "Eh, tau gk si lo, ini tuh namanya korupsi!"
"Kok bisa, korupsi?"
"Karena, tiga puluh dua anak di sini seharusnya menyumbangkan untuk keperluan kelas. Jika ada, yang tidak membayar, berarti ditutupi oleh uang yang membayar, artinya--"
"Apa artinya? korupsi gimana, ngadi-ngadi lo," jawab Andre berusaha memotong perkataaan Santi.
Santi menampar dahinya. Wajahnyayang murka itu makin dirasa panas suhunya. "Anjir, gue kira lo sepinter Farezi."
"Gue cuma temennya bukan otaknya," ujar Andre sebal. Lagian, satu frekuensi belum tentu, satu otak, mereka juga manusia.
"Hahaha, oke-oke,"ucap Santi menganguk-anguk. "Ya kalau gak bayar, berarti dia pakai uang orang secara tidak langsung 'kan?"
Andre mengaruk kulit kepalanya. Pertakaan Santi sulit dicerna oleh Favian. "Gak paham gue."
"Intinya ..." tahan santi sejenak, untungnya Santi kini mulai pintar mengatur emosi--walau sering keblabasan. "Gue capek sama lo!" baru juga ditahan, emosinya lepas lagi. "Jadi kata lo Farezi sakit? emang beneran?"
"Cie tadi yang gak percaya," goda Andre, pada Santi-- dengan gaya konyolnya.
"Cepetan jawab," bentak Santi kesal. "Nyebelin bat lo, bego."
"Lo gak inget ada anak apresiasi yang pingsan di kantin?" tanya Andre, guna menguji kemampuan koneksi--perghibahannya Santi.
"Jadi .. itu Farezi?" tanya Santi dengan nada lebih pelan. Santi berada di antara percaya-tidak percaya. "Jujur, banyak yang bilang itu pura-pura."
"Kelihatannya iya," jawab Andre ikut pelan.
"Ooo, sorry gue gak ngikuti waktu itu ...." jawab Santi mengangguk-angguk, " ... ada pangilan dari guru."
"Jadi, percaya gak?" tanya Andre lagi. Guna memastikan lagi--sapatau, masih tidak percaya.
"Pala gue puyeng Ndra, lagian Favian banyak Dramanya," keluh Santi, ya gimana lagi, kalau pada tidak bayar, Santi yang harus menutupi kekurangan itu pakai uang pribadi. Itu yang membuat dirinya tidak tenang. "Mau gak mau, gue harus isi kas lo semua yang kosong."
"Yaudah besok gue bayarin, bagian Farezi," solusi Andre membuat wajah Santi berseri. "Kalau hari ini, duit gue udah di perut semua."
"Ya, oke thanks!" seru Santi bahagia.
Kemudian, Santi langsung beralih, pergi meningalkan Favian yang hendak mengambil topik lain.
"Emang ya tu cewe datang kalau ada perlunya doang," Andre mengerutu, kesal. Namun sesekali dirinya memperhatikan langkah Santi yang lama-lama menghilang.
***
"Eh, gila bro, apresiasi diadakan besok!" Han melebarkan mata, mulutnya ia bungkam dengan tanganya sendiri-- seolah terkejut.
Andre menampar dahinya, sesekali mengelengkan kepalanya. Sudah sering sekaliiiii sekolah mengadakan agenda apresiasi secara mendadak. "Gila, sekolah suka banget ya dadakan."
"Biasalah, kadang suka kena mental gue," gerutu Han tidak suka. "Kalaupun gak dadakan, gue juga pasti kalah," keluhnya melankolis. "Eh, lo gak coba ikutan?"
Terkesiap, Andre tergejolak, "yang bener-bener aja lo ye," jawabnya kesal, "Gak inget? pas gue coba ikut malah kalah, malu gue tu sebagai sahabat karip Farezi."
Han tertawa terpingkal-pingkal. Teringat dulu, Andre nekat daftar, dan malah kalah saat seleksi pertama. Itu memalukan, apalagi Andre teman dekat dari sang penerima dua apresiasi.
"Lo juga ngadi-ngadi, milih apresiasi Si rajin, padahal lo sendiri sering terlambat," ejek Han puas. Andre memang sering terlambat. tapi dirinya tidak sadar, kalau terlambat sepuluh menit adalah terlambat yang 'parah' makanya, masih dengan pede-nya Andre mengajukan diri untuk menjadi salah satu peserta seleksi apresiasi di SMA GAT Indonesia.
"Oiya, Farezi masih sakit, ya gaksi?" tanya Han penasaran, "dia beneran sakit atau cuma pura-pura kek biasanya?"
Farezi dikenal suka berbohong, berbanding tebalik dengan Favian, yangg jujur dan polos. Sudah sering sekali, Han dan Andre terkena tipu daya dari Farezi. Makanya, pada tidak percaya.
"Wah, kedudukannya aentar melenceng," tawa Han santai. "Nanti siapa ya, yang melencengkan kedudukannya selama beberapa periode berturut-turut."
Farezi penerima apresiasi, Si Tercerdas selama bertutut-turut. Lalu, mendapatkan apresiasi Si pemimpin handal ketika diangkat menjadi ketua osis.
"Tapi, dia tetap dapat Si pemimpin handal gak si? dapat apresiasi itu setahunan kan?" tanya Andre memastikan kembali."
"Iya, Ndre, enak beut si Farezi itu. Tapi tetap aja yang lain liatnya yang diambil tiga bulan sekali," jelas Han semabari menikmati segelas es teh.
"Emang ya," tahan Andre sejenak. "Netizen itu gak ada yang puasnya!"
Han tertawa, "santai bro!"
"Gue berharapya Farezi masuk deh besok," ucap Andre berharap.
"Emang dia bolos ke mana?"
"Bolos?" tanya Andre--kembali.
"Lo lupa?" Seru Haan tak percaya, "Farezi 'kan--kang boong."
Andre menampar dahi nya, bisa-bisanya dia lupa. Padahal dialah yang paling sering ditipu. Tapi, tetap saja tidak pernah belajar dari itu. Tertipu lagi, dan lagi.
"LUPA GUE!" sentak Andre keras. "Parah dan pasrrah aja sih, mana tadi udah janji ke Santi bbuat bayarin uang kas Farezi."
Han terbelalak, "kok lo mau?"
"Ya, gue kira dia sakit, kasian kalau sakit di tagih sama jelmaan monster itu," bela Andre tak mau kalah.
"Sayang banget, padahal luamayan buat beli tahu nya Bu Sri," tawa Han--mengejek Andre.
"Ya dah, semoga besok dia dateng," ujar Andre pasrah.
***
26/02/2022
hai, maaf lama banget, leptop aku kemaren2 bermasalah, main hp juga lagi dibatasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Pengganti
Fiksi RemajaMenggantikan posisi penerima apresiasi bergensi. Menerpa gejolak menikam pada Favian. Harus beradaptasi dengan cepat. Ditambah lagi, kaum-kaum pembenci dari peran sebelumnya semakin merajalela. Fisik dan mentalnya dihantam kejam. Sebagai peran peng...