Bertukar posisi menjadi Farezi ternyata melelahkan. Rebahan sudah cukup, untuk tulang-tulangnya. Walau terkadang, rindu dengan kenikmatan rebahan masa lalu. Karena, tidak usah kepikiran-- besok sekolah, ngapain ya?
Notif berbunyi, Favian terusik, fokusnya beralih pada ponsel. Terpampang nomer tidak dikenal. Penasaran, Favian langsung menggetik, sedetik setelah sang pengirim membagikan pesan.
082357xxx ~
Hi
Far, lo ganmor?"Siapa ini?" Favian mengaruk kepalanya yang sebenarnya, tidak gatal.
Dugaanya, ini salah satu teman Farezi. Untuk memastikann, Favian langsung memadukan huruf-huruf.
Favian
Hai juga, siapa?
Apa itu ganmor?Terkirim!
Tapi setelah dua puluh menit, lawan chatnya tidak kunjung menjawab. Favian jadi bosan. Memilih keluar dari aplikasi pesan, atau yang sering dikenal WhatsApp (WA). Lalu menonton YouTube.
Sialnya, saat membuka YouTube, chatnya malah dibalas.
082357xxx ~
Sha
Ganti nomerFavian tertawa kecil, "oh, jadi dulu kak Farezi pernah kontakan sama, Sha?"
Favian
Iya
Gue sv nomer lo, ya?Tangan Favian nan cekatan itu langsung menyipan nomer Sha. Alasan awal, karena tidak ingijn tertukar--bingung ini siapa.
Sha
Bukannya udah lo sv?
Gue boleh minta tolong?Sudah Favian dugaa, pasti ada maunya. Tidak mungkin Sha tiba-tiba punya hidayah buat ngechat duluan kalau bukan ada maunya.
Favian
Tolong apa?Sha
Besok, lo pas jam istirahat ke kelas gue, ada sesuatu yang harus kita bahas.Favian
OkeSha
ThanksFavian
Sama-sama***
Favian membelalak, ini baru jam enam pagi. Tapi, sudah ada seseorang di sekolah. Mana seseorang tersebut, rajin menyirami tanaman, sesekali membersihkan rumput-rumput kecil yang menodai pot. Kalau bukan paksaan, Favian pasti tidak akan datang sepagi ini dan mengetahui gelagak seseorang tersebut.
"Hai!" tangan Favian melambai, tersenyum lebar.
Seseorang itu berbalik, terpampang jelas di taq name nya 'Yoga'. Favian, melebarkan matanya, panik. Hampir saja lari--dan tersiksa serangan jantung.
"Ha-hai?" Yoga, malah bersikap kaku. "Puas ya lo?"
Satu, tiga detik, Favian beradu kata pada dirinya sendiri.Rupa Yoga tidak seseram yang Farezi katakan, bahkan Yoga bersikap ramah. Tapi, kata-katanya yang terakhir, buat Favian berpikir ulang lagi. Kepalanya jadi pusing--ia kepayahan.
"Ha," masih berusaha berpikir, "maksud lo?"
Yoga tersenyum, ia melanjutkan pekerjaannya-- membersihkan rumput. "Oh sorry, gue lupa."
Sekali lagi, Favian mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, saking kikuknya. "Maksud lo?"
Yoga kikuk, ia gegabah. "Apresiasi bakal datang lagi."
Kenapa semua orang di sini begitu senang membahas 'apresiasi'? Favian sebenarnya, muak. Apa dirinya, yang pasi akan dituntut untuk seutuhnya menjadi Farezi. Mempertahankan apresias saja susah, apalagi tidak pernah mengikuti satupun apresiasi di sekolah ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/287290453-288-k334348.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Peran Pengganti
Teen FictionMenggantikan posisi penerima apresiasi bergensi. Menerpa gejolak menikam pada Favian. Harus beradaptasi dengan cepat. Ditambah lagi, kaum-kaum pembenci dari peran sebelumnya semakin merajalela. Fisik dan mentalnya dihantam kejam. Sebagai peran peng...