Gentala sebenarnya udah diingatkan oleh Sada bahwa dia tidak perlu menjemput Sada di kolam renang karena Sada akan pulang bersama temannya.
Tadi pagi, Gentala menemukan Sada sedang bersiap-siap berangkat ke kolam renang jam enam pagi dan ia langsung inisiatif menawarkan jemputan walaupun ujung-ujungnya ditolak. Padahal Gentala sengaja nggak tidur lagi abis solat subuh biar bisa cegat Sada sebelum pergi.
"Da, ntar mas jemput ya?" tanya Gentala saat ia melihat Sada yang sedang memakai sepatu. "Ayah sama Bunda kan lagi nggak ada."
Rumah sepi, Gentala males juga di rumah sendirian. Ayah, Bunda dan Nastiti lagi nginep di rumah nenek Ine—ibunda Pasha.
"Lah, tumben udah bangun?" Sada terkejut melihat Gentala yang sudah terjaga karena biasanya Gentala kan kalau nggak diberisikin Icha suka lupa bangun.
"Nggak ngantuk," jawab Gentala dengan cepat. "Ntar mas jemput, ya?" tanya Gentala sekali lagi.
Sada selesai memakai sepatunya dan mengutak-atik ponselnya. "Nggak usah, mas. Ntar Sada diantar temen."
"Siapa?"
"Ojeknya udah sampe, mas. Sada jalan dulu, ya." ucap Sada tanpa sama sekali melihat ke arah Gentala lalu kemudian ia langsung berlari ke depan rumah menyambut sang abang ojol yang baru datang.
Tapi Gentala kan batu. Kalau dia bisa jemput, ngapain Sada pulang sama teman? Alhasil, Gentala dengan ngotot tetap datang ke kolam renang.
Ia sudah sampai di sana dan menunggu di dalam mobil dari jam delapan. Namun sampai jam setengah sembilan lewat, Sada tidak kunjung terlihat. Padahal teman-teman dari ekskul renang Sada tampak telah berbondong-bondong meninggalkan kolam renang.
Akhirnya Gentala yang sangat tidak sabar memilih turun untuk menyusul ke dalam. Setelah bertanya kepada salah satu anggota ekskul yang mengatakan bahwa Sada masih di ruang loker, Gentala akhirnya menyusul ke dalam.
Tapi kolam tampak sepi. Ia celingak-celinguk mencari ruang loker dan berharap menemukan ada tanda-tanda Sada di sana.
Ia menyusuri loker-loker di ruangan itu hingga akhirnya mendengar sebuah suara.
"Dikit aja, ya ..."
Gentala membatu. Ia tahu itu suara siapa.
Dengan langkah pelan, ia mencari sumber suara hingga akhirnya ia menemukan Sada yang sedang berdiri terperangkap antara tubuh tinggi Ardo dan loker.
"Iya, janji." ucap Ardo sambil tersenyum kecil.
Sada terkekeh sebelum kemudian ia berjinjit sedikit dan mengecup cepat bibir Ardo.
Mata Gentala membeliak. Hormon stres kortisolnya melonjak. Jantungnya berdebar cepat hingga rasanya hampir meledak.
Kenapa Sada melakukan ini? Kenapa Sada mencium laki-laki dengan enteng seperti tadi?
Gentala merasakan ada yang hancur di dalam hatinya. Ia ingin sekali meninju wajah Ardo namun ia tak bisa menyalahkan Ardo karena ia dapat melihat dengan jelas bahwa Sada tak menolak dan dengan senang hati melakukan hal menjijikan tadi.
"Udah, ya. Takut ada yang lihat." kekeh Sada sekali lagi sambil mendorong pelan tubuh Ardo yang mengurung tubuhnya.
Ardo tertawa dan kemudian mengangguk.
Gentala pengen nangis! Gentala nggak bisa menerima hal ini walaupun ia tahu hal ini sebenarnya bisa dikategorikan hal biasa di pergaulan jaman sekarang. Bahkan Gentala sudah menjamah banyak tubuh wanita setiap pacaran.
Tapi pas tahu Sada yang melakukannya, Gentala nggak terima. Ia tidak terima sama sekali Sada disentuh-sentuh orang!
Ketika Ardo dan Sada berbalik badan, tatapan Gentala dan mereka berdua bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vortex✔️
RomanceSada benar-benar menginvasi hidup Gentala! Anak manja itu mau apa-apa harus sama Gentala! Gentala nggak boleh kuliah di luar negeri cuma karena Sada--yang dari kecil udah nempel banget sama Mas Genta kesayangannya itu--nggak mau jauh-jauh dari Genta...