21 | hati-hati

2.3K 274 29
                                    

Ide kencan unik, seru dan murah.

Sada mengetuk tombol enter di layar ponselnya dan dengan cepat layar itu berganti menampilkan banyak hasil pencarian mengenai ide-ide kencan yang murah dan unik untuk inspirasi.

Sudah terlalu banyak hal-hal yang dilakukan dirinya dan Gentala berdua saat sebelum mereka memutuskan untuk berpacaran. Ngemal, nonton bioskop, makan, semua yang biasa dilakukan sama muda-mudi sebagai agenda kencan, sudah pernah mereka lakukan berdua. Bedanya, dulu mereka belum pacaran. Jadi kalau sekarang mereka harus kencan dengan agenda mainstream itu, rasanya nggak ada perbedaan. Nggak asyik, dong, ya kan?

Makanya Sada ditugaskan oleh Gentala untuk mencari ide sendiri, terserah dia mau kencan yang kaya apa.

Ini bukan Gentala yang minta. Nggak mungkin Gentala rajin amat minta kencan aneh-aneh sama Sada. Kebalikannya, wanita itu yang ngotot pengen nge-date sama Mas Genta kesayangannya. Tapi pas diajak nonton atau ngemal, dia manyun. Katanya nggak seru karena udah sering.

Ya, jelas Gentala males banget kalau disuruh mikirin. Dia bukan orang yang romantis. Nonton Netflix di rumah doang sebenarnya udah cukup baginya. Tapi ternyata Sada malah manyun dengan ide itu karena itu mah dia bisa lakukan juga sama Mas Bara.

Terserah, lah. Daripada denger Sada ngambek nggak ada juntrungannya, Gentala biarin aja anak itu ngelakuin apapun suka-suka dia.

"Nomor satu," ucap Sada yang sedang merebahkan kepalanya di punggung Gentala. Pria itu sedang nonton tv sambil tengkurap dan bertopang dagu. "Nikmati anggur atau stroberi di kebun."

Gentala mengerang kesal tanpa mengalihkan fokusnya dari tv. "Kebun siapa, woy? Kamu yakin googling nya ide kencan seru bukan ide kencan aneh?"

Sada mendengkus sebal. "Apanya yang aneh? Ini seru, anti mainstream dan romantis."

"Lagak kamu, Da. Palingan nanti kamu di kebun gatal-gatal, kepanasan. Nangis, ngerengek minta pulang. Bukan kencan seru tapi kencan serem. Liat kamu rewel lebih serem daripada lihat Bunda murka!" cerocos Gentala tanpa ampun.

Sada memberengut. Bibirnya manyun. Bete karena Gentala resek. Sada emang manja tapi kayanya nggak semanja itu, deh. Emang Gentala kalau urusan hina menghina tiba-tiba lebay nya nggak kira-kira. Cocok banget sama Dika.

"Nomor dua," lanjut Sada membaca ide kencan berikutnya. "Ikut kelas menari."

Gentala sontak langsung menoleh ke Sada yang tiduran di punggungnya. Dahinya mengernyit dalam, menatap Sada setengah heran, setengah senewen. "Bisa yang lebih aneh lagi, nggak? Kelas yoga atau pottery class sekalian gitu?"

Sada malah cekikikan. "Ih, seru tuh kayanya, mas, pottery class. Biar kaya Patrick Swayze sama Demi Moore di film Ghost gitu."

Gentala terkesiap lalu mengalihkan pandangannya kembali ke tv, menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba menghangat karena mau nggak mau jadi ngebayangin. "Ih, mesum banget, sih, Da."

Bukannya malu, Sada malah semakin ngakak karena melihat Gentala malu.

"Nomor tiga," Sada melanjutkan setelah meredakan tawanya. "Naik sepeda atau otopet!"

"Romantisnya dimana?"

"Mas Genta yang gowes, Sada dibonceng di depan."

"Astaga. Bisa patah, tuh, sepeda." seru Gentala heboh sambil geleng-geleng kepala.

"Mas Genta! Sada enteng, ya!" Seru Sada tak terima sambil mencubit perut Gentala hingga laki-laki itu menggeliat kesakitan sampai minta ampun.

"Lagian aneh-aneh aja. Mas Genta trauma boncengan sama kamu naik sepeda! Nggak bisa diem! Ingat nggak waktu kelas 2 SD kita nyungsep ke got gara-gara kamu hiperaktif pas mas bonceng?!"

Vortex✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang