"Lama juga si Gentala jadian ama Kesha. Biasanya tuh playboy kacangan kan jadian cuma dua mingguan."
"Shit. Emang Gentala tau aja yang cakep."
"Jaga mulut lo!"
"Yaelah, Dri, udah move on tuh mantan lo! Masih aja bucin!"
"Berisik kalian!"
Bisik-bisik tetangga itu terdengar di telinga Sada ketika ia sedang menatap Gentala dan Kesha yang sedang berjalan bersama menuju parkiran motor. Tiba-tiba saja segerombolan kakak kelas laki-lakinya yang salah satunya adalah mantan dari Kesha—Adrian—berdiri tak jauh dari posisinya. Mereka juga menatap ke arah yang sama dan bergosip bak ibu-ibu komplek tukang ghibah.
"Dri, Gentala kan sukanya main-main doang. Lo mending buru deh rebut Kesha lagi. Sebelum diapa-apain tuh Kesha tersayang."
"Bacot!"
"Gengsi aja digedein!"
Lalu gerombolan tukang gosip itu berlalu, berjalan melewati Sada, menuju gerbang sekolah, tak lagi mempedulikan Gentala dan Kesha yang sedang berbincang seru sampai tertawa-tawa.
Kesha membantu Gentala memundurkan motornya dengan menariknya dari belakang. Gentala yang sudah ada di atas motor kemudian memberikan helm yang biasa Sada pakai kepada Kesha. Wanita itu menerima helm itu dengan senyuman secantik bidadari. Lalu ia memakainya sebelum kemudian beranjak naik ke atas motor, duduk berboncengan di belakang Gentala.
Dengan begitu saja, motor Gentala meluncur meninggalkan pekarangan sekolah juga Sada yang merasa dadanya panas seperti kebakaran hutan.
Sada membuang muka dari pemandangan motor Gentala yang telah bergerak menjauh. Wajahnya ditekuk, cemberut nggak tertahankan. Ia mencoba sabar, mengingat ucapan yang Gentala sampaikan kepadanya sebelum laki-laki itu pergi barusan.
"Mas, anter Kesha dulu. Kamu tunggu aja di sekolah. Ntar mas balik lagi buat anter kamu ke tempat les." ucap Gentala padanya ketika Sada baru keluar kelas.
"Ngapain sih mesti nganter-nganter Kesha?" Sada manyun. Nggak suka pacarnya harus nganter-nganter cewek lain, jelas!
"Ya, kan, orang taunya Kesha pacar Mas Genta—"
"Ya udah putusin aja!" potong Sada dengan sebal. "Buat apaan, sih, pura-pura pacaran sama dia!"
Gentala berdecak malas. "Kan udah mas bilang—"
"Nggak usah sok kegantengan, deh, mas!" potong Sada sekali lagi karena udah tau apa alasan yang mau Gentala ucapkan. Buat Sada, alasan Gentala benar-benar nggak banget! Kepedean setengah mati!
"Kesha, kan, juga punya kepentingan. Mas Genta nggak bisa main putusin gitu aja." terang Gentala dengan suara pelan, berusaha sabar dan agar tidak menarik perhatian orang-orang lain yang berlalu lalang.
Sada semakin cemberut. Ia melipat kedua tangannya di dada, kehabisan kata-kata untuk menolak keras rencana Gentala.
"Nanti mas balik ke sini lagi. Kamu tunggu aja. Oke?" Gentala mengusap lembut rambut Sada.
Sada tak menjawab. Gentala pasrah. Ia hanya menepuk kepala Sada pelan, sebelum kemudian berjalan menghampiri Kesha yang sudah menunggunya untuk berjalan ke parkiran.
Setelah motor Gentala menghilang dari pandangan, dengan mulut manyun, Sada duduk di bangku tempat anak-anak sekolahnya duduk menunggu jemputan. Ia duduk di sana sendirian dengan perasaan kesal bukan kepalang. Apalagi ketika melihat beberapa pasangan yang sedang bercanda, berbincang seperti pasangan yang sedang pacaran pada umumnya.
Sada pengen kaya gitu juga, tahu nggak? Tapi apa daya malah jadi berasa kaya pacar simpanan.
Di sekolah, dia nggak bisa berduaan sama Gentala. Katanya Gentala nggak mau kaya baby sitter yang kemana-mana diikutin atau ngejagain adiknya—soalnya orang taunya, kan, Gentala sama Sada itu adik-kakak. Jadi, nggak ada tuh adegan pacaran kaya waktu Sada sama Ardo gitu. Sedangkan Gentala? Hampir tiap hari makan berdua Kesha di kantin sekolah. Alasannya? Ya, buat panas-panasin Adrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vortex✔️
RomanceSada benar-benar menginvasi hidup Gentala! Anak manja itu mau apa-apa harus sama Gentala! Gentala nggak boleh kuliah di luar negeri cuma karena Sada--yang dari kecil udah nempel banget sama Mas Genta kesayangannya itu--nggak mau jauh-jauh dari Genta...