22 | kencan

2.3K 260 32
                                    

Gentala rasanya kaya dihisap dementor.

Gimana caranya biar bisa semangat lagi kalau ucapan Bara terus saja terngiang-ngiang di kepalanya?

Jadi segitu hancurnya, ya, image Gentala di mata Bara? Fuckboy? Bisa manfaatin dan ngehamilin Sada?

Ya ampun.

Gimana jadinya, sih, kalau anak itu tau adiknya pacaran sama fuckboy kaya Gentala?

Nggak.

Bukan cuma anak itu.

Tapi semua orang.

Gimana jadinya, sih, kalau ayah dan bundanya juga papa dan mamanya Sada tau kalau Sada dan Gentala pacaran? Gentala jadi panik sendiri. Tiba-tiba ia merasa nggak beradab.

Gentala cukup yakin Sada itu bukan muhrimnya alias boleh dia nikahin. Mereka nggak incest. Gentala udah googling bareng Sada buat jaga-jaga. Apa dia harus tanya pak ustadz buat memastikan?

"Mas! Diajak ngomong nggak dengerin, ya?!" cetus Sada sambil mencubit lengan Gentala.

Gentala akhirnya tersadar dari lamunannya dan mengerjapkan matanya beberapa kali saat menoleh ke arah Sada yang sudah mencebik lucu di sebelahnya. Ia menenteng keranjang belanjaan di lengannya yang sudah berisikan banyak bahan-bahan, entah apa.

Pandangan Gentala terfokus ke wajah imut Sada. Wajah yang dari kecil diam-diam selalu dijadikan standar kecantikan oleh Gentala.

"Mau adik cantik kaya Sada."  adalah hal yang sering Gentala ulang-ulang dulu kepada Ayah dan Bundanya.

Ia menatap bibir glowing merah muda Sada yang selalu membuatnya kehilangan konsentrasi. Mengingat berapa banyak celotehan yang keluar dari bibir itu dan selalu membuat kupingnya gatal dari mereka kecil hingga saat ini.

Bulu mata lentik Sada membuat matanya yang bulat dan hitam sempurna menjadi semakin cantik. Sada seperti boneka, itu yang Gentala yakini dalam hati.

"Mas Genta lagi berusaha ngehipnotis ikan tongkol?" Tanya Sada sambil menatap jejeran ikan mati di hadapan mereka. "Kenapa natapnya dalem banget kaya lagi telepati? Kalau mantan-mantan mas lihat bisa cemburu mereka. Kan berabe kalo anak-anak gadis orang mendadak pengen transformasi jadi ikan tongkol. Bapak ibunya bisa sedih karena anak-anaknya punya passion jadi manusia ikan. Terus nggak kebayang sekolah jadi bau amis gara-gara—"

"Bawel banget!" Potong Gentala sambil membekap mulut Sada dengan tangannya.

Sada kaya boneka.

Boneka Chucky. Berisik dan kadang sinting.

Sada menyipit menatap Gentala dengan sengit. Ia menjulurkan lidahnya untuk menjilat telapak Gentala hingga Gentala memekik geli karena jijik.

"Jorok!"

"Bodo," Sada melengos tak acuh. "Buruan, ah. Sada udah nggak sabar mau mulai kencan."

"Ini bukannya udah mulai?"

"Hih, mana ada orang kencan ngomong sendiri daritadi sedangkan pacarnya sibuk jelalatan ingin memikat jenazah cumi-cumi. Aneh juga, ya, Mas Genta, nih, kayanya punya fetish sama mayat jangan-jangan?" Tuding Sada sambil geleng-geleng kepala yang langsung Gentala sambut dengan toyoran di kepalanya. Namun yang ditoyor belagak nggak peduli dan terus berjalan menenteng belajaannya, meninggalkan Gentala di belakangnya.

Gentala malas jawab. Kadang Sada omongannya terlalu absurd sampai Gentala baru denger dua detik doang dia langsung udah lupa tadi Sada ngomong apa saking nggak pentingnya. Biarin aja itu petasan jangwe ngomong sama angin. Biasa juga capek sendiri kalo dicuekin.

Vortex✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang