Gentala merasa tidurnya kali ini nyenyak banget. Nggak sekali pun ia terbangun di malam hari dengan nggak jelasnya. Bablas. Tidurnya nggak pernah sepulas ini.
Awalnya dia agak wondering juga kenapa bisa sampai senyenyak itu. Tapi ketika nyawanya terkumpul sedikit demi sedikit, ia menyadari bahwa sesuatu dalam pelukannya yang membawa kenyamanan tersebut hingga tidurnya benar-benar nyenyak.
Dengan mata masih terpejam, bibir Gentala melengkungkan senyum. Ia mengeratkan pelukannya, menyurukkan wajahnya ke sesuatu yang hangat di sana hingga akhirnya ia menyadari bahwa yang ia peluk bukanlah sebuah guling, melainkan makhluk hidup.
Ia dapat merasakan gerak naik dan turun akibat sesuatu dalam pelukannya itu bernapas.
Matanya langsung sontak terbuka lebar walau tubuhnya masih dalam posisi yang sama.
Hal yang pertama ia lihat bahkan tak jelas apa. Lalu ia menjauhkan wajahnya hingga akhirnya dia menyadari bahwa itu tengkuk leher manusia. Perempuan, lebih tepatnya.
Ya Tuhan, Gentala mules sekarang.
Ia sedang tidur sambil memeluk seseorang wanita dari belakang. Apakah Gentala baru saja kehilangan keperjakaannya? Tapi dengan siapa? Kesha?
Mati aja!
Dengan perlahan Gentala menjauh, menarik tangannya yang melingkari perut sang wanita dan beranjak menjauh dari tubuh wanita itu.
Ia bangkit dari tidurnya, duduk tanpa menimbulkan suara dan berusaha mengintip untuk melihat wajah sang wanita yang masih tidur terlelap di sebelahnya.
Ketika ia sedang berusaha melakukannya, wanita itu menggeliat. Berbalik ke arahnya seraya mengucek mata dengan imutnya.
Gentala tercengang.
Sada?!
Wanita di sebelahnya yang ia peluk selama tidur semalaman adalah ... Sada?
Astaganaga! Dia nggak habis merawanin Sada, 'kan? Bisa dibunuh sekampung, Gentala!
Bisa ditonjok sama Dika, digampar Pasha, dicincang Bara, dikulitin Mahes—om Gentala yang tinggal di luar negeri—dan banyak lagi saudara-saudara mereka karena Dika sendiri empat bersaudara!
Gentala mengalihkan fokusnya ke tubuhnya sendiri.
Ia masih mengenakan kaos dan jaket bombernya serta celana jeans yang lengkap. Semua masih menempel dengan baik di tubuhnya. Sada juga mengenakan piyamanya dengan rapi.
Gentala menghembuskan napas panjang. Itu artinya tak ada yang terjadi.
Alhamdulillah, Ya Allah. Terima kasih.
Gentala mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi sampai ia berada di sini. Setelah berusaha keras mencoba mengulang kembali rekaman di memori otak Gentala, akhirnya Gentala ingat betapa alaynya dia semalam karena nangis-nangis ke Sada. Dia bahkan ingat semua ucapannya ke Sada yang super menjijikan itu.
"Katanya Sada sayang sama Mas Genta ... tapi kenapa Sada cium dia?"
For God's sake—kurang dangdut apalagi itu?!
Gentala sedang menjambak-jambak rambutnya dengan kedua tangan saat terdengar panggilan lirih dengan suara serak khas bangun tidur dari Sada.
"Mas Genta ..."
Gentala tak berani menoleh. Ia tak punya muka sekarang untuk menghadapi Sada. Ia malu.
***
"Mas Genta kenapa? Sakit kepala?" tanya Sada dengan polosnya.
Tangan Sada bergerak menyentuh punggung Gentala dan langsung menimbulkan efek setrum yang aneh ke seluruh tubuh Gentala hingga Gentala tersentak kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vortex✔️
RomanceSada benar-benar menginvasi hidup Gentala! Anak manja itu mau apa-apa harus sama Gentala! Gentala nggak boleh kuliah di luar negeri cuma karena Sada--yang dari kecil udah nempel banget sama Mas Genta kesayangannya itu--nggak mau jauh-jauh dari Genta...