• O V E R •

554 57 20
                                    

Sebuah bangunan apartment cukup mewah berhasil di tapaki Namjoon untuk pertama kali. Bukan inisiatif diri, melainkan ada bahasan mendalam mengenai hubungannya dengan si manis Hoseok. Dan yang paling membuatnya begitu semangat adalah sang putra tunggal, Richard. Bocah empat tahun itu tak henti-hentinya menceritakan sebuah dongeng favoritnya sejak perjalanan pulang.

"Richard, can you please stop? You make uncle Namjoon feels uncomfortable"

Richard yang sedari basement menggandeng erat tangan besar Namjoon menatap pria jangkung berlesung pipi itu dengan manik berkaca-kaca. Seolah ingin meminta pembelaan.

"You're smart boy. You never bother uncle Namu. I love your story, buddy" ucap sang dominant seraya menampilkan lesung pipinya yang cekung.

Dua tangan kecil Richard terangkat ke udara seraya melompat kecil. Rupanya ia ingin di gendong. Tanpa banyak perrimbangan, Namjoon segera menggandeng peri kecil itu dan membawanya dalam dekap hangat. Mengusap punggung sempitnya berulang agar merasa nyaman. Sebab ia telah mengusap kelopak matanya berulang kali.

Richard mengantuk.

Keduanya memasuki lift kosong untuk segera membawa mereka pada lantai yang di tuju.

Keheningan mulai menelan prisensi satu sama lain. Hoseok sendiri memilih bungkam sambil menatap arah lain. Sendirinya pun memberi jarak diantara tubuh mereka.

"You know what, Papa told me if i can be a good boy, Daddy will come home to hug me. Play with me. And help me to do my homework." cicit Richard tetiba. Jemari kecilnya memainkan manik kemeja Namjoon yang menempel pada kerah.

"Ah, that's great! So, you have to."

"Will you be my daddy?"

Hoseok tersedak minuman cappuccino-nya. Ia tepuk dadanya berulang sambil melangkah mundur ketika Namjoon berusaha membantunya.

"Aku baik-baik saja." ucap si Jung buru-buru.

"Maafkan Richard. Dia masih kecil dan tak tahu apa yang dia bicarakan" imbuhnya kikuk.

"Tak apa. Aku mengerti. Dia anak yang cerdas." balas si Kim seraya menggoyangkan tubuhnya kekanan kiri untuk menimang si kecil.

"My friend had mommy and daddy, or daddy and papa like Seokie. But, why do i only had papa? Where is my mommy or daddy? "

Namjoon terkesiap dengan kalimat tersebut.

"I think my daddy will come out from the beatiful aurora at Auckland and he will fly to me tonight. Then sleep with me in warm blanket and we'll sing cocomelon song together until I slept." imbuh si kecil dengan kelopak beratnya.

Hoseok tak mampu berkata-kata. Ia cukup sedih juga malu dengan penuturan sang putra. Ia memilih mengunci bibirnya rapat-rapat.

"Buddy, you'll have a super daddy soon. Just close your eyes and i'll sing you lullaby"

Tak butuh waktu lama, lagu bintang kecil melantun lirih dalam lift. Bibir Namjoon terus bernyanyi dengan kelima jari mengusap punggung si kecil berulang. Ia kecup puncak kepalanya lalu menyandarkan pipinya disana, turut menutup mata. Pria dewasa itu berusaha mendalami ungkapan bocah yang ia gendong. Meski tak tertangkap ada nada kesedihan disana, namun hatinya sedikit tergores ketika bibir mungil itu berseru jika ia pun ingin mempunyai ayah. Sama seperti teman sekolahnya yang lain.

Pintu lift terbuka.

Hoseok segera memimpin langkah di depan. Hatinya berkecamuk sebab sang putra berani mengungkapkan sesuatu yang ia rasa tak sepantasnya di sampaikan pada orang asing seperti Namjoon.

• f O r e V E R - JINV •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang